3.Arga

10 1 2
                                    

Ekhem..Hola Guys!
Gimana kabarnya?moga baik-baik aja. Maaf Typo nya makin banyak.

Chapter ini 2543 words loh😇
Ini termasuk panjang apa nggak yah? Hehehe...(nyengir)

Happy Rading yha~

  Fawnia turun dari angkot dengan wajah berseri. Ia merapiakan rambutnya yang sedikit kusut akibat berdesak-desakan didalam angkot.

  Motor sport hitam tiba-tiba berhenti disampingnya. Fawnia menatap laki-laki yang mengendarainya sekilas lalu lanjut berjalan menuju koridor yang lumayan jauh.

    "Gimana?" Tanya laki-laki itu,yang tak lain adalah Adam.

     "Gimana apanya?" Tanya Fawnia tidak mengerti.

     "Gaya rambut gue. Ganteng gak?"

      Fawnia menaikkan bahunya.

      "Ganteng kan? Gue mendekin rambut sesuai perintah lo seenggaknya puji kek."

       "Kenapa harus gue puji? Kalo emang jelek gimana cara mujinya coba? Adam,rambut lo jelek banget. Gaya baru ya?" Fawnia memutar bola matanya sebal.

       "Jelek? Ganteng gini lo bilang jelek?"

       "Yang ganteng itu elo. Bukan rambut lo bego." Ucap Fawnia mempercepat langkahnya.

       "Jadi gue tetep ganteng sama rambut hampir gundul ini?"

        "Bagi gue gimana pun gaya rambut lo. Lo tetep aja jelek."

         "Tadi bukannya lo bilang yang ganteng itu gue?"

         "Iya. Itu cuma untuk mengoreksi pernyataan lo. Tadi lo bilang rambut yang ganteng,gue benerin lah. Yang ganteng itu orang, bukan rambut. Susah ngomong sama orang ber IQ dibawah standar kayak lo."

        Adam menatap  Fawnia yang mejauh dengan bingung. "Sama aja kayak Adena yang dulu,kata-katanya berbelit-belit." Bathinnya.

      O0O

        Fawnia menyelempangkan tasnya di kursi lalu duduk untuk membaca buku. Sekilas ia melihat seisi kelas yang sudah lumayan ramai,padahal baru jam 07. 00

      Buku yang fawnia baca adalah buku yang sudah sangat sering ia baca,sampai ia hafal isi buku tersebut. Buku itu adalah cara-cara mendapatkan teman. Sejujurnya fawnia sangat depresi. Kenapa semua orang menjauhinya.

    Tiba-tiba Fawnia teringat Nadia,entah kenapa sejak Nadia dirawat dirumah sakit karna leukemia yang dideritanya, Fawnia merasa kesepian pergi kesekolah sendirian.

     Karna sejak kelas 3 SMP mereka selalu bersama. Walaupun Fawnia tidak mengerti kedekatan mereka itu seperti tetangga saja? Atau sahabat? 

Nadia sering meloncat dari balkon rumahnya ke balkon kamar Fawnia agar bisa tidur bersama. Nadia sering bercerita tidak jelas. Sementara Fawnia yang tidak begitu mengerti hanya mendengarkan.

Fawnia tidak pernah menolak Nadia tidur dikamarnya. Fawnia tau Nadia adalah anak broken home yang kesepian. Namun selalu menutup keterpurukannya sengan senyuman.

Nadia cukup populer di SMA nya. Hanya Nadia lah yang mampu bertanding dengan Setya,kapten basket. Lalu,Nadia juga mempunyai suara merdu dan pandai bermain gitar.

Fawnia tersenyum kecil mengingat kenangannya dengan Nadia. "Beli apa nanti? Buah?" Fawnia tertawa dalam hati.

"Lo baca buku apa?" Tanya Adam.

Fawnia segera menyembunyikan buku itu dilaci. "Ng-nggak. Bukan buku apa-apa." Ucap Fawnia gugup.

"Jangan-jangan..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

my girl friend FawniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang