4. Cinta Tak Butuh Alasan

1.4K 262 36
                                    

Setelah memastikan tukang ojek itu telah mengantarkan Nata dengan selamat tiba di rumahnya, Braga langsung melajukan motornya pergi dari sana. Saat melewati rumah Nata, Braga sempat melihat Ferrari biru yang tadi dihindari Nata sudah terparkir disana. Seorang pria mengenakan pakaian casual bersandar di mobilnya menunggu Nata masuk ke dalam.

Braga mengingat raut wajah Nata tampak ketakutan ketika melihat pria itu sudah menunggunya di rumah.

"Halah ngapain gue mikirin tuh cewek" rutuk Braga, tadi pun dia berbaik hati mengobati luka Nata dan membayarkan ongkosnya pulang hanya untuk menebus kesalahannya yang hampir menabrak Nata dan membuat gadia itu terluka.

Braga memijat pundaknya, pukulan yang di dapatnya tadi saat berkelahi cukup menyakitkan. Braga mengambil ponsel di saku celananya lalu menghubungi Roby.

"Gimana?" tanya Braga tanpa basa basi ketika Roby sudah menjawab teleponnya.

"Semuanya aman Bos, gak ada yang ketangkap. Ini gue sama yang lainnya lagi di tempat biasa" lapor Roby.

Braga memutuskan panggilannya tanpa mengatakan apapun lagi, dia hanya ingin memastikan kondisi teman-temannya. Braga berdiri di depan cermin, melihat luka lebam di wajahnya yang terasa nyeri.

"Sialan" rutuk Braga, dia tidak mengobati lukanya dan memilih untuk tidur karena yang Braga butuhkan saat ini hanya istirahat.

***

"Kamu kemana aja tadi, hah? Siapa tadi yang ngantar?" tanya Farhan.

"Tukang ojek" jawab Nata menunduk.

"Aku udah nungguin kamu di sekolah tapi kamu malah ngilang, malah milih pulang naik ojek" oceh Farhan.

"Abang gak perlu repot-repot jemput aku, biar Pak Maman aja yang jemput" ucap Nata pelan.

Farhan melangkah mengikis jarak dengan Nata. "Kenapa memangnya kalau aku yang jemput? Kamu keberatan?" tanya Farhan.

Nata semakin menunduk karena wajah Farhan begitu dekat dengannya, dia bahkan bisa merasakan hembusan napas Farhan di wajahnya.

"Ada apa ini?" tanya Safira.

Farhan tersenyum miring berbisik di telinga Nata. "Kali ini kamu selamat" Farhan menjauhkan tubuhnya dari Nata lalu berjalan pergi melewati Safira.

"Kamu mau kemana?" tanya Safira yang tidak dihiraukan Farhan, pria itu pergi begitu saja.

Safira menghela napas melihat tingkah Farhan terhadapnya lalu menoleh pada Nata. "Abang kamu kenapa?" tanya Safira.

"Gak apa-apa kok Ma, Nata masuk ke kamar dulu" pamitnya.

***

"Hai Braga" sapa seorang perempuan seumuran dengannya menghampiri Braga yang sedang duduk di atas motornya memperhatikan orang-orang yang sedang balapan, malam ini Braga sedang tidak mood untuk turun balapan.

Braga mengangkat satu alisnya menatap cewek itu karena dia merasa tidak mengenalnya. "Lo siapa?" tanya Braga.

"Kamu lupa sama aku?" perempuan itu membelalak tak percaya. "Aku Silva" ucapnya.

"Oh"

Mulut Silva menganga karena reaksi cuek Braga. Tapi bukan hal baru baginya, Braga memang seperti itu sejak dulu.

"Kamu belum berubah ya, masih aja cuek tapi gak apa-apa, aku tetap suka kok" ucap Silva percaya diri.

"Silva!" suara seorang pria memanggil keras membuat mereka menoleh.

Doni dengan wajah penuh lebam menghampiri mereka. "Brengsek ya lo, berani banget deketin cewek gue"

"Apaan sih Don? Kita itu udah putus" sewot Silva.

B R A G ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang