01

64 17 6
                                    



Kiana Hiskya adalah siswi di salah satu SMA swasta favorit di Jakarta, Kiana sekarang sudah menginjak kelas XII sama seperti siswa yang lain Kiana sedang giat belajar untuk ujian masuk perguruan tinggi negeri.  Kiana anak yang mudah bergaul, ramah, dan cantik. Kiana cukup berprestasi dalam bidang akademik sehingga banyak laki-laki yang ingin dekat dengannya.

Sinar matahari  mulai menembus jendela, tetapi Kiana masih nyaman dengan balutan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Semalam Kiana menonton drakor hingga ketiduran padahal dia hanya berencana untuk menonton dua episode, lalu lanjut membaca buku untuk persiapan ujian hari ini.

****

"Bunda.. kenapa gak bangunin Kia sihh? jadi kesiangan nihh" Keluh Kiana kepada Bunda karena jam sudah menunjukkan pukul 06.55 WIB.

"Bunda kira kamu memang mau bangun agak siangan sayang, kan mulai ujian jam 07.30 masih sempat kok"

Sebenarnya Kiana ingin mengatakan bahwa dia belum sempat membaca beberapa materi untuk ujian hari ini, tapi dia mengurungkan niatnya karena takut Bunda akan kecewa.

“ Bun hari ini kia mau beli beberapa buku dulu sepulang sekolah, jadi pulangnya agak sore yaa” jelasnya sambil mengunyah roti bakar cokelat yang dibuat bunda.

Anak ini.

Bunda selalu mengingatkan kepada anak semata wayangnya ini agar jangan berbicara saat makan. Tetapi selalu saja begini, persis seperti ayahnya. Mengingat ayah bunda jadi sedikit sedih segera ia menggelengkan kepala dan melanjutkan aktivitas untuk membuang perasaan sedih itu.

“ Kamu ini, bunda kan sudah sering mengingatkan jangan bicara saat makanan masih ada di mulut. Gak baik begitu sayang” tegur bunda sambil memotong buah.

“ hmmm” gumam kia sambil tersenyum manis".


yaudah tapi jangan lupa makan siang ya sayang, kabari bunda kalau terjadi sesuatu.

****

Flashback

Siang itu Kiana pulang sekolah dijemput oleh pak bambang supir pribadi ayah, kata pak Bambang bunda tidak bisa menjemput karena sedang sibuk.
Suasana menjadi mencekam saat aku turun dari mobil dan banyak sekali orang dirumah, aku mendengar isak tangis dari dalam. Sungguh banyak hal yang ada dipikiran ku saat itu.
Aku terdiam cukup lama saat melihat bunda menangis memeluk ayah yang sudah berbaring kaku di dalam peti. Seperti tersambar petir, perlahan air mataku mulai jatuh.
“Tuhan aku harap semua ini hanya mimpi”.
Aku berlari dan langsung memeluk bunda dengan badan yang sedikit gemetar, banyak pasang mata yang menatap iba kepadaku karena ditinggalkan sosok ayah pada usia cukup muda.
Ayah
Ayah bangun” isak tangisku semakin pecah.
Bunda semakin mengeratkan pelukannya sesekali mengelus rambutku.
“Ayah sudah istirahat dengan tenang sayang kita harus ikhlas
Kiana melepaskan pelukan dengan bunda dan langsung memegang tangan ayah. Kiana tidak percaya padahal tadi pagi ayah baru saja menasehatinya karena bangun kesiangan.
“ ayah maafin kia yahhh, kia sering gak dengar kata-kata  ayah. Bagun yaahhhh....... bangun ayah.

Sejak ayah meninggalkan Kiana dan bunda pindah ke Jakarta. Bunda sekarang mengurus butik dan perusahaan ayah dikelolah oleh paman, adik ayah.

****
Kianna POV'

Aku turun dari ojek online dan memasuki sekolah. Pemandangan pertama yang kulihat adalah para murid perempuan histeris karena Raffael sang most wanted sekolah baru saja turun dari motor dan sedang menyisir rambut degan jari-jarinya.
Aku memilih acuh dan dengan cepat memasuki kelas karena ingin membaca beberapa materi yang belum sempat ku baca untuk ulangan geografi  nanti.
“ Santai jubaedah belum telat juga buru-buru banget” ucap vika karena terasa terusik dengan kedatanganku.
“ lo juga pagi-pagi udah galau, mengganggu pemandangan aja”
Vika mengendus dan melanjutkan aktivitasnya. Seperti inilah vika setiap kali pacarnya Vino tidak memberi kabar, seharian mukanya akan ditekuk dan memilih untuk acuh terhadap sekitar. Vika juga biasanya akan terus berkutat dengan hp dengan telinga yang disumpel dengan handset, jangan pikir dia mendengarkan lagu mellow yaa, vika sedang melihat videonya bersama dengan pacarnya.
Aku sudah terbiasa dengan tingkah Vika  yang seperti ini.

Vika Claudia adalah sahabatku semenjak kelas X, kami  selalu duduk bersama Vika tipikal anak yang ceria dan lumayan cerewet. Dia berpacaran dengan Vino Admaja semenjak kelas XI, Vino adalah senior kami dan sekarang sedang menempuh kuliah di jerman karena permintaan kedua orangtuanya.

KIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang