PROLOG

139 18 0
                                    

Hei, selamat datang! Mari, duduklah, akan kuceritakan sebuah pengalaman. Tentang kesedihan yang nampak tidak berkesudahan, pun ketabahan dan kesabaran dari mereka.

🏙🏙🏙

A/N : sekedar pemberitahuan.

Cerita ini sudah di-publish di salah satu platform online lain. Nama akun @ar_riess

Bagi yang ini tahu kelanjutannya, mari ke akunku.

Nama aplikasinya KBM App. Cari saja judul Diary : PELITA, soalnya cuma ada 1 yang judulnya begini di sana 😆😂

Cerita ini hanya akan aku up di Wattpad sampai chapter 5, selebihnya menurut mood.

🏙🏙🏙

Saat itu tiba-tiba Nyonya Hinata membawaku keluar dari sana, dan mempekerjakan aku. Ketika sampai di rumah, sang suami memastikan bisa digunakan. Nyonya Hinata menghadirkanku di tengah keluarga kecilnya, Boruto, Himawari, dan sosok suami yang bekerja sebagai builder.

Mereka tetap saja menggunakanku meski sudah pagi. Kesibukan di ruangan luas ini terasa hangat, tapi memiliki tembok tak terlihat. Himawari, anak bungsu, merengek ingin diberi uang lebih untuk jajan, sedangkan anak tertua, Boruto, menolak memakai sepeda motor. Dia lebih memilih sepeda untuk sekolah. Padahal menurut Tuan Sepeda, jarak sekolahnya lumayan jauh, sekitar lima kilometer.

Senandung kecil mengiringi musik yang terputar di speaker wireless depan televisi. Nyonya Hinata menyapu, membersihkan debu di perabotan, dan mengepel lantai untuk mengisi waktu luang. Beberapa kali terdengar sapaan dari para tetangga yang lewat depan rumah, ia membalasnya dengan senyum, balik menyapa dan mengobrol sejenak.

"Aduh, Boruto! Sukanya ketinggalan!" Nyonya menggerutu saat melihat buku paket yang tergeletak di sofa. Aku ingin tertawa, bisa membayangkan anak tertua itu akan berteriak sebal ketika pulang sekolah. Setelah itu, pasti akan curhat pada ibunya tentang 'kesialan', menurut Nyonya keteledoran, yang terjadi di sekolah. Apalagi Himawari akan terus merecoki sang kakak agar lebih sebal. Sungguh, aku menantikan saat mereka pulang sekolah. Aku akan melihatnya, meski Nyonya akan mematikan daya listrik lewat saklar.

Apalagi saat kepala keluarga, Tuan Naruto, berhasil mengambil alih suasana menjadi lebih ceria. Terkadang, bisa kucuri dengar saat Tuan dan Nyonya berdiskusi, permasalahan keluarga. Boruto pun tidak sekali membawa kawan untuk bermain atau mengerjakan tugas. Himawari suka membuat berantakan rak buku, lalu kabur bermain dengan teman sebayanya. Meninggalkan sang ibu yang berkacak pinggang entah sebal atau gemas melihat tingkah si bungsu.

Hei, terimakasih karena telah memilihku, untuk mengetahuinya, semuanya. Keluarga baru tempatku bekerja.

Teruntuk kalian, selamat datang. Mari, aku berikan kisah yang pernah terjadi, pun akan menjadi sebuah pengalaman berarti.

🏙🏙🏙

To be Continued

P.s : Mungkin bagi yang tidak terlalu suka narasi panjang, bisa mencari cerita yang lain.

POV yang kugunakan dari sisi PELITA, otomatis dia sebagai pencerita di sini

Diary : PELITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang