Hujan terjatuh membasahi bumi
Meski terkadang
Ia terjatuh membasahi pipi
Membayang dia yang telah pergiHujan selalu berikan makna di setiap rintiknya
Sampaikan rindu yang tidak bergunaPerlahan rintik hujan membasahi Yogyakarta
Air mata membasahi hati yang terluka
Jika kata yang terucap hanyalah kiasan belaka
Jika tatapan mata tak berarti apa-apa
Setidaknya kata hati mewakili perasaan yang pernah adaSuara rintikan hujan begitu lembutnya
Temani dingin dalam senja di Yogyakarta
Membuang puing-puing rasa yang masih tersisa
Perlahan namun pasti
Dinginnya seorang diriSunyi dan sendiri
Rintik hujan di kegelapan malam masih terdengar
Rintik demi rintiknya terus terjatuh
Seperti air mata yang terus membasahi pipiDalam rintik hujan
Yang telah berlalu berbulan-bulan
Dia dalam kenangan
Saat menatapnya dalam senyuman
Masih berusaha merelakan
Di bawah rintik hujanSeusai hujan air mengering
Di selokan kecil air nan bening
Jatuh di hulu mulai tak sering
Perlahan tersungkur di hantam heningMeski hampa namun tak mati
Air mata tak keluar lagi
Satu senyuman terlukis di lesung pipi
Laksana luka begitu terasa di dalam hatiLangit tak selalu berjanji
Seusai hujan akan ada pelangi
Sebentar lagi pagi menghampiri
Tentang kehilangan dan sendiriMenunggu pagi untuk menikmati secangkir kopi
Senyuman tipis terlukis
Manakala embun pagi membasahi
Cinta sejati telah pergi
Hujan.... dan sendiri dalam sunyi(Mirzha, Rintik Hujan di Kota Kenangan dalam Buku Antologi Puisi Hujan, CV. RFM Pramedia Jember, Jember, 2020, hlm. 61-62, ISBN 978-623-92706-0-5)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTOLOGI PUISI PATAH HATI
PoesíaKumpulan puisi-puisi patah hati dengan makna terdalam