Siapa yang bisa menduganya? Itu adalah sesuatu yang benar-benar disebut kebetulan ketika Jihoon datang disaat yang tidak tepat, disaat Woojin ingin memencet tombol biru yang bertuliskan 'follow'. Dan bahkan Jihoon sudah mengancam Woojin tadi. Sungguh timing yang buruk!
"W-wow, Hoon, lo muncul udah kayak kunti aja." Woojin menunjukkan senyum canggungnya kepada Jihoon yang sedang menatap tajam padanya. Yena? Ah, dia tidak terlalu berguna. Dia hanya bersembunyi dibalik buku menu yang terbalik. Hh... Menyedihkan.
"Log-out akun gue. Gue gamau lagi lo nge-follow orang sembarangan. Jangan lupa kasih tau Guanlin sama Jinyoung juga. Lakuin sekarang kalo nggak mau mati. Gue pergi dulu." Yena diam-diam mengigit bibirnya. Dia merasa tidak enak pada Woojin.
"Eum, maaf ya. Gara-gara gue, lo jadi kena imbasnya." Yena menggaruk tengkuknya canggung ketika Jihoon sudah pergi. Tapi Woojin tidak membalasnya. Dia sibuk dengan ponselnya. Mungkin sedang log-out dari akun Jihoon?
"Kalo ada waktu, kita bisa jalan-jalan entar. Gue jadi nggak enak sama lo. Ini sebagai permintaan maafnya." Woojin mendongak. Sepertinya dia sudah selesai dengan ponselnya. Kemudian Woojin tersenyum singkat dan mengangguk.
Suasana canggung menyelimuti mereka berdua. Sejak Jihoon datang tadi, Woojin memilih untuk menyibukkan diri dengan ponselnya daripada berbicara dengan Yena. Sementara Yena merasa canggung untuk sekedar membuka pembicaraan. Dia juga masih tidak enak perihal follback tadi.
Sepuluh menit kemudian, pesanan mereka datang. Yena dan Woojin menikmati pesanan mereka dengan keheningan yang masih betah menyelimuti mereka.
"Yen." Woojin memanggil Yena pelan ketika dia sudah selesai dengan red velvet cake-nya. Tentu saja Yena segera menyahut.
"Hm?"
"Gue bukannya curiga sama lo atau gimana ya, tapi gue mau tanya sesuatu. Jangan tersinggung sama pertanyaan gue nanti, sekali lagi gue cuma mau mastiin." kenapa kesannya Woojin sangat serius?
"Lo mau tanya apa emang?"
"Lo deketin Jihoon... bukan sekedar jadiin dia taruhan atau tantangan gitu 'kan?"
***
"Guanlin! Tuh bocah bongsor budek atau gimana sih?! Duh, bangke banget!" Wonyoung sudah hampir kehabiskan nafas ketika kaki panjangnya berusaha mengejar Guanlin. Dia belum menyerah untuk mendapatkan nomor ponsel Guanlin, tangguh sekali bukan?
Tapi tetap saja, Wonyoung itu perempuan dan Guanlin laki-laki, yang berarti Guanlin lebih cepat dari Wonyoung dan kembali membuat Wonyoung kebingungan mencari Guanlin di tengah kerumunan orang-orang. Tadi dia sedang keluar dari rumah untuk membeli beberapa jajanan kecil, dan tanpa sengaja dia melihat Guanlin. Akhirnya Wonyoung memutuskan untuk mengejar Guanlin, melupakan niat awalnya.
Kedua tangan Wonyoung ditumpukan ke kedua lututnya. Dia lelah mengejar Guanlin tadi. Tapi lelahnya dia tak menghasilkan apa-apa.
"Ck, kenapa sih anjir gue harus suka sama dia?! Udah gila sumpah gue!" Wonyoung berdecak dan mengumpat pelan. Dia hampir gila karena tidak berhasil mendapat nomor Guanlin, dan sekarang dia tidak tahu dia ada dimana. Tersesat mungkin cocok untuk menggambarkan keadaannya. Wonyoung sama sekali tidak tahu daerah itu.
Puk...
Bahu Wonyoung yang ditepuk oleh seseorang membuat Wonyoung hampir berteriak karena takut. Tapi begitu dia berbalik, mulut Wonyoung mengatup rapat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Challenge
FanfictionSemua berawal dari Wonyoung yang mengatakan sesuatu, sesuatu yang bisa membuat Yena mempunyai niat untuk mendekati lelaki itu. ••• Gatau deh, nih story bakal kacau ngga ya?T_T