Short Story dari Dea

0 0 0
                                    

Mataku mencari sosok pria yang aku jumpai kemarin sore.

Kemudian ...

"Hei, kamu!"

Seketika aku menoleh ke arah belakang dan aku melihat dia yang berdiri tepat di hadapanku. Pria yang seketika membuat tubuhku terasa hangat. Dia yang tersenyum manis. Sangat manis.

"Sudah lama?" sapanya dengan ramah.

"Nggak, kok. Baru saja." Aku pun tersenyum.

"Sekarang kita mau ke mana?" tanyaku sambil memandanginya.

"Ikut aku," jawabnya sambil menggenggam tanganku.

Dia membawaku ke sebuah taman kecil. Gemercik air, keindahan dan pemandangan yang menakjubkan membuat taman ini sangat mempesona.

"Vio ...."

"Iya."

"Vio ..."

"Iya, ada apa?"

"Vio, kalau seandainya hatimu tempat aku pulang, bolehkah aku menempatinya di sana?"

Aku lantas terkejut. Terdiam. Aku hanya menatap bulan. Aku tak berani melihat wajahnya. Pikiranku kalut. Aku tidak tahu harus berkata apa.

"Kenapa kamu harus memilih hatiku sebagai tempatmu pulang? Sementara diluar sana masih banyak tempat peristirahatan yang lebih bagus dan lebih baik." Akhirnya kalimat itu yang terlontar dari mulutku. Entahlah aku hanya terlalu gugup untuk menjawab pertanyaannya.

"Kebanyakan orang pergi dan mampir ke hati yang lain untuk memastikan di mana hatinya akan pulang ke rumah. Tapi itu tidak berlaku bagiku. Aku memilihmu. Memilih hatimu yang jika kamu izinkan untuk aku tinggali," ucapnya sambil memegang tanganku.

Lagi-lagi aku hanya terdiam. Aku tak berani menatap wajahnya. Sungguh situasi yang seperti ini membuatku semakin gugup.

"Apakah kamu tahu? Sekarang aku dalam dilema besar. Jika kini kujatuhkan hati padamu, Apakah kamu siap untuk membawaku keluar dari zona sebelumnya? Karena masih ada bagian dalam diriku yang memaksaku merindukannya lagi. Merindukan masa laluku. Disisi lain lagi, ada bagian dari diriku kuakui masih takut untuk jatuh cinta lagi," jelasku padanya.

"Selama hatimu adalah tempat paling aman untuk menitipkan cinta, memilihmu adalah mutlak. Sebab, aku tak butuh alasan apapun untuk menjatuhkan hati padamu. Biarkan saja begini adanya."

Aku tersenyum mendengar ucapannya. Dia pun menggenggam tanganku dan aku menaruh kepalaku di pundak priaku. Aku menaruh harapan pada pundaknya. Berharap dia tidak berjalan sendiri lalu menjatuhkan harapanku satu-persatu. Untuk kali ini aku percayakan hatiku kepada sosok pria yang sederhana.

TAMAT

Wattpadesurd BerceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang