1. When His Eyes Met Hers

3.6K 424 26
                                    

MALAM terasa dingin menusuk tulang. Tubuh yang hanya terbalut kaus berlengan pendek dengan celana diatas lutut ia rutuki, karena lupa membawa mantel atau coat. Lagi-lagi merutuki diri karena harus melewati gang yang cukup sepi, sebenarnya sudah beberapa kali kaki melewati gang ini menuju rumah, toh lagipula ini jalan pintas. Yang berbeda adalah perasaan yang tidak enak membuat pikirannya tak tenang.

Takut-takut penjahat muncul, menculiknya, atau yang lebih parah adalah membunuhnya. Oh dapat ia ingat, kenangan buruknya kala kedua orang tuanya dibunuh oleh penjahat gila yang merampok rumahnya. Mungkin sampai sekarang ia sangat membenci yang namanya Villain.

Angin menderu hingga surainya terbawa, lagi-lagi rasa dingin membuatnya mengigil. Teriakan membuat langkah terhenti, oh ayolah jangan bercanda. Dari suaranya saja sudah berteriak minta tolong, disaat seperti ini kemana Pro Hero sedang bertugas?

Walaupun berat, kakinya harus melangkah menolong bukan? Baiklah ini tindakan ceroboh untuknya, harusnya ia lari bukan menghampiri. Tapi rasa manusiawi dalam diri membuatnya mau tak mau harus bertaruh nyawa.

Dilihatnya wanita yang memeluk tasnya erat dengan pria bertubuh jangkung tengah berdiri dengan satu tangan dimasukkan dalam saku celana. Netra miliknya menangkap raut wajah ketakutan disana terlihat tubuh gemetar yang keluar serta cairan dari air matanya tampak, melirik pada pria yang tengah menampilkan api biru pada tangan kanannya. "Hey! Apa yang kau lakukan?!"

Pertanyaan bodoh memang, bahkan ia mengumpat pada bibirnya. Sudah jelas pria itu hendak mencuri tas milik si wanita bukan?

Kepalanya menoleh, menampilkan wajah si pria yang hanya diterangi oleh cahaya dari api biru yang keluar dari tangan kanannya "Lebih baik kau pergi." Suara yang dingin serta datar ditangkap oleh telinga, ia memang membenarkan perkataan pria itu tapi mana mungkin ia pergi jika sudah terlibat seperti ini.

"Maaf saja tapi tidak bisa, kecuali kau melepaskan wanita itu."

"Ck, pengganggu." Dengan beraninya si gadis menghampiri kedua orang itu, menatap wajah wanita yang dilingkupi ketakutan "Pergi saja aku yang tangani ini."

Wanita itu mengangguk dengan patah-patah, melirik wajah 'seram' pemuda dengan banyak pierching pada wajah ia tidak tahu itu jahitan yang masih kasar atau apa tapi si wanita melenggang pergi setelah mengucap terimakasih dengan kalimat kecil.

"Kau berani sekali, padahal gemetaran seperti itu."

Si gadis sebenarnya takut. Terbukti dengan kedua tangan yang mengepal gemetar serta kepala yang tertunduk "Kali ini kumaafkan, jika bertemu lagi kuyakini kau kuhabisi." Iyah benar, benar sekali seharusnya ia ditemukan mati atau yang paling beruntung luka-luka. Tapi tubuh jangkung pemuda itu berbalik lantas mendengus.

Kepalanya menoleh pada pemuda yang yang hendak berjalan pergi, "T-tunggu."

Sialan, suaranya malah terdengar gugup. Kalau begini ia harus menaruh wajahnya dimana sebagai orang sok berani tadi.

Langkahnya berhenti, gang yang cukup gelap serta aroma sampah membuat hidung tak enak. Serta didepannya adalah seorang penjahat, bukan situasi yang cukup bagus "Kenapa kau melakukan itu?" Kalimatnya terucap kecil namun dapat terdengar dengan jelas.

Lenggang beberapa saat, Turqoisenya menatap kearah 'si penggangu' yang tengah menatap kearah bawah "Kenapa memangnya? Bukan urusanmu."

Ia tahu bahwa ini bukanlah urusannya, mata menangkap ujung sepatu hitam membuat kepala mendongak mendapati wajah pemuda itu. Sinar rembulan menerangi mereka, netra Turqoisenya menatap dalam pada kelereng [e/c] yang tertimpa sinar rembulan, entah kenapa tiba-tiba ia melupakan caranya bernafas dengan benar.

Manik mengerjap dengan kedua tangan tersemat pada kantung celana yang dipakai "Kau seorang pahlawan tapi kenapa hanya diam? Jangan membahayakan dirimu melewati gang seperti ini, bodoh." Kalimat yang diselingi tawa kecil dari si pemuda. Presensinya menjauh tiba-tiba dan hilang pada pandangan.

Perkataan yang cukup membuatnya terkejut, pada pertemuan tidak terduganya malah menciptakan sebuah rasa penasaran.

Gadis itu tidak mengerti, mungkin saja merasakan setitik rasa ke ingin tahuan berlebih pada si pemuda yang mengatainya 'bodoh.'

Pemuda bersurai hitam  menghempaskan tubuh lelah pada Singel Bednya, kedua tangan ia jadikan bantalan bagi kepala. Turqoise memandang langit-langit tempatnya  tinggal lantaran mendengus kesal "Hero...ka?"

Seringai kecilnya terulas "Kesan pertama yang tidak buruk."[]

━━━━━━━━━━━━━━━━━

Ukiyo, Sep 12th 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ukiyo, Sep 12th 2020

𝐄𝐍𝐄𝐌𝐘 || DabiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang