"Kemana saja kamu seharian?"
"Park Jihoon, berapa kali aku mengatakan padamu untuk tidak usah ikut campur urusanku," Sunghoon menatap malas pada kakaknya yang seperti sedang menunggu kepulangannya di ruang tamu.
*disclaimer; bukan park jihoon nya guanlin apalagi park jihoon nya trejo*
"Jangan panggil namaku seperti itu, Sunghoon. Aku kakakmu,"
Sunghoon melemparkan kontak motornya ke arah Jihoon tapi meleset dan jatuh menabrak lemari, "Sudah ku bilang jangan menyebut dirimu kakak di hadapanku."
"Huh, orang luar mana tahu, seorang Park Sunghoon yang tenang dan elegan seperti pangeran sebenarnya hanyalah pemuda yang brutal," Jihoon menoleh ke belakang, ke tempat jatuhnya kontak motor itu, "Kalau itu mengenai kepalaku, aku bisa terluka, lho."
"Langsung saja, mau apa ke sini? Segera katakan apa maumu dan angkat kaki dari rumahku."
"Rumahmu?" Jihoon mendengus, "Kau benar, rumah utama ini diwariskan atas namamu. Aku iri sekali."
"Baik, aku katakan keinginanku. Aku mau kamu mundur dari posisi pewaris saat rapat pemegang saham."
Tiba-tiba Sunghoon tertawa, "Hanya itu? Oke, dengan senang hati. Ambil saja semuanya! Lagipula aku sama sekali tidak kepikiran untuk datang di rapat itu."
"Park Sunghoon," Jihoon menggeram marah.
"Kenapa? Merasa tidak senang?" Sunghoon berjalan santai untuk memungut kontak motornya, "Ku pikir kau datang ke sini untuk apa. Daripada mengusikku, gunakan waktumu untuk introspeksi diri saja, kenapa ayah lebih mendukungku daripada kau padahal kau anak tertua dan kita lahir dari rahim yang sama?"
Sebelum menaiki tangga, Sunghoon berbalik lagi, "Ah, apa kualitas spermanya yang berbeda?"
"Park Sunghoon!"
Sunghoon hanya tersenyum remeh lalu pergi menuju kamarnya. Meninggalkan Jihoon yang mengepalkan tangannya dengan wajah merah padam.
.
.
Tidak ada lagi yang membuat Sunghoon begitu senang ketika tadi pagi pembantunya mengatakan bahwa kakaknya telah pergi dari rumah. Memang terkesan mendadak. Tapi, siapa tahu kakaknya itu mendengarkan saran Sunghoon untuk introspeksi diri dan meningkatkan kinerjanya di Amerika sebelum rapat pemegang saham bulan depan.
Ketika Sunghoon mengatakan dia tidak datang, dia benar-benar tidak akan datang. Sunghoon sama sekali tidak berniat untuk menjadi pewaris perusahaan atau apapun itu.
Dia sudah mengatakan dengan lantang di hadapan ayahnya bahwa dia hanya akan menekuni seni dan sains. Entah di masa depan dia akan jadi professor atau apa, pokoknya Sunghoon tidak mau meneruskan perusahaan ayahnya.
"Eh, hoon," Jay –teman sebangku Sunghoon menyikut lengannya, "Itu anak manis juga."
Sunghoon mendongak untuk melihat siapa yang dimaksud Jay. Ternyata Sunoo. Rupanya Sunoo sedang mengantarkan beberapa dokumen untuk ketua kelasnya.
Mata mereka bertemu dan untuk pertama kali sejak mereka saling mengenal, Sunoo melambaikan tangannya dan tersenyum manis pada Sunghoon.
Sunghoon membalasnya dengan senyuman lebar.
"Kamu kenal dia?" tanya Jay.
Sunghoon mengangguk.
"Bolehlah kamu kasih nomernya ke aku,"
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIRY TALE| Sunghoon X Sunoo [ILAND]
Fanfiction"Sounds like a fairy tale. Once he came to my life, all I see was colors." . . . . . !baku !bxb