Sunghoon mengajak Sunoo ke sebuah amusement park. Beberapa hari sebelumnya, Sunghoon sudah meneliti berbagai tempat kencan yang banyak direkomendasikan. Dia mendapat dua hasil teratas yaitu bioskop dan amusement park. Kemudian dia mengeleminasi biokop saat tahu bahwa hanya ada film action dan horror yang sedang ditayangkan. Sunghoon tidak terlalu suka nonton horror
"Lama sekali tidak kesini!" pekik Sunoo kegirangan.
Sunghoon hanya tersenyum lantas menggenggam tangan Sunoo.
"Eh, kak?"
"Ada yang salah?"
Sunoo menunduk pada tangannya yang digenggam Sunghoon, "Banyak yang lihat nanti."
"Kamu malu?"
Sunoo menggeleng, "Bukan begitu..."
"Kalau kamu baik-baik saja, ngapain peduli omongan orang? Ayo."
Mereka menghabiskan waktu dengan berkeliling dan menaiki wahana. Namun, hanya beberapa wahana saja Sunghoon sudah kelelahan. Entah Sunoo yang kebanyakan energi atau Sunghoon yang fisiknya sudah renta tidak pernah digunakan. Ingatkan Sunghoon untuk mulai berolahraga sejak sekarang.
"Sunoo, kita istirahat dulu sebentar,"
Tidak ada jawaban, ternyata Sunoo sedang menatap sebuah carousel.
"Mau naik itu?"
Sunoo mengangguk antusias. Ah, imut sekali, batin Sunghoon.
Untunglah tidak ada antrian, jadi mereka bisa langsung menaikinya. Tapi ternyata Sunghoon tidak ikut naik. Dia memilih untuk menunggu di samping wahana, mengamati Sunoo yang naik turun di salah satu kuda. Seandainya satu kuda itu bisa dinaiki dua orang, pasti akan sangat menyenangkan.
Sunghoon di depan dan Sunoo di belakang memeluknya. Membayangkannya saja sudah membuat Sunghoon malu sendiri.
Setelah beberapa putaran, Sunoo turun dari wahana itu. Menghampiri Sunghoon dengan senyuman.
"Syukurlah," kata Sunoo.
"Kenapa?"
"Karena kakak masih di sini."
Sunghoon mensejajarkan langkahnya dengan Sunoo.
"Dulu waktu saya kecil, saya pernah naik itu,"
"Begitukah?"
Sunoo mengangguk, "Setelah ibu saya meninggal, tante itu datang di antara saya dan ayah. Demi mendapatkan hati ayah saya, dia mendekati saya dan bersikap baik pada saya. Hingga suatu hari dia mengajak saya ke sebuah taman bermain seperti ini. Saya mengatakan ingin naik carousel, tapi saat turun dia sudah tidak ada. Dia meninggalkan saya sendiri di tempat dimana saya tidak mengenal siapapun."
"Lalu bagaimana kau pulang?"
"Dia keliru membodohi anak berusia 7 tahun," ujar Sunoo bangga, "saya datang sendiri ke kantor polisi dan akhirnya pulang ke rumah."
Sunghoon tersenyum, tangannya terangkat hanya untuk mengusak rambut bocah kesayangannya.
"Sunoo, apa kakak tirimu menakutkan?" tanya Sunghoon tiba-tiba.
"Tidak. Dia mungkin berteman dengan preman sekolah tapi sebenarnya dia sama sekali tidak bisa berkelahi."
"Lantas, apa kau takut pada ibumu?"
Sunoo menggeleng, "Saya tidak pernah takut padanya."
"Kenapa kau membiarkannya memukulmu? Kenapa kau tidak melawan?"
"Saya hanya merasa tidak pantas memukul seorang wanita."
Sunghoon menghela napas, "Sunoo, kau tidak bisa membiarkan dirimu ditindas. Manusia itu kalau dibiarkan makin ngelunjak nantinya."
"Terima kasih, kak," Sunoo tersenyum manis pada Sunghoon.
Kini, mereka berada di toko souvenir. Sunoo sedang memainkan sebuah boneka karakter singa, dia menatapnya serius, menekan-nekan perutnya, dan menggoyangkannya beberapa kali.
Dan Sunghoon menemukan itu sebagai sesuatu yang lucu.
"Menyukainya?" tanya Sunghoon.
"Saya suka bagaimana boneka ini begitu lucu padahal singa yang sebenarnya terlihat menakutkan."
Sunghoon tidak bisa untuk menahan tawanya.
"Kakak menampilkan ekspresi yang tidak biasa dan entah mengapa itu membuat saya kesal," Sunoo merajuk yang mana membuat Sunghoon semakin tertawa. Bagaimana Tuhan menciptakan makhluk semenggemaskan ini?
Sunoo memberikan boneka di tangannya pada Sunghoon, "Sudahlah, saya tunggu di luar saja!"
"Sial, dia imut sekali!" Sunghoon sampai berjongkok saking gemasnya dengan tingkah Sunoo.
.
.
Sunghoon menghentikan motornya setelah sampai di depan rumah Sunoo yang lampunya sudah menyala. Beritahu Sunghoon untuk jangan memulangkan anak orang malam-malam.
"Terima kasih, kak! Saya senang sekali hari ini," Sunoo turun lalu memberikan helmnya pada Sunghoon.
"Oh iya," Sunghoon memberikan sebuah tote bag kecil kepada Sunoo. Ketika Sunoo memeriksa isinya, itu adalah boneka singa yang tadi dia mainkan di toko souvenir.
Belum sempat Sunoo bertanya, Sunghoon langsung tancap gas meninggalkan depan rumahnya. Sunoo sendiri hanya memeluk boneka itu sambil tersenyum senang.
"Bagus, ya. Sekarang anak ini sudah berani kabur dari rumah, mana main sama cowok lagi!"
Baru saja Sunoo berbalik untuk mengunci pagar, terdengar suara ibu tirinya mencibir di belakangnya. Wanita itu berdiri dengan wajah sombong di depan pintu rumah bersama anak lelakinya.
"Jemur aja, ma! Nggak tau diri dia!"
Sunoo hanya menyisir rambutnya ke belakang dan melewati mereka tanpa berniat untuk menanggapi.
"Heh!" ibu tirinya mendorong Sunoo dan menghalanginya untuk masuk ke rumah, "Nggak pernah diajarin sopan santun, ya. Belajar dari mana kamu jadi murahan kayak gini, hah?" ibu tirinya merampas tote bag berisi boneka dari Sunghoon lalu membantingnya ke tanah.
Sunoo menatap ibu tirinya marah.
"Apa lihat-lihat?" ayahnya tidak pernah tahu saja, malaikat yang selalu dia puja itu bisa melotot seperti nenek sihir.
Plak!
Lagi, padahal tadi pagi sudah.
Tak tahan, Sunoo lantas memukul balik ibunya dengan kekuatan penuh hingga dia tersungkur. Kedua orang itu menatap Sunoo terkejut, karena anak itu biasanya tidak pernah melawan bahkan jika dilempar dengan gelas sekalipun.
Kakak tiri Sunoo menjambak rambutnya dengan keras. Tapi, Sunoo menyikut lehernya lalu menendang perutnya hingga si kakak tiri terlempar cukup jauh dari beranda rumah. Sekedar info saja, Sunoo bersahabat dengan Jungwon, seorang atlet taekwondo yang sekelas dengannya
Sunoo menyambar tote bagnya, memasuki rumah lalu menguncinya dari dalam.
Ibu tirinya membelalakkan mata, "Anak sialan! Dia mengunci pintunya!"
Ibu dan anak itu menggedor pintu tanpa peduli suaranya akan mengusik tetangga di sekitar mereka.
"Ini rumahku! Hari ini kalian tidur saja di luar!"
.
.
Tanpa mereka tahu, di gang pertigaan depan rumah Sunoo, seseorang sedang mengamati di balik kegelapan. Dia tersenyum, "Aku tahu kau pasti bisa, my sunshine."
-tbc-
Jari saya gatal untuk update. Ngomong-ngomong, seperti Sunghoon, saya juga tidak pernah tahu rasanya kencan, jadi mohon maaf bila adegan kencannya kurang memuaskan. Dan juga, sepertinya saya harus menyalakan tombol peringatan konten dewasa di deskripsi.
:)
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIRY TALE| Sunghoon X Sunoo [ILAND]
Fanfictie"Sounds like a fairy tale. Once he came to my life, all I see was colors." . . . . . !baku !bxb