part 6. Irene fell unconscious

44 5 5
                                    

Holla, ketemu lagi kita. Ohh ya aku janjikan part 8 itu bakalan seru. Emang bener si part 8 itu seru, menurut aku dan kakak ku. Tapi gak tau menurut kalian.

Sekedar mengingatkan, vote and coment sebanyak-banyaknya ya. -ACHA.

Acha pulang dijemput oleh raja, rafael, veronika, rezva, shilla dan cakra. Cakra sengaja ikut karena takut kena amuk maria, tanpa kakak-kakaknya. Didalam perjalanan hanya hening dan khawatir, yang mewakili perasaan mereka masing-masing. Rafael mengambil izin sakit acha, sampai kondisi acha benar-benar pulih.

Sesampai dirumah veronika, rafael, raja dan rezva, rebutan acha. Bukan rebutan untuk mendapati cinta acha, tetapi berebut untuk menggendong acha. Cakra tak luput dari penglihatannya, dia kesal, marah dan iri. Dia tidak pernah mendapat perlakuan seperti itu.

"cha ayuk, sama ka cecon aja" ajak veronika mendorong adik-adiknya pelan. Agar menjauh dari acha. Acha biasa memanggil kakak-kakanya dengan sebutan lain.

"jangan..tangan dia belum cebok, abis berak. Sama ka rafgan aja, yuk cha"

"ihh..babi ompong diem lo" veronika membungkam mulut rafael.

"sama raja el barak aja, my princess"

"gak jangan, dia bau ketek kuda. Ayu cha sama ka rafgan, rafael ganteng seduniaaaaaa" ucap rafael.

"ehh...jangan cha, dia bau kuyang tak berkepala" ucap rezva mendapat jitakan dari rafael.

"dasar goblok, mana ada bau kuyang tak berkepala. Yang ada itu bau ketek kuyang" ucap veronika menoyor kepala rezva.

"kuyang gak bau ketek. Bulunya aja gak pernah tumbuh, keringet gak pernah ada, gak punya ketek juga lagi, and telanjang terkewer-kewer" ucap raja tertawa terbahak-bahak.

"kaya anak kecil" gumam shilla yang sedari tadi melihat kelakuan 4 kakaknya yang tidak ada otak. Mungkin otaknya lagi berak atau main kuyang berbau ketek.

"he'em, cha ayuk sama ka shican aja" ajak shilla dan dijawab anggukan keras dari acha. Berjalan melewati kerumunan kakak-kakaknya.

"ehh...cha mau kemana?" tanya veronika.

"masuklah, masa mau disitu terus, Bau ketek asem." jawab acha.

Acha dan kakak-kakanya masuk kedalam rumah, disana mereka melihat maria yang sedang menangis, disampingnya sudah ada bi inah, yang setia mengelus punggung maria.

Maria yang merasa mendengar suara cempreng acha pun, menengok kearah pintu masuk. Benar dugaannya, acha tertawa dan menampilkan gigi mungil dan putih, saat melihat maria berjalan kearahnya. Maria memeluk acha dengan erat sangat erat, penuh kekhwatiran dan sayang dalam pelukan itu. Maria menangis terisak-isak, dalam pelukaanya.

Acha membalas pelukan hangat dan sayang itu. "bunda udah ya, gak usah nangis. Acha gak papa-papa, acha kuat karena bunda dan papah"

"acha sayang, kenapa hati kamu itu terlalu lembut?, kenapa acha gak bales aja? Dia yang udah sakitin acha" ucap maria mensejajarkan tingginya dengan tinggi acha.

"bunda, kata papah kita gak boleh balas demdam. Kata papah juga kita gak boleh benci dan iri kepada seseorang. Karena kita sudah punya takdir hidup sendiri-sendiri" ucap acha dia ingat sekali perkataan ray, sewaktu ray masih hidup. "Menyelesaikan masalah harus menggunakan kepala yang dingin, nah kan kepala acha gak dingin, karena gak ada AC. Kepala acha berkeringat dan panas, jadi acha gak mau menyelesaikan kepala dengan keadaan yang panas, begitu. Jadi acha harus sabar apapun masalahnya"

Maria menarik nafas dan dihembuskan. Melihat acha, mengingatkan nya kembali tentang masa kecil dulu. "acha, bunda bangga sama kamu. Acha anak yang kuat, tapi sampai kapan acha mau sabar dan ikhlasin semuanya. Bunda gak sanggup, acha terus-terusan disiksa. Bunda benci sama orang yang ngatain acha, bunda sebel sama orang yang terus sakitin acha. Bunda gak rela, acha sakit" ucap maria menahan tangis, yang akan membanjiri pipi mulusnya.

ACHAWhere stories live. Discover now