-Bagian 3-

32 2 0
                                    

Embun pagi masih terasa, langit mulai cerah membuat orang orang enggan untuk tidak merasakan nikmatnya indahnya dunia.
Tetapi, padatnya jalan raya membuat semua orang mengeluh ditempatnya karena kemacetan, bunyi klakson terdengar dimana mana.
Ditambah lagi dengan adanya lampu merah yang sangat lama, yang membuat orang orang itu menunggu dan nantinya akan terlambat untuk mencapai tujuannya.

Di dalam mobil hitam yang terdapat sepasang adik kakak itu juga sedang menunggu lampu hijau akan menyala, sambil menikmati lagu In My Blood yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi terkenal asal Canada.

"Kak Ray kenapa sih, daritadi mukanya ditekuk. Kayak orang habis kehilangan uang 1M aja," Tanya Thalla.

Awal mereka berangkat dari rumah, hanya lagu yang ia dengarkan. Tidak ada percakapan sama sekali. Biasanya, saat mereka sedang berada dimanapun, Rayhan dan Thalla pasti akan berdebat panjang seperti pemilihan presiden saja.

Rayhan menghembuskan nafas panjang, "Kakak disuruh kerja sama papa," Jawab Rayhan dengan muka ditekuk dan pandangan kosong kedepan.

"Hahahahahaha," Thalla tertawa dengan keras sambil memukul dashboard di depannya.

Yah, meskipun otak Thalla itu polos, tapi tingkah laku Thalla itu bar bar. Bahkan melebihi dari kata itu.

Dulu sewaktu SMP kelas 7 semester 1. Thalla dan teman kelasnya sangat pendiam, lemah lembut, tidak pernah berkata kasar. Tetapi semenjak semester 2, teman sekelas Thalla mulai memperlihatkan perilaku aslinya. Ada yang merokok, ada yang sering berkata kasar, suka mukul mukul meja. Mungkin karena mereka baru pertama kali kenal, jadi teman teman Thalla tidak mau memperlihatkan kepribadian nya sendiri.

Dan pastinya otak Thalla diracuni oleh teman sekelas nya, alhasil Thalla ikutan berubah 180 derajat.

"Kenapa ketawa? Ada yang lucu?," Rayhan heran, mengapa adiknya ini menertawakannya. Padahal ia sedang tidak berkomedi.

Thalla mengangguk, ia belum selesai tertawa.
Thalla berhenti sebentar untuk menjawab pertanyaan kakaknya.
"Yaiyalah lucu. Lagian kakak kan udah gede, yah harus wajib dong cari kerja. Ntar istri anak kakak mau dikasik makan apa? Terong terongan?," Thalla melanjutkan adegan tertawanya yang tadi sempat ia tunda.

Rayhan mencibir dalam hati,
Gak anak, gak bapak sama aja. Ehh tapi gue kan juga anak dari bapak gue. Astagfirullahal adzim.

Rayhan menginjak pedal gas untuk melajukan mobilnya. Lampu hijau sudah menyala. Ia tidak memperdulikan adiknya itu yang masih tertawa terbahak-bahak.

•••

Sesampainya tujuan mereka, Thalla mulai meredakan tawanya. Ia mengambil tas sekolahnya yang ia taruh di kursi belakang mobil. Selama perjalanan Rayhan hanya menghabiskan pendengarannya untuk adiknya yang tertawa tidak jelas.

"Makasih ya kakakku yang gans, yang comel, yang ucul, yang plus plus plus.
Semoga cepat menemukan masa depannya," Thalla mulai menyalami tangan Rayhan. Ia juga masih di ajarkan sopan santun oleh orang tuanya.

"Iyeee, udah cepetan masuk," balas Rayhan seadanya.

Thalla pun keluar dari mobil, ia langsung menuju area perkumpulan para kaum hawa.
Sebelum masuk, Thalla dan teman temannya selalu menongkrong di kantin kuliahnya. Katanya, sebelum otak diisi dengan materi, perut harus di utamakan diisi terlebih dahulu. Kalau otak duluan yang diisi, bisa bisa otak mereka akan ngeblank. Begitulah menurut teman temanya. Padahal, mereka sudah makan di rumahnya masing masing. Ntah mereka lapar lagi atau gimana, itu sudah kewajiban mereka sebelum masuk kelas.

LOST PROMISE~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang