-Bagian 4-

27 1 0
                                    

Cahaya matahari mulai meronta ronta untuk masuk melewati celah-celah jendela dari pemilik kamar yang masih bergelut dengan selimutnya. Tetapi, saat bunyi alarm berbunyi, ia mulai sadar dari alam mimpinya.

Semalam, ia tidak bisa tidur. Memikirkan masalah yang menimpanya membuat ia kesulitan untuk beristirahat. Ia baru bisa tidur pada pukul 02.15.

Dia. Fahreza Alfandi Saputra.

Dengan kantung mata yang menghitam dan mata yang masih mengantuk, ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.
Ia harus bersiap siap. Karena 45 menit lagi, kelas dia akan dimulai.

Setelah 15 menit kemudian, ia sudah rapi dengan setelannya. Ia menggunakan kaos T-shirt bewarna putih yang dipadukan dengan jaket biker.

Ia berjalan menuju meja makan. Disana sudah ada banyak sekali makanan yang Maminya siapkan. Ia lalu menarik kursi untuk di dudukinya.

Reza mulai mengambil roti yang ada meja itu dan mengolesinya dengan selai coklat. Lalu ia memakannya sampai habis. Kebiasaan Reza setiap pagi hanya memakan roti saja, padahal di depan matanya itu terdapat banyak sekali makanan yang menggugah selera.

Semenjak masalah besar menimpanya, ia jarang sekali makan nasi. Hanya roti dan susu saja yang memberika Reza tenaga.

Setelah selesai menghabiskan roti dan susunya, ia pergi ke kamar Mami dan Papinya untuk bersalaman.

"Mi, Pi, Reza berangkat kuliah dulu ya," Teriak Reza saat berada di depan pintu kamar Papi Maminya.

Mami dan Papi Reza yang mendengar anaknya teriak pun keluar kamar.

"Iya sayang, hati hati kalo nyetir. Jangan ngebut ngebut, biasain sebelum berangkat baca doa dulu, kalo nyetir jangan sambil ngelamun," ujar Mami Reza.

"Iya Mi. Yaudah Reza berangkat dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," jawab Papi dan Mami Reza bersamaan.

Saat Reza ingin turun dari tangga. Papinya itu memanggilnya.
"Reza."

Reza berhenti, ia menoleh ke belakang, "Iya Pi?"

"Do not give up. Whatever happens, you have to face it all. Papi yakin, kamu bisa menyelesaikan masalah kamu sendiri," Ucap Papi Reza dengan senyumannya. Ia memberikan semangat kepada anak satu satunya itu.

"Pasti," balas Reza dengan penuh semangat juga.

Selesai mengatakan itu, Reza turun dari tangga dan mengambil sepeda motornya. Saat Reza ingin menyalakan motornya, tiba tiba HP yang ada di sakunya itu berdering. Ia menghentikan aktivitasnya untuk menyalakan motornya, lalu mengambil HPnya untuk melihat siapa yang meneleponnya.

Eria.

Ternyata yang menelepon Reza adalah Eria.

Reza menghembuskan nafas berat. Ia mengangkat telepon dari Eria.

"Kenapa?," Tanya Reza yang langsung to the point.

"Kamu mau berangkat kuliah?"

"Iya"

"Aku boleh ikut nebeng ga?"

"Bukannya kamu bareng sama kakak kamu?"

"Tadinya sih gitu. Tapi gajadi, soalnya kakak lagi gak enak badan"

"Ohh. Yaudah aku otw kesana"

LOST PROMISE~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang