|#11 - 1894 Words|
~|~
Setiap orang bisa menjadi seorang relawan, namun tak setiap orang mampu menjadi seorang relawan.
◊ The Volunteer ◊Balutan ada dimana-dimana, matanya tertutup begitu rapat, bahkan senyumnya yang khas tak pernah hilang meski bibirnya terkunci rapat.
Nisa memalingkan pandangannya, tatapannya kosong.
"Aku harus bisa menerimanya, karena ini semua adalah kehendak Allah. Tapi kenapa harus Dia yang menabrakku? Kenapa kami dipertemukan dengan cara yang seperti ini? Ya Rabb yang Maha mengetahui segalanya, selamatkanlah ia. Aamiin." Batin Nisa.
"Bagaimana keadaanya?" tanya Nisa dengan tatapan yang berat dan air mata yang menggenang.
"Dia.. koma Nis" ujar Syalwa—kakak kedua Nisa dengan wajah sedikit di tekuk karena sedih. "Kamu jangan terlalu banyak berpikir ya Nis, kamu sudah kehilangan banyak darah saat kecelakaan dan kamu baru saja menerima banyak darah beberapa jam yang lalu." Nasihat Syalwa yang membuat Nisa tersenyum. Namun Nisa kembali sedih ketika melihat Fahri yang koma.
Nisa menatap Fahri di ranjang sana yang terbujur kaku, dengan luka di sekujur tubuhnya. Mata Nisa kembali memanas dan tanpa disadari Nisa menjatuhkan air matanya yang sudah kesekian kalinya. "Dia adalah ... teman ku, Bu." Lirih Nisa sambil menyeka air matanya.
"Kita doakan saja ya nak, semoga ia diberi kesembuhan oleh Allah swt. Aamiin" ucap ibunya yang langsung diaminkan oleh keluarganya termasuk Nisa, "Tadi orang tuanya datang mengunjunginya, namun ia belum sadar juga. Akhirnya karena orang tuanya sangat sibuk, mereka akan kembali lagi nanti malam." Pungkas Edwina dengan sedih.
"Bertahanlah, berjuanglah dan ... hiduplah Fahri Al Zikri Maulana," batin Nisa dengan air mata yang telah diseka.
Tak lama kemudian Nisa pun diperbolehkan pulang oleh dokter—sebelum Nisa benar-benar ingin bertemu dengan keluarga Fahri. Karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kini Nisa sudah membaik dan mulai stabil kembali.
Nisa beranjak dari ranjangnya, menerima uluran tangan Ibunya dan mulai pergi meninggalkan segalanya di Rumah Sakit ini. Bahkan Fahri.
Besok paginya, Nisa bersiap-siap akan pergi ke Bandung. Dengan segala sesuatu yang telah dipersiapkan Ibunya, Nisa pun berangkat.
Di dalam bis Nisa mendengarkan sholawat dengan earphonenya dan matanya mulai terpejam dengan alunan yang menenangkan hati ini.
Sudah setengah perjalanan Nisa duduk dengan tasnya, tak lupa Nisa mengabari sahabatnya—Nadia Wanda Aulia bahwa Nisa akan berkuliah di Bandung dan juga tinggal di sana dengan bibinya. Tak lama Nisa mengirim pesan kepada Nadia.Kriling... kriling... kriling...
Satu pesan masuk, Nisa membuka pesan tersebut lalu membacanya dengan seksama.
"Iya Nis.. kamu di sana hati-hati ya, tetep jaga kesehatan, jangan terlalu fokus pada pelajaran, fokusin juga perut kamu wkwk" Nisa tersenyum membacanya. Lalu satu pesan masuk lagi dan dengan antusias Nisa membukanya kembali.
"Innalillahi, Nis aku dapet kabar kalo Fahri sudah meninggal 5 menit yang lalu" senyum yang sudah Nisa siapkan pudar begitu saja, mata Nisa membulat, wajahnya terasa panas. Sesak terasa di dada. Air mata tiba-tiba saja sudah menggenang di pelupuk mata Nisa.
Ckittttt......
Bis yang ditumpangi Nisa tiba-tiba ngerem mendadak. Nisa terpental ke depan dan ponsel yang berada di tangannya yang lemah terpental 2 kali, ke depan lalu jatuh bawah, tak sampai disitu, kini tas beratnya jatuh menindih ponselnya yang sudah tak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Volunteer [TERBIT]
General FictionKau memang unik. Namun tak pernah membuatmu bersinar seperti bintang. Kau hanya bersinar ketika dilengkapi dengan orang yang mampu membuatmu bercahaya. Dan ketika itu, maka kau akan benar-benar bersinar. Kuharap, akulah cahaya yang akan membuatmu be...