|#5 - 1217 words|
Huaaaa.. author terlambat update nih😢
Sibuk banget soalnya.. maaf banget ya:)
Yukk langsung baca aja muehehehe"Ekhem.. ekhem.. lagi ngapain?!" Beberapa panitia lewat dengan terkekeh, kemudian berlalu pergi watados.
Tentu saja Nisa dan Zikri terkejut mendengar itu, ternyata gosipnya memang belum redup apalagi punah.
Zikri mematikan handphonenya yang sudah selesai dengan ceramahnya. Dan dia memutar arah pandangnya menjadi ke arah Nisa dengan menghela nafas dan sedikit melamun sekejap.
"Entah penilaian orang lain seperti apa dan bagaimana, sepertinya semua orang menganggap kita pacaran ya?" Suaranya yang agem dan kalimatnya yang menusuk membuat Nisa terkejut mendengarnya.
"Kamu nggak salah Zik?" Mata Nisa membulat.
"Emangnya kenapa Nis?" Sahutnya watados dan polos.
"Ya-ya.. ya enggak sih" jawab Nisa sedikit canggung. Zikri hanya mengangguk mengiyakan.
Belum semenit saja aku dekat dengannya, sudah ada yang beranggapan negatif padaku. Apalagi berjam-jam. Haah. Pantas saja jika aku kemana-mana dengannya, kesan yang mereka tunjukkan seperti memvonis diriku berpacaran dengannya. Padahal kan aku cuma sedang bertugas dengannya. Dan siapa yang peduli pada kami. Aku kira-
"Hei Nis? Kenapa melamun?" Zikri bersiap menyiku tangan Nisa. Namun, Nisa keburu refleks menyiku tangan Zikri duluan.
"Aww.." Zikri mengernyit kesakitan.
"Aww" Nisa terkejut, dan tak sadar bahwa dialah yang telah menyiku Zikri dengan reflex, bukan sebaliknya. "Eh maaf aku kira kamu yang nyiku aku? Maaf ya! Aku nggak sengaja, yang mana yang sakit? Sini aku lihat?" Dengan teliti Nisa melihat sebercak luka yang baru saja ia berikan pada Zikri tanpa memegangnya.
Duh gimana nih, aku harus tanggung jawab. Ya Allah, ampuni hamba mu ini Ya Rabb. Nisa membatin dengan wajahnya yang tegang juga malu.
Zikri terkekeh melihat Nisa yang wajahnya dipenuhi berbagai macam varian. Ada tegang, ada takut, ada menyesal, ada malu dan lainnya. Zikri tak merasakan apa-apa selain kagum pada Nisa. Zikri tertegun melihat Nisa yang tak biasanya seperti ini. Astagfirullah, Zikri kenapa kamu kayak gini?. Zikri memalingkan pandanganya.
"Gak papa kok Zikri, setelah aku analisis kayaknya nggak parah deh. Lagi pula ni ya, mana bisa seorang wanita seperti ku menyiku seseorang sampai berdarah apalagi patah tulang. Hahaha" kata Nisa terkekeh.
Zikri mendelik pada Nisa, "ya bisa aja Nis apalagi kamu kan wanita strong. Hehe" jawabnya sambil menyimpan baik-baik tangannya kalau-kalau Nisa akan menyikunya lagi. Nisa hanya menatapnya dengan wajah yang sedikit kesal. Bukannya Nisa tak ingin disebut wanita strong oleh Zikri, tapi Zikri mengungkapkannya seperti yang membenarkan Nisa bahwa Nisa menyiku Zikri memang keras layaknya seorang laki-laki.
"Santai aja Nis, aku nggak papa kok. Nggak mungkinlah aku nuntut kamu hanya karena kamu menyiku tanganku" goda Zikri.
"Ihh kamu apaan si, ya enggak lah. Aku tanggung jawab kok." Jawab Nisa meyakinkan Zikri bahwa ia memang seseorang yang bertanggung jawab.
"Iya deh iya, kamu tadi ngelamun apa?" Tanya Zikri mengalihkan topik.
"Eheh ng-gak kok, bukan apa-apa. Nggak penting juga" dusta Nisa. Zikri hanya mengangguk meski penasaran.
"Oh iya aku ingat, tadi kata Syakila, panitia nggak akan makan dulu. Soalnya nasi nya hanya ada untuk peserta dan alumni saja. Jadi, ya mohon maklum dari kita." Akhirnya tujuan Nisa datang menemui Zikri baru terungkapkan setelah perdebatan kecil yang membekas. "Nggak papa kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Volunteer [TERBIT]
Ficção GeralKau memang unik. Namun tak pernah membuatmu bersinar seperti bintang. Kau hanya bersinar ketika dilengkapi dengan orang yang mampu membuatmu bercahaya. Dan ketika itu, maka kau akan benar-benar bersinar. Kuharap, akulah cahaya yang akan membuatmu be...