Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
"Kau mau, Ace?" tawarnya menyentak dagu ke botol anggur merah di atas meja meskipun ia tahu tidak akan ada jawaban. Well, ia juga tidak mengharapkan akan ada jawaban.
Main-main jemari panjang kuat elegan dengan kuku terawat rapi itu memutar bosan tangkai gelas kristal berleher tinggi berisi minuman anggur merah yang ia ambil dari persediaan gudang bawah tanah khusus untuk menemaninya menunggu malam ini---tepatnya dini hari, dua jam selepas tengah malam. Dipandanginya cairan berwarna merah keunguan pekat nyaris hitam berusia lebih tua dari dirinya beriak tidak teratur. Menghela napas panjang diletakkannya gelas di sudut meja seakan tiba-tiba merasa jijik dengan minuman yang baru saja disesapnya. Semula ia mengira anggur merah pemberian dua bulan lalu itu memiliki rasa yang sama dengan anggur merah kesukaannya mengingat merk dari red wine itu cukup terkenal.
Sayang sekali selera setiap orang berbeda, dan ia menganut prinsipnya sendiri, 'Barang mahal belum tentu berkualitas, tapi barang yang berkualitas dapat dipastikan mahal'. Seingatnya pula, tidak pernah ada yang menjual murah kepadanya. Bahkan sebuah pemberian pun ada harga yang harus diberikannya. Ia memang kaya, tapi sekali-kali ia ingin barang yang didapatnya dengan cuma-cuma. Huft....
"Kau lebih menyukai anggur putih," beritahunya kemudian kepada sosok lelaki yang hanya balas menatap dengan mata yang sama bosan. Tentu kebosanan dengan alasan berbeda. Yah, lelaki itu memiliki banyak waktu. Tidak masalah menunggu Cleon hingga berselera berbicara serius dengannya.
