Chapter 38

9.1K 660 72
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!❤

*****
Kini suasana kelas XII IPS 3 sangat kacau. Kelas yang tadinya rapi kini sudah seperti kapal pecah. Adrian hanya menatap datar teman-temannya yang sedang berulah. Seperti Farlin sedang mengejar Devan karena cowok itu telah menggosok tangannya yang habis mengupil di seragam Farlin. Zidan yang sedang bernyanyi dengan menjadikan buku yang digulung sebagai mic nya dan Bastian yang menjadikan sapu sebagai gitar. Sementara Rizal sedang menggoda cewek-cewek di kelasnya.

"SINI LO VAN!! KURANG AJAR LO YAH!!" teriak Farlin emosi.

"Yaelah cuman upil doang," ujar Devan santai yang membuat Farlin tambah emosi. Lalu kembali mengejar Devan sehingga membuat kelas tambah berantakan.

"Bas, lo main gitar yang bener kek," kesal Zidan.

"Lo yang nyanyi nya fales. Malah nyalahin gue segala," sahut Bastian nyolot.

"Sinting!" maki Adrian yang melihat kelakuan absurd teman-temannya.

"Lo tau gak perbedaan setan sama lo?" tanya Rizal pada seorang cewek di kelasnya.

"Gak tau," jawab cewek itu sambil senyum-senyum.

"Gak ada bedanya." tawa Rizal langsung pecah saat melihat wajah siswi itu sudah memerah bukan karena malu melainkan kesal.

"KURANG AJAR LO ZAL." ternyata Zidan dan Bastian melihat aksi Rizal makanya sekarang mereka sudah tertawa terpingkal-pingkal.

"Gak ada Akhlak emang lo." Bastian masih saja tertawa sambil memegangi perutnya.

Tiba-tiba Riski memasuki kelas dengan nafas tidak teratur akibat berlari. "Kenapa lo Ki?" tanya Rizal.

"Anjirr!! Bu Luna weh," ucap Riski heboh membuat kelas hening seketika. Sedetik kemudian mereka dengan secepat kilat mengatur kembali meja dan kursi yang berantakan lalu duduk manis ditempat duduk masing-masing.

"Assalamualaikum," salam Bu Luna saat memasuki kelas.

"Waalaikumsalam," jawab mereka semua.

"Hari ini kita ulangan," ucap Bu Luna membuat mata mereka semua melotot.

"Kok mendadak gitu sih Bu?" tanya Rizal nyolot.

"Mau membantah kamu!"

"Ye kok Ibu yang nyolot sih? Harusnya itu kita yang nyolot. Iya gak?" sahut Farlin yang membuat teman-teman kelasnya mengangguk membenarkan.

"Ibu kalau mau kasih ulangan harus bilangin dong dari kemarin-kemarin biar kita siap bikin contekan." Devan menutup mulutnya yang keceplosan. "Maksudnya biar kita siap belajar."

"Ye si bego malah ngasih tau," Bastian menjitak kepala Devan kuat.

"Keceplosan gue."

"Sudah-sudah. Sekarang kita ulangan, tapi di papan tulis."

"Loh? Kenapa gak di kertas aja Bu?" tanya Zidan tak terima.

"Biar manusia kampret gak ada yang nyontek sama Adrian," jawab Bu Luna tersenyum jahat.

"Bu Gelud yuk Gelud," Devan berdiri sambil menggulung lengan seragamnya.

"Duduk Van," tegur Adrian membuat Devan mendengus kesal.

Bu Luna tersenyum mengejek yang membuat teman-teman Adrian ingin sekali memotong bibirnya biar tidak bisa senyum sekalian. Bu Luna lalu menuliskan beberapa soal di papan tulis.

"Farlin maju ke depan jawab soal yang Ibu bikin," Farlin bersikap seolah-olah tidak dengar panggilan Bu Luna. Cowok itu malah sok-sokan sibuk pada bukunya.

"FARLIN!!"

"Eh ada apa Bu?" tanya Farlin.

"Jawab soal yang ibu bikin!" Bu Luna menunjuk papan tulis menggunakan spidol yang ada di tangannya.

"Loh Ibu yang bikin persoalan dan saya yang harus jawab?" semua orang tertawa mendengar ucapan Farlin.

"FARLIN CEPAT MAJU!!" mendengar teriakan Bu Luna, Farlin segera maju dan menjawab soal yang ada di papan tulis.

"Berdiri di situ."

"Loh kenapa Bu? Kan saya sudah jawab," tanya Farlin bingung.

"Memang sudah jawab, tapi jawaban kamu salah!" Farlin hanya menatap sinis Bu Luna lalu berdiri di samping papan tulis.

"Rizal maju ke depan." Rizal tergelonjak kaget saat namanya di panggil.

"Kok saya Bu? Kan masih banyak yang lain."

"Jangan membantah!" Rizal hanya mendengus kesal lalu maju ke depan mengerjakan soal.

"Ini kenapa jawaban kamu salah," ucap Bu Luna saat melihat jawaban yang ditulis Rizal salah.

"Begitulah cowok Bu. Selalu salah dimata cewek," mereka semua tertawa mendengar ucapan Rizal.

"Berdiri di sampaing Farlin kamu," dengan kesal Rizal berdiri di samping Farlin.

Setelah Rizal, kini giliran Bastian yang di panggil, lalu Devan, Zidan. Kini mereka berlima sudah berkumpul di samping papan tulis.

"Ibu ngerjain kita yah?" tuduh Devan.

"Loh ngerjain gimana?"

"Ibu kenapa tunjuk kita semua? Padahalkan masih banya murid yang lain," sahut Farlin.

"Suka-suka Ibu dong. Kan di sini yang jadi guru itu Ibu, bukan kalian," balas Bu Luna sewot.

"Hilih bicit," ucap Rizal memajukan bibir bawahnya.

***

"Kak Kenzi sebentar sibuk gak?" Aira hanya tersenyum saat Adrian tidak membalas ucapannya.

"Entar sore Kak Kenzi bisa nemenin Aira jalan-jalan gak? Biasanya sih Bang Darman yang nemenin Aira, tapi karena Bang Darman udah bahagia di surga jadi gak bisa nemenin Aira lagi," sambung cewek itu.

"Minta aja sama yang lain. Gue sibuk," jawab Adrian datar.

"Aira maunya ditemenin sama Kak Kenzi."

"Jangan paksa gue Ra." Aira menghela napas pelan.

"Sekali ini aja emang gak bisa ya Kak? Kan Kak Kenzi gak pernah lagi nemenin Aira jalan-jalan," Aira terus berusaha membujuk Adrian agar menemaninya berjalan-jalan.

"Gue gak bisa Ra! Lo ngerti gak sih," kesal Adrian.

"Ya udah deh gak papa," ucap Aira berusaha tersenyum.

"Lo jadi cowok jangan egois dong! Kalau lo pilih Riska lo lepasin Aira. Aira juga berhak bahagia," marah Dara yang tiba-tiba datang.

"Dara udah jangan marahin Kak Kenzi," ucap Aira sambil menarik tangan dara tapi langsung ditepis oleh cewek itu. "Gak bisa gitu Ra. Gue gak terima liat lo di perlakukan kaya gini terus."

"Eh ada apa nih?" tanya Rizal yang baru saja datang bersama Zidan, Devan, Bastian, dan Farlin.

"Bilangin sama temen lo jangan egois jadi cowok!" bentak Dara yang masih saja marah. Lalu cewek itu menghadap ke Adrian, "Mungkin lo perlu belajar satu hal, yaitu menghargai keseriusan seseorang." Setelah mengucapkan itu, Dara menarik tangan Aira pergi dari situ.

"Jangan sakitin Aira terus lah bos," ucap Devan.

"Hargai orang yang sayang sama lo, karena kita gak tau kapan dia pergi," ujar Bastian.

"Sebesar apapun rasa sayangnya ke lo, kalau selalu disakiti pasti akan pergi," kata Zidan.

"Jangan sampai dia pergi karena sikap lo," ucap Farlin.

"Lo akan hancur, jika lo hanya mementingkan ego," sahut Rizal. Sementara Adrian hanya bisa terdiam mendengar ucapan teman-temannya.

*****
HAI, KETEMU LAGI SAMA AKU.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!!
IKUTI TERUS CERITA INI YAH, AKAN ADA KEJUTAN DI PART-PART SELANJUTANYA!!!

FOLLOW INSTAGRAM: NURHASTIIN❤

ADRIAN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang