Reja mengelap dahi Anne dengan tangan kanan yang sudah ia basuh dengan air bersih di kran depan gedung teater.
"eh, jangan dong." kata Anne
"kamu haus, ngga. Aku beliin kamu minuman yang dingin, mau?" Kata Reja
"mau dong, Ja." kata Balqish, Idris, Devan, dan Fajar bersamaan.
Reja yang mendengar keempat temannya yang begitu kompak itu pun langsung menatap mereka dengan sinis.
"gue tanya sama pacar gue, bukan kalian." Kata Reja
"yah, mentang-mentang pacar baru." sinis Devan
"kalo mau, nanti gue beliin plus gue bayarin. Dengan catatan, dari uang masing-masing." Kata Reja
"yah, sama aja dong." gerutu Devan yang masih sibuk mengumpulkan sampah di dalam gedung teater
"tadi katanya mau traktir dikantin selama dua hari." Kata Idris
"sekarang mah beda. Lo liat dong, sekarang kita lagi dalam keadaan duka. Kita dihukum, masa yang lain makan nangka, kita makan getahnya. Enak di mereka, pahit dikita." Kata Reja
"perasaan kita ngga ada omongan mau makan nangka deh, Ja." Kata Devan
"iya, masa most wanted sekolah makan nangka. Yakali." Kata Fajat
"ibarat kata. Kalian tuh gimana sih, malu sama Anne kalo ketahuan kalian sebenarnya bego." Kata Reja
"Anne, sebenarnya Reja tuh lagi sarkas biar dia kelihatan lebih pinter dari kita." timpal Balqish
"lah. Iyain aja deh" Kata Reja, pasrah
"Udah, jangan kebanyakan ngobrol. Nanti kalo Pak Kumis lele dateng kesini, terus kerjaan belum beres, kita semua yang kena omelan." Kata Anne
"bener juga. Yaudah, kita selesain sekarang." Kata Fajar
Mereka berenam membagi tugas, ada yang menyapu, mengumpulkan sampah, menata meja dan kursi dan hal lain yang masih terlihat berantakan.
Untuk mencairkan suasana agar tak membosankan dan terdengar monoton, Idris naik ke atas panggung teater dengan membawa sebuah sapu dan menjadikannya sebagai microfon untuk bernyanyi.
"Lebih baik disini..rumah kita sendiri..eehh..."
"kenapa, dris?"
"lirik selanjutnya apa ya?"
"yaampun dris. Ganti, gue request lagunya Mawar Eva de jongh, yang lebih dari egoku."
"Qish, lo galau?"
"engga, cuma lagu ini tuh emang lagi booming banget. Dan--yang nyanyiin emang cantik banget bro. Cuss nyanyiin, dris."
"oke, gue nyanyiin lagu ini khusus untuk sobat ambyar gue, Balqish."
Idris menyanyikan setiap lirik demi lirik dengan begitu apiknya, hingga membuat Balqish yang saat itu tengah galau pun ikut bersuara dan memegang kain lap sebagai alat untuk mengusap air matanya yang hampir saja keluar.
Reja, Anne, Fajar dan juga Devan yang melihat tingkah aneh mereka pun hanya menepukkan tangan sesuai irama lagu untuk memberikan efek musik.
"Aku yang minta maaf walau kau yang salah..aku yang menahan walau kau ingin pisah..karna kamu penting.. Lebih penting.. Dari semua yang kupunya.. Jika kamu salah aku akan lupakan.. Walau belum tentu kau lakukan yang sama.. Karna untukku, kamu lebih penting..dari egoku.." kata Idris yang mengakhiri lagu itu dengan penuh penghayatan.
Suara tepuk tangan sangat kencang menghiasi gedung teater, seakan-akan Idris adalah salah satu pementas terbaik disana. Tapi, tepuk tangan itu bukan berasal dari tangan Devan, Reja, Fajar, bahkan Anne. Melainkan suara Pak Sukirwo yang sedang berada diambang pintu dengan ekspresi yang tak bisa digambarkan lagi seramnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dengan Caraku
Teen FictionAku akan pergi menjauh ketika kau yang meminta.. Tapi jangan pernah memintaku untuk kembali jika kau menyesal.. Aku tidak akan melakukan hal itu, Walau aku masih sama seperti dulu.. Masih sama mencintaimu.. ---- ...