08

28 5 1
                                    

Rumah Ziha
06.00

Meja makan kayu itu tak ada penghuni di atasnya. Wanita paruh baya tersebut nampaknya tidak melakukan rutinitas wajib paginya, yaitu memasak.

Sayuran segar dan aneka lauk pauk bersemayam di kulkas. Mereka bertumpuk rapi dengan jenisnya masing-masing. Tak ada yang mengeksekusi mereka menjadi hidangan lezat menggetarkan lidah.

Dari arah tangga terlihat gadis cantik ber-seragam putih abu-abu dengan sepatu hitam dipadukan kaus kaki putih panjang. Senyum manis terpancar dari bibirnya. Rambut dikucir kuda membuat kesan sederhana dari seorang Aisy Ziha Pratama.

Kakinya menuruni anak tangga dengan santai diiringi senandung kecil. Suara merdu memecahkan suasana pagi hari ini. Sampai langkahnya terhenti di meja makan, tak ada satupun penghuni di atas meja kayu tersebut.

"Nggak ada makanan." Ia bergegas ke dapun mencari keberadaan sumber energi hari ini. Namun tak tercium aroma khas seperti biasa.

Ziha lantas berteriak. "Ma, Mama dimana?"

Krik krik

Nggak ada sahutan dari sang mama. Tak berselang lama HP Ziha yang berada di saku bergetar nyaring. Ia mendekatkan HP di telinganya.

'Assalamualaikum, Zi." Suara orang di seberang sana. Suaranya nampak tak asing di telinga Ziha.

'Waalaikumsallam, Ma. Mama ada dimana?'

'Gini, Zi, mama tadi pagi-pagi sekali di telepon Bu RT suruh kerumahnya.'

'Ada apa?' tanya Ziha penasaran.

'Ibunya Bu RT darah tingginya kambuh. Ini mama lagi antar ke rumah sakit."

'Ohh, mama nggak masak?'

'Nggak, Zi. Kamu beli di kantin saja ya nak,'

'Iya. Sudah dulu ya Ziha mau berangkat. Assalamualaikum.'

'Hati-hati di jalan. Waalaikumsallam."

Tanpa berlama-lama lagi gadis itu mengambil sepeda barunya dan mengayuhnya hingga sekolah. Jarum jam yang melingkar di tangannya menunjukan pukul 06.11. Kebetulan pagi ini udara tidak begitu panas.

Setelah beberapa menit menggowes sepeda silver tersebut, akhirnya sepeda mendarat dengan selamat di SMA Nusa Bangsa. Dapat dihitung dengan jari berapa siswa-siswi yang mengendarai sepeda. Kebanyakan mereka menggunakan motor atau mobil.

Saat memasuki gerbang banyak pasangan mata menatap Ziha sambil berbisik.

Heran mungkin ya lihat cewek cantik lewat, batinnya. Ia tak ambil pusing dengan tatapan para murid lain.

'Lo lihat deh, masak ke sekolah elit naik sepeda'

'Catik-cantik tapi sekolah naik sepeda'

'Sepeda seperti itu saja belagu'

Bisikan panas tersebut tak sengaja menembus telinga Ziha. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri, hanya angin lalu.

Setelah memastikan sepeda kesayangannya terparkir rapi, ia berjalan menuju kelasnya. Kebetulan ia masih satu kelas dengan teman-teman MOS nya.

Saat melewati kelas demi kelas, tiba-tiba ada cengkraman di tangan kirinya. Ziha menoleh melihat siapa pelakunya.

"Lepas tangan mu! jangan pegang tangan ku."

Cewek itu tersenyum sinis. "Urusan kita belum selesai. Gue bakal bikin perhitungan ke Lo," erang cewek berpenampilan minim itu.

"Hhmm." Ziha menghempaskan tangan cewek itu dan pergi meninggalkannya.

***

Jam pertama hari ini adalah Matematika. Guru yang terkenal sabar se antero SMA Nusa Bangsa berdiri di depan kelas menjelaskan materi di papan tulis. Suara lirihnya membuat sebagian siswa malas mendengarkan, termasuk gadis dekat jendela itu.

"Aku perhatikan dari tadi kamu nggak semangat deh, Zi?"

"Bad mood aku tuh," keluhnya.

"Kenapa?"

"Salah satunya gegara si menor!"
Ziha meletakkan kepala di atas meja dan memejamkan mata.

"Salah banyaknya apa?" desis Reta.

Reta mendengus sebal melihat kelakuanku gadis di sampingnya ini. Ziha cuek saja tidak menjawab pertanyaan Reta.

"Gimana anak-anak ada yang ditanyakan?" Suara lirih Bu Mrih terdengar. Tatapan mata guru tersebut di edarkan ke penjuru kelas.

Tet tet

Bel berbunyi nyaring pertanda jam istirahat pertama. Raut bahagia menghiasi wajah penghuni kelas. Bu Mrih mengakhiri pembelajaran dan pamit keluar.

Ziha masih belum bangun juga. Ia nampak khidmat sekali tidurnya.

"Ziha! Bangun!" pekik Riri lumayan keras. Tapi si Ziha tak kunjung bangun.

"Ya Allah, harus menggunakan apa membangunkan manusia di sebelah hamba ini?"

Reta mengamati sekeliling, dan ...

"Klev, aku pinjam bulu itu dong" panggil nya pada lelaki berjambul itu.

Klev yang sedang asyik memegang benda tersebut menoleh ke sumber suara di ikuti juga oleh ketiga temannya.

"Untuk apa Re pinjam bulu segala? Mau jadi induk ayam kamu?" celotehan ngawur dari Gata membuat empat sekawan itu tertawa keras.

"Ngawur kamu." Reta memberi tatapan tajam. "Ini loh untuk bangunin Ziha," jelasnya dengan nada sewot.

Clev menyerahkan buku itu. Aksi Reta di mulai. Ia menggelitikan bulu tersebut di permukaan wajah cantik Ziha. Sang empu mulai terusik, Reta mulai mengguncang tubuh sahabatnya itu agar terbangun. Dan akhirnya berkat usaha keras Ziha terbangun.

Reta tertawa puas melihat aksinya lancar dan berhasil.

"Re. Aku masih ngantuk tapi aku lapar. Yuk ke kantin." Tanpa aba-aba Ziha menarik tangan Reta menuju kantin. Meskipun baru bangun tidur wajah Ziha masih terlihat segar.

"Awas...."

Hay teman-teman
Sampai segini dulu ya!!

Vote and komen ditunggu karena itu sangat berarti bagi saya

Maaf masih banyak typo

Salam manis dari author

Rabu, 16 September 2020




ZIHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang