Reta menarik lengan gadis itu cepat. Matanya masih setengah terbuka. Jalannyapun tak ada tenaga. Sungguh miris nasip gadis itu.
Sang empu sontak membuka kedua matanya lebar-lebar.
Entah jadinya bagaimana jika tadi Reta tidak segera menarik lengan Ziha, mungkin jidat manisnya sudah mencium pintu tersebut.
Ziha terlonjak kaget. Cengiran khas terukir di antara sudut bibirnya.
Hembusan nafas panjang diringi istighfar terucap dari mulut Reta. Ia sungguh dibuat ternganga dengan sikap sahabat gesreknya satu ini.
Lorong kelas terlihat tidak begitu ramai, mungkin para penduduk SMA Nusa Bangsa tengah mencari asupan untuk menenangkan cacing yang bergoyang diperutnya.
Kedua gadis itu mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin untuk mencari tempat duduk tak berpenghuni. Namun nihil, semua tempat duduk telah dipenuhi oleh manusia yang sedang kelaparan ini. Bahkan stan makanan berjubel siswa-siswi tak karuan.
Ziha melongo melihat suasana kantin, "Aku harus gimana?" tanya batinnya.
'Woy minggir- minggir' suara penghuni kantin saling bersahutan. Telinga nya seakan ingin loncat mendengar semua ini. Dengan kekuatan ekstra ia menerobos satu persatu kerumunan di ikuti Reta demi sampai ke stand Mie Dahsyat ter love.
Budhe Ti terlihat sibuk membuat mie Dahsyat ter yumi se antero SMA. Budhe dibantu perempuan berusia seperempat abad berkulit sawo matang itu. Perempuan yang akrab disapa mbak Mirah
"Ziha, kamu pesan mie biar aku yang pesan minum, kita ketemu di taman aja ya," ujar Reta. Tanpa menunggu lama keduanya pergi menyelesaikan tugas masing-masing.
"Budhe, mie dahsyat level 4,5 dua ya!"
Budhe Ti mengacungkan jempol dan tersenyum ke arah Ziha.
Sedangkan dilain tempat duduk seseorang yang sedang pacaran dengan kertas-kertas. Ia fokus meneliti satu persatu lembar dengan telaten. Di seberang dia duduk terdapat satu manusia santuy yang tengah asyik bermain game.
Deheman keras membuat Arsen berhenti sejenak menatap benda putih tipis itu. Ia melirik sahabat sekaligus patnernya ini dengan tajam.
"Kantin yuk bro."
"Sendiri," singkatnya dan berkutik lagi dengan kegiatannya.
"Mau nitip nggak? Gue lagi baik hati dan sombong,"
"Sombong aja belagu," terdengar suara dari arah pintu. Di sana terlihat perempuan cantik dengan hidung minimalis khasnya. Ia berjalan menghampiri kedua manusia beda sifat tersebut.
Senyum terukir dari bibir Devan kala melihat satu plastik hitam yang dibawa perempuan tersebut. Ia adalah Gantari Arunika atau akrab disapa Arun serta sapaan spesial dari kedua sahabatnya yaitu Gagang.
"Wih kebetulan gue lapar Lo bawa apa tu?" Devan sudah sangat kegirangan.
Arun menghela nafas panjang melihat kelakuanku si Devan yang sungguh ....
Ia tersenyum jahil, "gue bawa jamu kunir asem, mau?" ceplosnya asal. Ia menyodorkan plastik itu ke Devan. Sedangkan lelaki itu menatap Arun curiga.
Akhirnya terjadilah perdebatan kecil antara keduanya. Tanpa disadari sudut bibir Arsen terangkat tipis menimbulkan senyum yang manis. Senyum yang jarang orang ketahui.
Suara gebrakan meja membuat Devan dan Arun terdiam seketika. Mata keduanya tertuju pada pelaku penggerebekan. Tatap datar terlihat dari sana, membuat keduanya tersenyum kikuk. Mereka tahu Arsen memiliki cara tersendiri untuk melerai sahabatnya ini.
"Eh iya ada Lo Ar disini." Arun menghampirinya dan meletakkan bingkisan plastik tepat disebelah tumpukan kertas.
Devan pun mengikuti Arun ke meja singgasana Arsen."Ar, Lo nggak lapar?" celetuk Devan sembari mengelus perut ratanya.
"Nggak," ucapnya sambil berdiri dan duduk di sofa panjang. Ia merenggangkan ototnya yang terasa kaku. Matanya terpejam damai dengan rahang kokoh yang menambah kesan good boy.
"Ga, tolong prin file proposal itu ya!"
"Siap bos Arsen," ucapnya dengan semangat empat lima. Dengan segera ia mengerjakan tugas yang diberikan pak Ketos.
Devan duduk di sebelahnya Arsen sambil memegang perutnya. Raut lemas nampak jelas di wajahnya. Arun tanpak kasihan dengan sahabatnya itu. "Dev, gue kasihan deh sama Lo. Muka sudah seperti bantal saja. Tuh kue bolu buatan Emak gue, makan sana gih,"
Sang empu tersenyum, "Dari tadi kek Gagang." Ia langsung memakan kue itu.
Hemm, Arun tak terlalu merespon. "Sisain buat Arsen."
***
Aku bukanlah seorang yang sempurna
Ayo kakak-kakak segera dipinang salat buahnya. Harga ekonomis rasa spektakuler
Ada hati yang harus dijaga
Aku cantik seperti boneka
Ziha berjalan pelan agar tidak terdengar gesekan sepatu. Ia berusaha sekuat tenaga menahan tawa yang ingin lepas bebas.
Door ...
Haaaaa, teriak Reta kaget. Ia yang tengah asyik melihat story WA menjatuhkan hp asal karena jantung yang ikin lompat keluar. Melihat sang pelaku adalah sahabatnya, Reta hanya cemberut.
Sedangkan Ziha tertawa terbahak-bahak melihat sahabatnya menderita.
"Aku kaget, Zi," ujarnya sambil menatap Ziha lesu.
Tanpa membalas ucapan sahabatnya ia menyodorkan satu porsi mie dahsyat Budhe Ti, dan sebaliknya Reta menyodorkan Se-cup es cokelat susu ke Ziha.
Dengan khidmat keduanya menyantap makanan masing-masing. Meskipun harus duduk beralaskan rumput di taman, tapi hal itu tak masalah bagi keduanya. 'Perut kenyang itu yang terpenting'.
Hay Guys
Semoga suka sama ceritanya ya
Maaf masih banyak typo
Vote and comen ya agar author lebih semangat nulisnya
Next;)
Minggu, 27 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIHA
Teen FictionFollow sebelum baca! Pertemuan tak sengaja antara kedua insan manusia. Memberikan warna tersendiri bagi kedua insan tersebut. Apakah warna ini akan bertahan selamanya atau seperti pelangi yang datang hanya sesaat. Lalu bagaimana kelanjutan ceritan...