BAB 1

73 42 104
                                    

"Jika anda ingin terlihat lebih baik, maka tersenyumlah".

-Anonymus

Rinai hujan basahi setiap helai daun, suara rintikan hujan mengalun lembut menetesi tanah yang lembab, membuat aroma tenang bagi orang yang menciumnya.

Jika kau menyukai hujan, mungkin kau seorang pluviophile. Sebutan bagi orang-orang pecinta hujan. Mereka adalah orang yang merasa damai dan bahagia ketika hujan datang, mungkin aku termasuk dalam daftar seorang pluviophile.

Seorang gadis berbalut dress putih yang tengah melihat ketenangan hujan di dalam kamarnya, ia bersandar lemah di kasurnya bergelung dengan selimut. Meskipun dengan tubuh yang lemah, matanya terlihat senang melihat pemandangan di luar kamarnya.

Rambut bersurai hitam panjang yang lembut, mata bulat beriris coklat sayu yang menenangkan jika tersenyum akan terlihat garis bulan sabit dimatanya, dipadukan bibir pink yang tipis membuat ia terlihat manis. Kulit putih pucatnya semakin menambah kesan cantik dalam dirinya.

Freya Aryana Zee gadis cantik berusia 15 tahun, gadis yang mengharapkan kebebasan dalam hidupnya.

"Freya jangan lupa minum obatnya, ingat waktu yang sudah dianjurkan oleh dokter lee" titah suara lembut paruh baya membawa nampan berisi air mineral, biskuit, dan obat.

Yang dipanggil hanya tersenyum tenang melihat bundanya tercinta.

"Freya ngga akan lupa bunda, freya kan mau cepat sembuh supaya bisa sekolah umum!"

"Kenapa harus sekolah umum, kamu kan homeschooling bukannya lebih nyaman sekolah di rumah?" tanya bunda sambil memberikan air beserta obat pada freya.

Freya hanya mempoutkan bibirnya kesal.

"Dirumah membosankan, aku ingin bersekolah diluar, pasti menyenangkan mempunyai teman diluar"

Sang ibu hanya menghela nafas lelah mendengar permintaan freya yang berulang-ulang. Sudah sekian kali freya meminta bersekolah diluar, tapi selalu ditolak oleh sang ibu. Itu semua demi keselamatannya.

"Freya kondisimu belum-"

"Freya bosan dirumah, setidaknya izinkan freya melihat dunia luar. Jikapun keluar pasti ke rumah sakit lagi, freya ingin melihat sebiru apa laut, setinggi apa gunung, sedingin apa salju, freya ingin bebas bunda. Freya ingin merasakan menjadi remaja seperti yang ada di novel!" potong freya dengan histeris, ia sungguh ingin bebas.

15 tahun tak mengenal dunia luar, dan hanya dapat mendengar ceritanya saja dari bundanya. Freya bagaikan burung yang terkurung dalam sangkar, burung yang mendambakan kebebasan.

Sang ibu kaget dengan perkataan freya, selama ini freya tak pernah seemosi ini. Jika pun dia menolak freya hanya diam dan merenung, karena marahnya freya adalah diam jadi ia tidak perlu mengkhawatirkan freya. Tapi kali ini berbeda, di dalam mata freya tersorot amarah yang membuncak. Nada bicara yang biasa terdengar lembut berganti teriakan penuh emosi. Mungkin ini makna sebenarnya dari kalimat "Marahnya orang diam lebih menakutkan dibandingkan orang pemarah"

"Baiklah bunda akan membicarakannya lagi dengan papamu" pada akhirnya bunda mengalah, ia akan membicarakan hal ini pada suaminya.

Freya langsung bersorak tenang langsung memeluk sang ibu tercinta, raut wajahnya berubah seketika membuat sang ibu geleng-geleng kepala 'Buah yang jatuh tak akan jauh dari pohonnya' pikir sang ibu.

"Makasih bunda sayang!"

🌻🌻🌻

"Kamu yakin mengizinkan freya untuk bersekolah umum aya?"

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang