Seorang wanita sedang berjalan di koridor sekolah Bintang Bangsa. Kemeja lengan panjang berwarna hitam membalut tubuh kecilnya. Sebuah rok selutut menjuntai dengan indah pada kakinya. Rambut cokelat panjangnya ia biarkan tergerai, terhembus saat angin kencang menghantam ke arahnya. Dia bersenandung riang sambil mengamati murid-murid sekolah yang sudah berbaris dengan rapi di lapangan. Dia berjalan menuju sebuah kursi di pojok lorong berharap agar tidak ketahuan, karna jika saja ia tertangkap maka ia pasti akan diperintahkan untuk berbaris seperti para guru lainnya. Ya, dialah Kim Jisoo, wanita berumur 19 tahun yang memutuskan untuk mengabdi pada dunia pendidikan diusianya yang terbilang cukup muda. Karena kecerdasannya yang tidak dapat diragukan lagi, ia menamatkan Sekolah Menengahnya dalam kurun waktu 3 tahun.
Jisoo segera duduk di kursi tersebut sambil mengamati sekelilingnya dengan tatapan waspada. "Pokoknya aku ga mau baris", gumamnya dalam hati. Setelah merasa aman, dia langsung mengeluarkan headset dari tas ransel cokelatnya dan langsung mengenakannya. Sebuah lagu bergenre rock mengalun memasuki indera pendengarannya. Jisoo menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama lagu kesukaannya.
Namun sebuah genggaman menghentikan aktivitasnya. Jisoo terperangah melihat sosok pria di hadapannya. Pria bertubuh tinggi yang memiliki badan kekar dan proporsional sedang berdiri di hadapannya sambil menggenggam tangannya. Kemeja hitam yang membalut tubuhnya terlihat kontras dengan warna kulitnya yang putih. Mata hitamnya menatap Jisoo dengan dingin.
Pria itu segera melepas headset yang dikenakan Jisoo dan menariknya menuju ke depan. "Anda mau bawa saya kemana?" tanya Jisoo seraya berusaha melepaskan tangannya dari genggaman pria asing itu.
"Bukankah hari ini jadwal anda untuk menjadi pembina upacara, Bu Friska? Jadi saya persilahkan anda untuk menyampaikan amanat anda," jawab pria itu sambil menatap tajam Jisoo.
"Tapi.." ucap Jisoo dengan tatapan memelas.
"Sudahlah. Katakan saja hal-hal yang memberikan pelajaran bagi mereka," potong pria itu sambil melepaskan tangan Jisoo dan segera pergi dari tempat itu.
Jisoo memutar kepalanya hingga ia dapat melihat semua murid yang tengah menatapnya penasaran. "Ayolah ini mudah, kamu tinggal memberikan mereka pelajaran", batinnya. Dia menghela napas gugup dan segera memajukan wajahnya menuju microphone yang sudah di sediakan.
Sementara itu, pria yang tadi menariknya melangkah menuju tempat para guru dan staff berkumpul. Tatapan matanya menyisir setiap barisan para murid, memastikan bahwa tidak ada keributan atau masalah apapun yang akan terjadi dengan perhitungan matangnya. Ialah Kim Jungmyeon atau yang biasa dipanggil Suho, pria cerdas yang merupakan kepala sekaligus pemilik dari sekolah SOPA. Wajah tampannya bagaikan sinar rembulan malam yang memancarkan cahaya kesempurnaan.
"Maaf saya terlambat," ujar seseorang sambil mengusap peluh yang bercucuran pada wajahnya. Ia menundukkan sedikit kepalanya kepada Suho.
"Maaf, ibu siapa?" tanya Suho sambil menatap wanita itu tanpa ekspresi sedikitpun.
"Saya Friska.."
"Apa?! Jadi siapa wanita yang aku bawa tadi siapa?" Raut wajah Suho beralih gusar.
"Ehem.. burung kakektua terbang rata, kuping congean hidung ingusan, Bapak Ibu dan murid-murid tercinta, mari diet agar tubuh kurusan. Saya cuma becanda kok he he he," canda Jisoo membuat semua murid tertawa geli sekaligus heboh. "Okay. Pada hari ini saya ingin berbicara mengenai Gerak parabola bangsa," lanjut Jisoo membuat para guru melongo sekaligus menepuk jidat frustasi.
"Bangsa adalah kumpulan manusia yang membentuk pola pada setiap aktivitas yang dilakukannya. Bagaikan bola yang dilempar ke atas yang memiliki percepatan gravitasi bernilai negatif, kita juga harus ingat bahwa kemanapun kita pergi, kita harus tetap mengingat tanah air kita dan menerapkan setiap dasar yang telah kita bangun selama kita tinggal di Korea, jika tidak maka kehidupan kita akan bernilai negatif. Saat kita sudah sudah berada pada titik puncak, kita tidak boleh terlalu berbangga diri, karena kecepatan terhadap sumbu Y adalah nol, oleh sebab itu-"