Ini adalah hari kedua bagi siswa SOPA dalam memulai aktivitas belajar. Jisoo berjalan sambil bersenandung riang, tak lupa memakai headset yang selalu setia bertengger pada kepalanya. Sebuah tanktop hitam, ia padukan dengan blazer berwarna putih. Sebuah jeans biru dengan model robek pada lututnya, membalut kaki jenjangnya.
Jisoo semakin mempercepat langkahnya saat matanya menangkap pemandangan gerbang sekolah yang hampir tertutup.
"Bapak satpamku yang tampan, jangan tutup gerbongnya dong.. Tadi jalanan macet total, jadinya saya kejebak macet deh," ucap Jisoo dengan nada memelas.
"Lha ibu kira saya pegawai KAI apa pakai nutup gerbong segala? Emang ibu naik kendaraan apa?" Tanya sang satpam.
"Hehehe gerbang pak maksudnya.. Sepatulah pak," jawab Jisoo sambil menyengir.
"Terus apa hubungannya sama macet bu?" Tanya sang satpam sambil garuk-garuk kepala.
"Tadi yang naik mobil pada marah-marah karna macet, terus pada lempar sepatu ke trotoar.. Jadi macet trotoarnya sama sepatu pak," ucap Jisoo ngawur.
"Oalah, dulu waktu bapak masih muda mah ga ada yang lempar-lempar sepatu bu, adanya yang lempar granit," ucap sang pak satpam sambil memperagakan cara melempar granat. Tanpa sengaja pukulan pada tangannya terlempar entah kemana.
"Granat kali pak maksudnya," ujar Jisoo sambil tertawa. Dia sangat senang bisa menemukan orang yang berkepribadian unik sama dengannya. Setidaknya dia bukan satu-satunya orang yang aneh di sekolah itu.
"Saya boleh masuk kan ya pak?? Please," pinta Jisoo dengan tatapan memohon. "Aduh gimana ya?" Ujar pak satpam bingung.
"Aduh," pekik seseorang membuat Jisoo dan pak satpam saling bertatap-tatapan. Mereka berdua memutar badan untuk melihat siapa yang bersuara tadi.
Di sana Suho sedang mengaduh kesakitan sambil mengusap kepalanya. Dia tidak menyangka kalau dia akan dapat hadiah pada kepalanya hari ini. "Siapa sih yang main lempar-lempar barang sembarangan?!" Omelnya.
Dia mengedarkan pandangannya, berusaha mencari tersangka dari kejadian itu. Dan saat matanya menangkap kedua orang itu, dia langsung berjalan dengan penuh amarah mendekati kedua orang itu.
"Aduh maaf pak, saya ga sengaja.. Tadi keasyikkan ngobrol," ucap sang satpam sambil menunduk takut.
Lalu tatapan Suho kini beralih pada Jisoo. Wanita yang terlalu aneh untuk dipanggil sebagai seorang guru.
"Dan kamu.. Kenapa kamu di sini bu Jisoo?" Tanya Suho sambil menatap Jisoo tajam. "Ehm tadi gerbang sekolahnya udah ditutup, jadi aku mohon sama pak satpam supaya dibukain," jawab Jisoo jujur.
"Ngapain kamu melakukan hal bodoh seperti itu?" Tanya Suho sambil menghela napas kesal. "Ya karena saya datang setelah gerbang sekolah ditutup," jawab Jisoo dengan polosnya.
"Kamu kira kamu masih siswa SMA apa?! Kamu ini guru, ibu Jisoo.. Kamu bisa langsung masuk tanpa harus membujuk satpam," celoteh Suho terlihat kesal.
"Oh gitu ya, hehehe.. Maaf pak saya lupa," ujar Jisoo sambil tersenyum lebar. "Kamu ini! Ayo ikut saya!" Ucap Suho sambil menarik tangan Jisoo kasar.
Mereka berjalan tanpa mempedulikan tatapan bingung para siswa yang masih berada di koridor sekolah. "Aduh pak, bapak kira saya tali tambang apa? Pakai ditarik-tarik segala," ucap Jisoo sambil berusaha mengimbangi langkah besar Suho.
Tapi Suho tidak menggubris ucapan wanita itu. Dia terus melangkah sampai mereka sudah tiba di ruangan Suho. Dan akhirnya Suho melepaskan cengkraman tangannya.
"Aduh jadi guru kok valak amat sih pak," omel Jisoo sambil mengusap tangannya yang memerah. "Galak Jisoo!" Geram Suho frustasi.
"Hehehe iya pak itu maksudnya.. Omong-omong, kenapa saya di bawa ke sini pak??" Tanya Jisoo.