Jisoo berjalan memasuki kawasan perbelanjaan untuk membeli beberapa kebutuhan hidupnya sehari-hari. Kaki jenjangnya melangkah bak model internasional, tapi penampilannya itu sangat bertentangan dengan perilakunya.
"Ayo goyang dompret.. Biar hati terbang, pikiranpun gila.. Galau jadi jomblo.. Ayo goyang kumbang.. Biar mata terang.. Semua masalah pada goyang," nyanyi Jisoo nyaring tanpa mempedulikan tatapan orang di sekelilingnya.
Kringg
"Jisoo cantik nan imut is speaking," ujar Jisoo sambil mengambil kereta dorong dan melangkah memasuki wilayah supermarket.
"Ya Tuhan, kapan sih lo tobat Jis? Gue bosen dengernya," omel Amanda membuat Jisoo terkekeh.
"Apa dayaku Man? Akukan cuma spesies paling cantik dan seksi sedunia.. Oh iya, kamu udah dimana?" Balas Jisoo sambil mengamati harga buah-buahan yang tertera pada sebuah papan berukuran besar.
"Iya deh gue akui kalau lo cantik, tapi sayang lo somplak.. Gue kayanya ga bisa ke sana deh.. Bos gue lagi dateng ke cafe," jawab Amanda. "Huaa kamu tegteg banget sama aku.. Oh gitu, ya udah lain kali aja," ujar Jisoo sambil mengambil sebuah kantung plastik dan memasukkan beberapa buah apel ke dalamnya.
"Tega Jisoo!!! Gue rasa lo lagi ngidam bakmie tegteg nih," balas Amanda. "Ya kamu taulah, lidah aku kan suka goyang dompret.. Kamu emang sahabat terbaik aku Man, makasih ya udah mau beliin mie tegteg," jawab Jisoo sumringah.
"Gue mau pesen dong lidah kaya lo, Jis.. Gue mau jadiin alarm bangun tidur.. Wah parah lo, udah tau kantong gue lagi bolong," balas Amanda.
"Nanti ya kalau ada aku orderin hehehe.. Kan tinggal jahit aja," ucap Jisoo polos. "Cape gue ngomong sama lo, Jis.. Lama-lama gue jadi somplak kaya lo lagi.. Ya udah, gue lanjut kerja dulu ya, takut dimarahin bos," ucap Amanda.
"Sama dong, aku juga lelah.. Ya udah, bye Manda sayang, kerja yang semangat ya.. Love you muachhh," balas Jisoo lalu mematikan sambungan teleponnya.
Kini dia beralih ke bagian sayuran, dia mengambil seikat bayam dan beberapa bumbu dapur lainnya. Sejak kepergian ibunya, Jisoo tumbuh menjadi seorang gadis yang mandiri. Ia terbiasa mencukupi semua kebutuhannya sendiri tanpa mengandalkan bantuan orang lain.
"Maaf mba, itu barangnya ada yang jatuh," ucap seorang pelayan toko dengan sopan. Jisoo membalikkan badannya dan melihat dompetnya yang tergeletak di atas lantai. "Terima kasih mbak," ucap Jisoo sambil mengambil dompetnya dan langsung memasukkannya ke dalam tasnya.
Setelah selesai mengambil barang-barang yang ia perlukan, Jisoo segera menuju ke kasir. Dia meletakkan semua barang yang akan ia beli ke atas meja kasir.
"Semuanya jadi 154 ribu rupiah," ucap sang petugas kasir. Jisoo segera membuka tasnya dan mengambil dompetnya. Betapa terkejutnya dia saat melihat bahwa ada robekan di bagian bawa dompetnya. Dia segera mengecek isi dompetnya.
"Ya Tuhan, siapa yang ngambil uangku? Harus bayar pakai apa ini?" Batinnya dalam hati.
"Mbak maaf, tapi kayanya saya ga jadi beli deh.. Uang saya hilang," ujar Jisoo dengan perasaan bersalah. "Aku yang bayar," ujar seseorang sambil menyodorkan beberapa lembar uang kepada kasir.
"Pak Darvin?" Ucap Jisoo tak percaya. "Ya ini aku," jawabnya sambil tersenyum.
"Mau makan malam bersama?" Tawarnya sambil membantu Jisoo membawa belanjaannya yang cukup banyak. "Maaf pak, tapi sepertinya saya harus pulang sekarang.. Masih ada pekerjaan yang harus saya lakukan," tolak Jisoo sopan.
"Baiklah, aku akan mengantarmu," ucapnya sambil memasukkan belanjaan Jisoo ke dalam mobilnya. "Tapi jalan ke rumah saya ga bisa dilalui mobil," ucap Jisoo merasa tak enak.