part 3

40 5 0
                                    

Jisoo terus berlari tak mempedulikan para murid yang sedang menatapnya dengan tatapan aneh. Pandangan seperti itu sudah lama menjadi makanannya sehari-hari. Menurut orang, tingkahnya memang sangat aneh. Jangan kira ia tidak tahu perkataan guru-guru yang lain tentangnya saat di ruang guru tadi.

Dia segera memasuki ruangan itu tanpa mempedulikan tata krama yang berlaku. Ia hanya tidak ingin semakin terlambat dan mempermalukan dirinya sendiri di depan pria itu.

"Jisoo is here," teriak Jisoo sambil mencari sosok yang ia harap tidak akan pernah ia lihat lagi. Dia memutuskan untuk masuk dan mencari keberadaan pria itu. Senyumnya mengembang saat dapat menemukan sosok itu yang sedang berbaring di atas sofa.

"Bapak, saya udah di sini," ucap Jisoo setengah berteriak. Tapi Suho sama sekali tidak berkutik, dia tetap diam pada posisi yang sama.

"Ihh, bapak tega deh! Saya kok dianggurin kaya anak telantar aja," ucap Jisoo berpura-pura sedih.

Suho sama sekali tidak merespon perkataan Jisoo. Jisoo menghela napas frustasi, dia mengutuki dirinya sendiri yang sudah berlari-larian hanya untuk menemui orang yang sedang tidur siang dengan nyenyak.

"Ya sudah, Jisoo cantik manis nan imut minggat dulu ya. Bapak, jangan kangen ya sama saya," ucap Jisoo sambil membalikkan tubuhnya.

Namun tiba-tiba tangannya ditarik dan saat ini ia malah berbaring di samping Suho. Suho memeluk Jisoo erat seolah jika sedikit saja lengah, Jisoo akan terjatuh ke dalam jurang yang dalam.

"Kok bapak meluk-meluk saya? Bapak kira saya guling apa? Saya kan kurus. Jangan-jangan karna mie itik tadi.. Huaaaa.. Mama, anakmu ini sudah berubah jadi gendut," teriak Jisoo berharap Suho bisa segera bangun.

"Nggak, jangan.. jangan pergi ke sana.. Aku mohon dengarkan aku dulu," gumam Suho sambil mempererat pelukannya membuat Jisoo merasa sesak.

"Aduh bapak, kalau mau ngebuat anak orang sesak napas ijin dulu dong sama orang tua saya. Kan kalau gini jadi ga berkah," ujar Jisoo sambil berusaha melepaskan diri.

"Tidakk!!!" Suho tiba-tiba mendorong tubuh Jisoo sehingga wanita malang itu terjatuh.

Suho berusaha menormalkan degupan jantungnya. Peluh bercucuran mengiringi aliran kesedihan mendalam dari relung jiwanya.

"Aduh, Bapak. Kalau mau jadi petinju bilang aja, tapi ga usah dorong saya juga kali," gerutu Jisoo sambil memijat tangannya yang terasa nyeri.

Suho merasa terkejut saat melihat sosok Jisoo sedang duduk di bawah dan menatapnya dengan kesal.

"Kamu.. kenapa kamu bisa ada di sini? Siapa yang memberi kamu ijin untuk masuk? Terus kenapa kamu duduk di bawah?"

"Aduh bapak, emang bapak kira saya opera kotor apa yang bisa jawab semua pertanyaan bapak sekaligus," geram Jisoo sambil bangkit berdiri.

"Operator, Ibu Jisoo. Bukan opera kotor. Ya sudah, jadi kenapa kamu bisa berada di sini?"

"Demi suami saya Einstein, saya ini belum jadi ibu-ibu. Bapak sendiri yang nyuruh saya ke sini jam 1," jawab Jisoo membela dirinya.

"Demi istri saya dorami, saya juga belum jadi bapak-bapak. Oh iya, saya baru ingat, lalu kenapa kamu duduk di lantai?" balas Suho.

"Wah bapake penggemar doraemon ya?? Sama dong saya juga!! Bapak mau tau aja atau mau tau banget?"

"Saya gak nanya. Cepet jawab atau saya tendang sampai ke langit," ucap Suho membuat Jisoo terkikik geli.

"Mau dong pak, siapa tau kalau sampai langit ke tujuh, saya bisa jadi biri-biri," jawab Jisoo dengan mata berbinar.

Theacher In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang