13. hatters

9 1 0
                                    

- SELAMAT MEMBACA -

Setelah hari panjangku, akhirnya bisa beristirahat sejenak. Mencoba untuk melupakan kejadian yang menyakitkan. Berusaha untuk meyakini diri sendiri bahwa akan baik-baik saja.

Tapi, nyatanya tidak. Mungkin bukan hanya Reyna yang membenciku, Reynal pasti membenci juga. Teringat jelas wajah kesal Reynal kemarin, yang membuatku tersadar bahwa semua sudah berakhir.

Reynal benar. Aku sudah cukup lama mengerti tentang pekerjaan ini. Harusnya kesalahan seperti ini tidak akan terjadi jika aku sudah mempersiapkan semuanya. Kejadian tak terduga pasti ada, dan seharusnya jaga-jaga. Tapi, aku malah menyepelekannya. Belum lagi aku memilih diam daripada membantu Reyna disaat kejadian tersebut. Bukan karena aku tidak suka Reyna, ya.

"Gak usah dipikirin." ucap Nurul mencoba menangkanku.

"Reyna baik kok, cuma ya dia lagi marah aja." tambah Ibel.

Ibel dan Nurul menemaniku seharian. Katanya, mereka ingin menghiburku dan menebus kesalahannya karena tidak ada ketika aku dalam masalah. Sebenarnya mereka tidak salah, karena aku tahu mereka sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Tapi, aku juga tidak ingin berbohong, bahwa saat itu aku membutuhkan mereka ada.

"SIPA!" teriak Nurul, tanpa lepas dari ponselnya. Ada apa sih? Bikin kaget orang aja. "Jahat banget anjir. Mereka kok bisa-bisa nya tarik kesimpulan kayak gitu?" ucap Nurul seraya menatap lekat layar ponselnya.

"Ada apa sih? Sini biar gue lihat." ucapku penasaran. Aku menghampiri Nurul, begitu juga dengan Ibel.

Ibel terlebih dahulu mengambil alih ponsel Nurul, dan tidak membiarkan aku melihatnya. Ia terlihat sangat fokus dengan apa yang dilihatnya. Sampai akhirnya, "Jarinya pada gak ada otak kali ya?!" bentak Ibel tiba-tiba.

"Jari emang gak ada otaknya." jawabku malas. Sejak kapan jari mempunyai otak? Punya teman, kok, gini banget, ya? "Kenapa sih?" tanyaku ikut penasaran.

"Gak boleh." Ibel melarangku.

"Iya, gak boleh lihat." Kini Nurul ikut-ikutan untuk tidak memperbolehkan aku melihatnya. Padahal, tadi ia sendiri yang memanggilku.

Sebenernya apa yang disembunyikan oleh mereka berdua? Apa yang sebenarnya tidak boleh aku ketahui? Aku yakin pasti ada hubungannya dengan aku. Kalau tidak, mereka berdua tidak akan bertingkah seperti saat ini.

"Dih, gue doang gitu yang gak tahu?" Aku mendesak mereka berdua agar memperlihatkannya kepadaku. Tetapi mereka tetap mencoba untuk menyembunyikannya dariku. Aku jadi sangat yakin bahwa hal itu pasti berhubungan denganku.

"Oh, yaudah." Aku berpikir sebentar. Kalau aku tak bisa melihat ponsel Nurul, ponselku sendiri pasti bisa? Semoga saja itu bukan sebuah pesan pribadi.

"JANGAN!" Teriak mereka bersamaan. Aku semakin yakin bahwa ada hal yang tidak beres dan ini terjadi mungkin karenaku.

Ketika aku mencari informasi terbaru. Seketika aku terpana melihat sosok diriku di layar ponsel. Sebuah video berdurasi pendek, yang saat kulihat ketika Reyna sedang marah karena kesalahanku. Aku hanya bisa merenung seraya terus menonton video tersebut berulang-ulang. Masih tidak menyangka karena dalam video tersebut adalah aku. Bahkan, video tersebut sudah menjadi trending pertama di Twitter. Secepat itu?

Kenapa dalam video tersebut hanya sebagian saja? Siapa yang merekam kejadian hal itu, dan kenapa orang tersebut menghakimiku? Bahkan dari judul video tersebut sangat salah. Aku berani jujur.

Fashion Stylist ini ternyata tak suka dengan Reyna, karena Reynal?

Hal itu malah menggiring opini orang lain yang tidak tahu kejadian sebenarnya. Aku tidak tau harus bagaimana. Aku memang tak begitu suka dengan Reyna. Tapi, tidak sama sekali aku berniat jahat padanya.

sweet dreams [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang