18. ajakan aku

11 1 0
                                    

- SELAMAT MEMBACA -

GILA! SUMPAH INI GILA!

Hari yang sangat ditunggu, sekaligus aku sesali akhirnya datang juga. Sudah tidak ada yang harus diperbaiki, karena semua ini akan datang sebentar lagi.

Aku hanya harus menenangkan diri, bukan?

Sejak hari itu aku tidak bisa tidur dan pekerjaan pun juga terganggu. Sungguh, aku menyesal dan juga malu. Mungkin jika lelaki itu bilang "tidak", maka keadaannya akan lebih baik. Aku rasa sih begitu.

"Akhir pekan ada acara?" ucapku spontan. Kemudian aku mulai menyadari kebodohan yang sudah dilakukan. "Eh, gak usah di jawab." jawabku kemudian.

"Jadinya gak usah di jawab?" tanyanya.

"Iya jangan." Aku mengangguk cepat.

"Tapi, aku mau jawab."

"Eh?" Aku menatap heran. Jika dijawab, namun berakhir penolakan, lebih baik tidak usah sama sekali.

"Aku free kok minggu ini." jawab Reynal dengan senyuman. "Nanti aku jemput ke sini."

Mendengar jawabannya membuatku lega. Tapi, aku membatalkannya, "Gak jadi!" jawabku cepat. Aku tidak ingin terlihat seperti perempuan yang agresif. Terlebih, pekerjaan lelaki itu sangat tidak mendukung. Aku ingin pergi jalan-jalan dengannya secara bebas. Seperti layaknya teman.

Aku tidak tahu harus bagaimana jika pergi jalan dengan seseorang yang dikenal banyak orang. Pasti sangat sulit.

"Yah, sayangnya kamu udah janji buat traktir. Jadi, gak ada kata "gak jadi", oke?"

Aku menghela napas, "Aku bakal traktir. Tapi nanti aku antar apa yang kamu mau ke lokasi, ya?" usulku. Aku rasa hal itu lebih baik daripada harus bertemu dengannya. Iya, kan?

"Gak mau." Reynal menatapku dengan tatapan yang teduh. "Salah ya, jalan-jalan sama teman?"

"Gak. Tapi kalau ketahuan bakal jadi masalah."

"Ketahuan berteman bakal jadi masalah? Bukannya, setiap orang pasti punya teman ya?"

Jleb.

Tidak ada salahnya berteman, aku tahu itu. Tapi, jika aku berteman dengan Reynal, pasti akan jadi masalah untuk lelaki itu.

Mengingat kejadian hari itu, membuatku ingin tenggelam saja. Mengajak Reynal untuk pergi jalan? Gila, sih. Aku bersikap berlebihan saat itu karena takutnya orang-orang yang melihat itu berspekulasi kejauhan. Ya itu saja. Tapi, harusnya pembicaraan itu berhenti dan hari ini tak akan terjadi.

"Jadi, menurut kamu gak akan jadi masalah?" tanyaku. Bagaimana bisa tidak akan jadi masalah, kalau Reynal banyak dikenali banyak orang?

"Kita bakal tahu jawabannya." Reynal tersenyum. "Sampai jumpa akhir pekan, Syifa. Mimpi indah." Pamitnya.

Mimpi indah? Bagaimana bisa, jika setiap malam tidak bisa tidur hanya karena teringat semua itu?

🌈

"Rey kamu waras?" Aku terdiam memandangi lelaki dihadapanku ini.

"Kamu penggemar pertama yang berani bertanya seperti itu."

"Eh? Maaf." Buru-buru aku meminta maaf, karena aku sadar pertanyaan itu tak bisa diutarakan ke sembarang orang.

"Serius amat, Syif." Reynal terkekeh. "Aku suka kalau kamu keceplosan gitu."

sweet dreams [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang