15. ajakan Rey

9 1 0
                                    

- SELAMAT MEMBACA -

"Berhenti nangis!"

Suara itu. Akhirnya, aku mendengar suara yang sangat kusukai. Aku melihat dirinya yang sedang melindungi dari orang-orang yang sejak tadi mengganggu.

"Udah, jangan nangis." Bukannya berhenti, aku malah semakin menangis. Rasanya lega ketika ada seseorang yang menolong kita dalam masalah. Penolong yang akhirnya datang juga. Penolong yang tak kuduga kehadirannya.

Orang-orang yang membenciku langsung pergi begitu saja. Aku kira mereka akan tetap menyerangku, tak peduli ada siapapun itu yang menolongku. Ternyata tidak. Mereka pergi begitu saja, berhenti beraksi untuk menyerangku. Semoga saja, nanti tidak ada kejadian seperti ini lagi.

"Kamu sudah aman." ucapnya, disertai usapan lembut di pipiku. "Gak ada yang harus ditakuti lagi saat ini."

"Ke-kenapa te-terlambat?" ucapku terbata. Entah apa yang merasuki tubuhku, tanpa sadar aku memeluk tubuhnya. Seperti sedang mencari perlindungan dan tempat untuk merasa aman. "A-aku ta-takut."

Aku bukan modus, sumpah. Aku merasa ketakutan, karena ini hal pertama dalam hidupku. Bahkan, tubuhku masih terasa lemas dan gemetaran.

Aku merasa aneh dan salah tingkah. Kukira ia akan melepaskan pelukannya. Ternyata, lelaki itu membalas pelukanku. Rasanya aman. Aku tahu ini salah. Aku tahu hal ini tidak boleh dilakukan, terlebih jika ada orang-orang yang melihat, mungkin mereka akan semakin membenciku. Tapi, apa peduliku? Kini aku sedang ingin bersamanya.

"Ma-maaf. Maaf aku lancang." ucapku seraya melepaskannya. "Rey, makasih, ya. Aku tahu, kamu pasti membenciku setelah kejadian hari itu. Tapi, kamu masih bersikap baik dengan menolongku--"

"Aku gak benci kamu." potongnya. "Tapi, aku harap kamu memperbaiki masalahmu dengan Reyna. Ia gak akan mempermasalahkannya jika dari awal kamu jujur." ucapnya begitu tenang. "Oh ya, jangan salahkan Reyna dengan kejadian ini. Setiap fans itu sangat berbeda, dan sebagian dari mereka bisa melakukan apapun untuk idolanya, termasuk hal ini. Tapi, kejadian ini bukan tanggungjawab Reyna. Semoga kamu memaklumi, karena ini sudah terbiasa terjadi."

Aku mengangguk. Dari ucapan panjang Reynal, yang nempel dalam otakku adalah Reyna. Aku sadar diri bahwa ternyata posisiku masih di bawah Reyna. Padahal, tadi aku sudah baper sendiri, bahwa Reynal benar-benar menganggapku berbeda.

"Rey, kamu lagi apa di sini?" tanyaku mengalihkan topik pembicaraan. Kali ini aku sudah merasa lebih baik daripada tadi.

"Bu Mawar pengen aku jadi model buat rancangan terbarunya. Jadi, sekarang mau diskusi dengan beliau."

Aku mengangguk. Lagi, aku melewatkan aktivitas Reynal. Padahal aku bekerja di butik, tapi merasa tidak tahu apa-apa.

"Yaudah aku duluan." Reynal beranjak pergi.

"Rey!" panggilku, yang membuat langkahnya berhenti. "Jaket kamu--"

"Pakai aja. Jangan lupa ganti pakaianmu." Setelah itu, ia melanjutkan langkahnya untuk masuk butik.

Aku masih terdiam dengan senyuman yang menghiasi wajahku. Punggung tegap lelaki itu tak lepas dari pandangan kagumku. Perlahan, sosok Reynal hilang dari pandanganku ketika ia sudah memasuki gedung.

Setidaknya Reynal memperhatikanmu Syifa. batinku, percaya diri.

🌈

"Kok, bau amis, sih?" komentar jahat Adli terdengar ditelingaku. "Kenapa sih lo?" tanya Adli seraya menatapku dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Diem, deh." ucapku kesal. "Gue mau ganti baju. Permisi." Aku beranjak pergi dari hadapan Adli.

sweet dreams [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang