𝓕𝑜𝑙𝑙𝑜𝑤 𝔰𝔢𝔟𝔢𝔩𝔲𝔪 𝔪𝔢𝔪𝔟𝔞𝔠𝔞💕
Andai saja aku dapat berucap tiga kata kepadanya akan ku lakukan sekarang juga.
"Aku menyukai senyummu"
Mustahil bila tiga kata itu ku ucapkan kepada seseorang yang belum ku kenal sama sekali.
𝐿𝑒𝑒 𝐽�...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
★᭄ꦿ᭄ꦿ𝔐𝔢𝔫𝔤𝔞𝔭𝔞 𝔎𝔞𝔪𝔲 𝔇𝔞𝔱𝔞𝔫𝔤 𝔘𝔫𝔱𝔲𝔨 𝔓𝔢𝔯𝔤𝔦࿐
𝕯engan girang aku menyusuri jalan menuju halte tempat dimana aku dan pemuda itu bertemu, Ya pemuda itu adalah Lee Jeno yang selama empat hari ini telah mengaduk-aduk hatiku hingga tak karuan rasanya.
Merasakan jatuh cinta kepada lawan jenis untuk pertama kalinya. Aku berharap kami akan menjadi lebih dekat. Menjadi teman atau Bolehkah jika aku meminta lebih? Jika tuhan mengijinkan aku berjodoh dengannya.
Jodoh?
Bolehkan aku berharap seperti itu?
Sejenak ku hilangkan pikiran perihal jodoh itu. Kini aku mendudukkan diri di halte tempat ku menunggu bus tujuanku.
Seperti biasanya aku membawa payung pemberian Jeno berwarna pink pastel itu. Ini adalah benda pertama yang ku dapatkan dari seorang lelaki yang telah membuatku jatuh hati padanya.
Sekarang pukul 18.15, Ku rasa Jeno belum pulang dari kampus biasannya dua belas menit setelah aku mendudukkan diri di halte ini ia muncul dari sebrang jalan sana.
Sudah satu jam aku menunggunya ia tak kunjung muncul juga biasanya ia tak pernah terlambat begini.
Apa dia sudah pulang? Ataukah ia melewatkan kelas? Berbagai macam bentrokan prasangka berputar di kepalaku, Seakan beradu di dalam sana.
Apa aku harus menghubunginya?. Bagaimana aku dapat menghubunginya? Nomor ponsel saja kami tak saling bertukar.
Bolehkah aku tertawa? Memangnya aku siapa? Sekhawatir itu padanya.
Kami hanya sebatas orang asing yang saling mengenal karena pertemuan yang tak direncanakan. Ya aku menunggu Jeno, Aku telah melewatkan dua bus tujuanku yang berhenti di halte ini demi menunggu pemuda itu.
Aku berjalan mondar-mandir seperti orang kebingungan, Linglung.
"JINA!" Pemuda itu, Jeno? Ia berteriak kearah ku sembari melambaikan tangannya. Senyuman itu menjadi semangatku.
Ya itu suara pemuda yang ku tunggu sejak satu jam ini. Semburat senyum muncul di bibirku.
Pemuda itu pun tersenyum kepadaku sembari menenteng payung biru pastel di tangannya. Ia berlari kearahku.
"Kau belum pulang?" Tanyannya sembari merapikan rambutnya yang agak acak-acakan. Sesekali ia menyeka surainya ke belakang.
"Ku rasa ketampanannya bertambah" gumamku dalam hati.
"Iya tadi pulangnya agak telat" Aku berbohong pasalnya jika aku jujur padanya apa yang akan dipikirkannya tentangku, Sungguh malu rasanya.
"Kau juga terlambat pulang?"
"Aku ketiduran di perpus khkhkh" Ujarnya sembari tertawa. Sepertinya tawa itu akan menjadi hal kedua yang kusukai darinya.
"Apa ketampananku bertambah?" Ujarnya yang membuat mataku mendelik seperti ingin mencuat keluar.
"Bagaimana ia tahu isi hatiku? Apakah ia bisa mendegarnya?" Gumamku dalam hati.
"Ya khkhkh" Ujarnya lagi sembari tertawa.
"Hah?" Ujarku bingung juga tak percaya bahwa pemuda itu menjawab setiap pertanyaan yang ku lontarkan lewat isi hati ku.
"Aku bisa mendengar isi hati seseorang termasuk gumamannya" Ujarnya sembari tersenyum. Aku hanya menatapnya bingung apakah itu benar ataukah hanya candaaannya saja.
"Aku ingin mengenalmu lebih dekat" gumamku dalam hati. Apakah kamu mendengarku?
"Baiklah mari lakukan" Ujarnya kemudian. Ia menjawabnya, Sungguh? Ia benar-benar membalas setiap perkataan dalam isi hati ku.
Berarti selama ini ia tau bahwa aku sedang mengaguminya, Jatuh hati padanya, Mengharapkannya.
"Sepertinya ini yang terakhir" Ujarnya padaku.
"Apa maksudmu?" Tanyaku karena tak dapat memahami perkataannya yang baru saja ia ucapkan.
"Tidak bukan apa-apa lupakan saja"
"Meouw!" Tiba-tiba ada kucing berbulu putih mengaung dan bermanja-manja di kaki Jeno. Lucu sekali.
"Owh meouw apa kau tersesat?" Aku berjongkok dan menanyakan hal yang mustahil dijawab oleh seekor kucing.
Jeno ikut berjongkok mata kami bertemu.
"Matanya indah" gumamku.
"Siapa? Kucing? Atau mataku?" Pertanyaannya yang sukses membuatku gelagapan.
"K-kucingnya" Ujarku penuh kebohongan. Dan pemuda itu tersenyum.
"Meouw!" Kucing itu berlari menyebrang jalan raya bertepatan dengan mobil yang tengah melaju kencang.
Aku segera berlari berharap bisa menyelamatkan kucing itu. Tapi seseorang dengan sigap mendorongku hingga aku terhuyung dan jatuh ke sebrang jalan.
Brak! Jdak!
JENO!
Mataku membulat melihat kejadian itu. Pemuda itu Jeno terpental, Tubuhnya menghantam mobil itu lalu jatuh tergeletak di jalan, Bau anyir darah menyeruak ketika langit ikut meneteskan air mata setelah kejadian itu.
Aku berlari ke arah pemuda itu. Ku angkat kepalanya yang berlumuran darah itu keatas pangkuanku. Ku dekatkan kepalaku ke wajahnya. Aku tak dapat merasakan deru nafasnya. Cairan bening di pelupuk mataku tak dapat ku bendung. Aku menangis, Langit pun menangis.
"Hiks hiks Jeno maaf kan aku seharusnya aku tak menunggumu, Seharusnya aku saja, Mengapa kamu menyelamatkanku?"
"Jeno..." Ujarku sembari menepuk pelan pipinya berharap ada keajaiban yang membuatnya tersadar kembali.
Tak banyak orang yang menyaksikan kejadian itu. Kini sopir mobil itu sedang kebingungan menelpon ambulan.
Ini salahku!
Tolong jangan bawa pergi Jeno!
_end_
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.