9. Friendship problem.

7.1K 516 4
                                    

"Cinta itu bisa menyenangkan layaknya mimpi yang indah. Tapi kadang bisa juga menjadi semenyeramkan mimpi buruk dikejar setan."

***

"Sa, ini makan siang buat, Lo." Queen yang tadinya diam menoleh pada Helena yang memberikan kotak makan untuk Aksa. Queen tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya karena usaha dari perempuan se-ceria Helena untuk mendapatkan hati pria se-introver Aksa.

Aksa hanya melirik dan memainkan ponselnya, tiba-tiba Diky yang disebelah Aksa merebut kotak makan itu dengan cengirannya. "Aksa gak mau? Buat gue aja, ya?"

Helena cemberut kecil dan merebut kembali kotak makan dari tangan Diky. "Enggak! Ini buat Aksa," tolak Helena dengan kesal.

"Mubazir, Helena! Orang Aksa gak mau," kata Diky dengan cepat. "Mending buat gue, kan, Sa?" tanya Diky dengan meminta persetujuan Aksa.

Aksa hanya mengangguk acuh dan berpindah ke sebelah Queen untuk menghindari suara berisik dari Helena juga Diky. Queen memiringkan kepalanya merasakan kekecewaan dari Helena dan menoleh kearah Aksa. Queen mengambil ponsel ditangan Aksa membuat cowok itu mendongak.

"Kalau dikasih sesuatu sama oranglain itu, hargai," kata Queen dengan menatap Aksa tegas membuat pemuda itu sedikit merubah ekspresinya.

Helena mengamati interaksi Aksa dan Queen. Pemuda itu menuruti perkataan Queen dan mengambil kembali kotak makan ditangan Diky membuat Diky mengomel. Helena tersenyum cerah karena Queen berhasil membujuk Aksa. Setidaknya, hanya Queen yang bisa membuat Aksa menurut.

Aksa mulai memakan makanan dari kotak makan Helena dengan mengamati Queen. Aksa memperhatikan ponselnya yang disimpan oleh Queen dan membiarkan itu tanpa meminta ponselnya kembali.

Diky menoleh pada Queen, Aksa dan Helena. Diky menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh. Namun, Diky tidak bisa mendeskripsikan keanehan yang ada dipikirannya.

Diky berdeham pelan dan menatap Queen. "Kayaknya, Aksa cuma bisa cair sama Lo. Gue rasa ..." Diky menghentikan ucapannya karena tatapan tajam dari Aksa. Diky mendengus pelan dan menoleh pada Helena, gadis itu tampak tidak menyadari apa yang ada dipikiran Diky.

Diky memejamkan matanya dan duduk ditengah-tengah Queen dan Aksa dengan sengaja membuat Aksa yang tadinya menatap Queen itu tersadar dan memalingkan wajahnya. Aksa mulai fokus dengan makanan yang diberikan oleh Helena dan sesekali menoleh pada Queen.

"By the way, yang ngasih makanan itu si Noni Belanda, bukan ratu kita, jadi hargai lah brok," bisik Diky membuat Aksa mengerutkan keningnya sebentar. "Aksa, minta dong satu, dua, tiga sendok," kata Diky mengalihkan perhatian Aksa dan berusaha untuk menghalau pikiran buruk didalam dirinya.

Helena memutar bola matanya dan melemparkan botol air mineral bekas ke kepala Diky. "Nanti Aksa gak kenyang!"

Diky tersenyum kecil, dia menundukkan kepalanya sebentar. Melihat itu, Queen mengerutkan keningnya dan menepuk punggung Diky pelan membuat pemuda itu tersadar. "Cepetan, Sa. Gue mau mam," kata Diky dengan nada cerianya dan membuka mulutnya lebar.

Aksa menghela napas pelan dan menyuapi Diky dengan pasrah membuat Helena cemberut tidak terima. Queen terkekeh pelan karena menyadari interaksi teman-temannya yang lucu.

"Guys, ada yang berantem!" Queen dan yang lainnya terkejut karena suara bising dari luar kelas. Aksa segera menutup kotak makan Helena dan menoleh kearah sumber suara.

"Ngapain sih, Sa? Mending lanjut makan." Diky menarik tangan Aksa untuk kembali duduk namun pemuda itu melepaskan tangan Diky darinya. "Teman-teman kita pada gak ada," jawabnya dengan nada tegas.

Diky ikut berdiri menyadari bisa saja teman-temannya yang terlibat dalam pertengkaran itu. Diky dan Aksa bergegas untuk mencari sumber keributan diikuti oleh Queen dan Helena. Mereka menuruni tangga dan melihat beberapa guru yang sudah datang untuk melerai perkelahian.

Queen mendengus pelan karena Randy lah yang membuat ulang kali ini. Queen dapat melihat bahwa Randy terlihat ngos-ngosan dengan wajah babak belur dipegangi oleh King dan Rama.

"Kalian ini anak sekolah atau preman pasar sih? Kalau gak niat sekolah mending mendem di rumah aja atau kawin sekalian!" Omel pak Dadang ditengah kerumunan siswa.

"Ini juga semuanya, bukannya dipisahin malah diadu kayak ayam jago. Kalian senang lihat teman kalian babak belur, hah?" Pak Dadang mengomeli semua siswa dan menatap tajam kearah Randy. "Kamu, ikut saya ke ruangan!"

Randy mendengus pelan dan menarik tangannya dari King dan Rama dan membuat pegangannya terlepas. King, Rama dan yang lainnya mengikuti dibelakang Randy karena khawatir Randy akan kembali berulah. Pak Dadang menoleh dengan wajahnya yang sudah tidak terkondisikan. Dia benar-benar kesal karena Randy dan sembilan temannya yang lain mengikuti dibelakang.

"Kalian ini! Cuma Randy yang harus ikut saya. Jangan kayak anak ayam kalian semua, pakai ngekor segala." Pak Dadang memijat kepalanya dengan frustasi dan menatap anak muridnya.

"Kan kita sepaket pak," jawab Diky dengan asal. "Ini anak bisa tantrum tiba-tiba, pak. Jadi perlu penanganan khusus, kalau bapak mau urus sendiri sih, silahkan," lanjut Diky membuat Pak Dadang terpaksa setuju. King menghela napas pelan, dia cukup lelah karena kelakuan Randy kini ditambah lagi dengan teman-temannya yang lain.

"Kalian tunggu disini! Gak boleh ikut masuk," Pak Dadang memperingati dan membawa Randy masuk kedalam ruangan bimbingan konseling bersama lawannya.

Diky menggaruk kepalanya dan langsung menatap Rama dan King dengan penuh tanda tanya. "Kenapa kutu kupret satu itu bisa lepas kendali?" tanya Diky dengan mendesak.

"Konflik batin," jawab Rama dengan asal-asalan membuat Diky mendengus pelan.

"Gue nanya serius, ya! Jangan sampai gue berubah jadi naga terbang!" kata Diky dengan menggebu-gebu.

"Kayak gak tau Randy aja. Mentok-mentok paling perkara cewek bahenolnya." Rama benar-benar menjawab dengan malas karena energinya terkuras menahan tenaga bayangan dari Randy.

"Alah, kalau gitu mah harusnya biar aja! Gak usah dipisahin, biarin aja jadi bubur sumsum sekalian itu anak!" omel Diky tidak habis pikir.

Queen menghela napas pelan dan benar-benar tidak habis pikir dengan kelakukan teman-temannya. Gadis itu menoleh pada King yang hanya diam seperti sedang menahan emosinya. King menatap Queen dan mengangkat alisnya.

"Lo aman, kan?" tanya Queen dengan khawatir. Karena kecelakaan yang King alami tadi malam juga karena sekarang harus melerai Randy dengan segala emosinya. Itu membuat Queen sangat khawatir pada King.

King menghela napas pelan. "Encok dikit," jawab King dengan menahan geram pada Randy.

King sempat mengira perkara besar yang Randy alami hingga pemuda itu marah dan memukul seseorang. Ternyata masalahnya, sangat sepele bagi King. Hanya karena musuh Randy itu meminta nomer telepon dari Renata.

Renata yang baru datangpun linglung karena tidak tahu apapun. "Apaan sih? Apa salah gue sekarang?" tanya Renata bingung dengan tatapan teman-temannya.

"Besok-besok kalau ada cowok yang minta nomer telepon Lo, mending gak usah bilang Randy bejir!"

Renata menatap Diky sebentar dan mengangguk kecil. "Sumpah gue keceplosan tadi ...," jawab Renata dengan nyengir berusaha untuk tidak terpengaruh oleh tatapan dari teman-temannya.

"Katanya temen, tapi posesif nya over." King mendengus pelan membuat Diky menoleh dan menaikan alisnya menatap King.

"Ngatain orang posesif situ nya jauh lebih posesif," gumam Rama dengan menggelengkan kepalanya pelan.

"Definisi dikasih kaca sama orang yang juga harus ngaca," kata Diky dengan tertawa cukup keras. "Jangan ya dek ya, jangan. TTM itu makan hati lho, dek ya..." Diky melanjutkan ejekannya membuat King menoyor kepala pemuda itu. Bukannya berhenti Diky malah tertawa lebih keras.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Imperfect Queen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang