BISMILLAH❤
Mata Ana menatap cake yang ia pegang, dengan senyuman khasnya yang tercetak di bibirnya yang merah. Ana sudah tidak sabar akan memberikan cake ini kepada abinya, ya hari ini tanggal 31 dimana abinya akan bertambah usia dan genap kepala lima.
Bruk
Seperti di tampar di siang hari, cake yang ia ingin berikan kepada abinya terjatuh sia sia di trotoar dimana dirinya berdiri dengan laki laki yang sibuk dengan handphonenya yang menabrak punggung Ana tadi.
"Sorry." Hanya itu yang diucapkan laki laki dibelakangnya, dan melanjutkan obrolannya. 'Kamu suruh papa tunggu dulu di ruang saya, sebentar lagi saya kembali' selesai mengakhiri panggilan laki laki disamping Ana menatap Ana dengan tatapan datar ya sangat datar sampai tidak ada rasa bersalah sedikitpun.
"Saya beli yang baru, tunggu sebentar." Ujarnya yang langsung meninggalkan Ana dan langsung masuk ke dalam tokoh kue yang tepat di belakang mereka.
Ana hanya menunggu dan bingung beresin cakenya gimana yang tumpah tadi, dan akhirnya Ana hanya menatapinya saja tanpa menyentuh sedikit.
"Nih." Ujarnya seraya memberi cake yang tadi dirinya jatuhin. Ana langsung mengambil.
"Oiya om, sebelumnya makasih tapi yang jatuh tadi gimana?" Tanya Ana bingung.
"Gimana apanya?" Tanya laki laki dihadapannya bingung dan terlihat sekali dirinya buru buru.
"Kuenya, apa gak mau di bersihin terlebih dahulu?" Tanya Ana
"Kamu suruh saya yang bersihin?" bukannya menjawab laki laki dihadapannya malah balik bertanya pada dirinya.
"Yaiyalah, kan tadi om yang jatuhin." jawab Ana kesal, ya jelaslah om ini yang bersihin masa Ana yang harus bersihin.
"Ga usah di bersihin, nanti juga ada yang bersihin." ujarnya, jelas sekali jika dirinya sedang buru buru.
"Ih om tapi jangan kayak gitu dong, om harus tanggung ja-" ujar Ana terhenti saat tangan kekar laki laki itu menarik lengannya untuk pergi bersamanya. Ana langsung histeris ingin melepaskan tangan laki laki itu di lengannya. Dan laki laki itu membawa Ana ke mobil sport yang terparkir VIP bewarna hitam mengkilat. "Masuk."
"Gak." balas Ana tidak mau.
"Masuk, jangan sampai saya dorong kamu masuk." ujar laki laki dihadapan Ana yang semakin kesal melihat dirinya.
"Ih apaansih om, orang saya bisa pulang sendiri. Jangan maksa dong." ujar Ana tidak terima. Dengan kesabaran yang sudah habis, laki laki dihadapannya memaksa Ana untuk masuk ke dalam mobil sportnya itu dan memangsangkan sealt belt Ana, agar Ana diam disana.
"Om apa apaansih saya bisa lapor polisi ya, atas tingkah laku om." teriak Ana ketakutan. Tapi, laki laki tersebut hanya diam dan langsung duduk di kursi supir untuk mengemudi mobil sport hitam.
"Om apa apaan sih saya bisa aja ya lapor polisi atas kekerasan pada anak dibawah umur." ujar Ana yang semakin ketakutan, wajar lah Ana ketakutan di bawa pergi sama om om yang Ana baru ketemu tadi beberapa menit yang lalu dan sekarang dirinya pergi begitu saja.
"Ga jelas." ujarnya kecil, tapi bisa terdengar di telinga Ana.
"Apa ga jelas? Ga jelas apanya sih om, om sumpah saya takut banget om. Sumpah yaudah deh om gak usah bersihin cake yang jatuh tadi biar saya aja yang rapihin, tapi turunin saya dulu ya." tapi tidak ada respon yang diterima Ana untuk saat ini.
"Om, turunin saya di depan halte situ ya om." ujar Ana yang menunjuk halte tapi laki laki di samping Ana malah melaju cepat mobilnya.
"Om kenapa sih, om ada dendam sama keluarga saya? Atau om marah karna saya suruh bersihin cake tadi. Yaudah deh saya maafin tapi turunin saya disini." ujar Ana memohon.
Laki laki disampingnya menghentikan mobilnya secara mendadak, hampir saja jidat Ana menabrak dashboard jika dirinya tidak memakai sealt belt. "Diam, jangan berisik." ujarnya.
"Tapi turunin dulu, saya gak mau disini." ujar Ana yang sebentar lagi akan menjatuhkan air matanya. Lagi dan lagi laki laki disampingnya hanya diam seraya menyetir mobilnya.
Dan tidak lama kemudian mobil sport hitam berhenti di depan kantor yang mewah dan megah yang berada di pusat ibu kota menambah kesan yang sangat indah.
"Tetap disini, jangan kemana kemana." ujarnya yang langsung meninggalkan mobil sport hitam, dan juga meninggalkan Ana yang hanya diam sambil memangku cake yang ia akan berikan pada abinya.
Ana bingung ada apa dengan laki laki ini, mengapa ia bisa memaksa Ana seenaknya. Dia bukan abi yang harus Ana turuti semua permintaannya, dia cuman laki laki yang Ana temui beberapa jam yang lalu.
"Rumah kamu dimana?" Tanya laki laki tersebut yang baru saja duduk di kursi pengemudi.
"Saya bisa pulang sendiri om, saya turun disini aja." ujar Ana pelan tapi masih bisa terdengar oleh orang disampingnya, Ana langsung membuka pintu mobil ingin segera turun tapi ucapan laki laki disampingnya membuat Ana mengurungkan niatnya.
"Alamat rumah kamu dimana." Tanyanya yang melihat Ana duduk sempurna di sampingnya.
"Tapi nanti orang tua saya marah kalau liat saya pulang sama laki laki." ujar Ana.
"Dimana alamat rumah kamu." ulangnya lagi tidak peduli jawaban yang Ana lontarkan barusan.
"Om kenapa sih? Kekeuh banget mau antarin saya pulang, sayakan udah bilang kalau saya bisa pulang sendiri. Lagipula itu salah om harusnya om tanggung jawab kenapa saya jadi turutin apa yang om mau." ujar Ana dengan mata yang sudah penuh diisi air yang sebentar lagi akan keluar.
"Ya ini tanggung jawab saya, antarin kamu pulang." ujarnya datar tanpa ada salah sedikitpun, dan melaju mobilnya dengan kecepatan normal.
Ana sudah meneteskan air mata yang sudah ia tahan susah susah, " tapi tanggung jawab om bukan ini." ujar Ana disela tangisannya. Bukannya menjawab ataupun menoleh sedikitpun ke Ana laki laki disampingnya malah sibuk dengan handphonenya.
"Kalau kamu gak bilang, saya turunin kamu di apartement saya." Ujarnya tenang sangat tenang sampai tidak peduli dengan Ana yang sudah meneteskan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LITTLE WIFE
Novela Juvenil"Kenapa om menikahi Ana?" Tanya gadis cantik yang dibaluti hijab putih yang di hiasi pernak pernik mendominasi hijab putihnya itu. "Karena dijodohin." Jawabnya singkat, tanpa menoleh sedikitpun pada dirinya. "Ouh karena itu doang." Ujar Ana kecewa d...