Gemuruh besi besi bergesekan
Menimbukkan deras suara bak nyanyian
Memekik telinga nun berjauhan
Membisik lemah nun berdampinganSamar samar terdengar alunan sunyi
Melambai lembut bak kenari
Rumput bergoyang tiada henti
Menari nari dibawah terik menyinariTeringat kisah dua insan
Merana sepi terhimpit kenangan
Terbentang jarak dalam pangkuan
Menyibak lara berbisik alunanApa kabar duhai rindu
Hadirnya semu menyibak kalbu
Kempas kempis menunggu
Menanti temu yg berujung haruApa kabar hati
Meniti niti tak henti
Mencari jejak yang tak pasti
Pada sebuah kasih yang dinantiKu ingin berpuisi
Menganyam lembut lembar lembar ini
Menumpahkan pelih peluh bersilih
Membisik rindu yg lirihKu ingin mengadu
Pada desir yg beradu
Merintih perih sebab pilu
Nun menitikkan 'luh' karena maluAngin bergemuruh memenuhi sela bambu bambu runcing
Timbul nyaring suara yg membisik di ruas tiap tiap jemari
Dan aku pun haru, mengingat wajah wajah berseri
Yg tiap sendinya terpenuhi sayat sayat belatiKala itu ia amat sabar menemani
Nan mengukir lesung di pipi kiri
Senyum pun mengiringi
Seakan dunia milik sendiriSampai detik dimana ia benar benar sendiri
Terhimpit udara kecil dalam sunyi
Suara tangis tak henti membasahi
Hingga kerikil kerikil menepis hingga tepi***
Oleh : Arina Hasbana

KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Biru
Thơ caKejenuhan yang menerpa manisnya tawa, kebosanan yang mengundang nestapa, dan rasa yang terombang-ambingkan oleh pahitnya kata percaya dan setia.