"Dede," Billar memeluk Lesti dari belakang. Dengan satu sapuan tangan Lesti menghapus air matanya agar tidak terlihat oleh Billar namun ia lupa suara dan mata sembabnya pasti akan Billar lihat.
"Iya," jawab Lesti dengan suara seraknya.
Segera Billar melepas pelukannya dan membawa Lesti menghadap padanya, tak ayal desiran rasa marah muncul di wajah Billar melihat wajah sembab Lesti.
"Heii, kenapa? Siapa yang buat dede nangis? Bilang sama kaka?"
Lesti hanya menggeleng dan malah memeluk kembali Billar melanjutkan tangisannya, membuat Billar kebingungan.
"Ya sudah kalau mau nangis dulu, kaka ada di sini." membalas pelukan Lesti padanya. Billar ingat kata sang ibu dan kaka perempuannya, apabila seorang wanita menangis maka biarlah ia menyelesaikan tangisannya cukup ada disampingnya pinjamkan pundakmu atau bahkan pelukanmu, tunjukkan pada wanita tersebut bahwa dia punya kamu yang ada selalu disisinya. Karena kadang kala seorang wanita perlu hanya perlu ditemani saat menangis bukan sekedar dituntut untuk bercerita.
Dengan sabar Billar memeluk Lesti dengan pelan ia membawa Lesti berjalan mundur dan duduk di ranjang mereka dengan Lesti masih memeluknya dan duduk di pankuan Billar, Billar dengan telaten mengelus punggung Lesti dan menenangkannya, memberikan rasa aman dan nyaman pada Lesti sang istri tercinta.
Hampir satu jam lamanya mereka masih dengan posisi yang sama, Billar yang semua orang tahu begitu aktif seolah nggak mau diam,namun bersama Lesti ia bisa menjadi sosok yang berbed-beda. Isakan Lesi sudah berkurang napasnya pun sudah teratur, Billar mencoba melihat wajah Lesti. Istrinya ternyata sudah tertidur, masih terlihat di sana sisa tangis Lesti yang Billar dengan telaten hapuskan. Pelan Billar membaringkan Lesti di atas peraduan. Sedikit terusik Lesti begerak mencari kenyamanan. Tanganya tidak melepaskan sesikitpun dari dekapannya terhadap Billar sehingga membuat Billar mau tak mau ikut berbaring.
"Selamat tidur istri kesayangan," ucap Billar seraya mencium kening Lesti. Billar mengusap lembut pipi Lesti, hatinya merasakan sakit saat melihat mata indah milik istrinya ini mengeluarkan air mata. Ia selalu memutar otak membuat sang istri selalu tersenyum juga tertawa dan ia tidak akan rela jikalau ada yang berani membuat istrinya menangis. Orang boleh usik dirinya tapi jangan orang-orang yang ia sayang.
***
Subuh menjelang, kumandang adzan mulai terdengar memanggil umat muslim beribadah pada Sang Pencipta. Begitupun Billar dan Lesti, mereka sudah siap dengan busana mereka untui beribadah, namun di sini Billar tidaklah menjadi Imam Lesti melainkan ia harus bersiap menuju mushola. Sejak menjadi host dapam acara keagamaan keduanya sedikit demi sedikit paham, bahwasanya salat wajib terbaik seorang lelaki adalah berjamaah di masjid.
"Kaka berangkat dulu ya, kamu hati-hati. Hari ini kamu istirahat saja di sini toh libur kan?"
"Iya, kaka juga habis salat langsung pulang."
"Iya sayang."
Lesti segera mengambil tangan kanan suaminya untuk ia cium, hal itu seperti biasa selalu Billar balas dengan elusan di kepala Lesti. Setelah Billar keluar rumah Lesti segera menuju mushola kecil di lantai satu rumah mereka. Ia ingin bercerita pada sang khaliq, melepaskan rasa sesak dalam hati yang kemarin menghimpitnya.
Sampai pada selesai ia salat Lesti menumpahkan segala tangisnya di sana berdoa untuk kebahagiaann dirinya dan suami, keberkahan dirinya dan suami.
"Ya Allah, hanya kepadamu hamba memohon, dan meminta ampun atas segala dosa yang yelah hamba lakukan, ampuni hamba, suami hamba, orang tua serta mertua hamba, saudara-saudara hamba dan suami hamba. Ya Allah, hamba sadar, hamba dan suami bukanlah manusia yang sempurna, kami hanyalah hambamu yang masihlah memiliki rasa marah, kecewa, iri. Tapi ya Allah hamba ingin belajar menjadi sosok istri yang baik untuk suami hamba, istri yang bisa memberikan rasa nyaman dan ketenangan untuk suami hamba, ya Allah berikanlah kami rasa sabar menghadapi segala ujian di awal pernikahan kami, jadikanlah kami orang yang selalu bersyukur. Jauhkanlah kami dari sifat sombong ya Allah. Aamiin"
Mata Lesti terpejam, pikirannya melayang kembali pada ingatan tentang komentar-komentar miring tentang sang suami. Dirinya tidak tahu apa salah suaminya pada mereka sampai mereka bisa begitu jahat menuduh sang suami memanfaatkan dirinya.
"Apa aku harus cerita ya sama kaka?" tanya Lesti pada dirinya sendiri namun tanpa ia ketahui ternyata ada sosok lain yang mejawab pertanyaannya.
"Kita suami istri, apa-apa harusnya di selesaikan bersama bukan?" pertanyaan Billar membuat Lesti seketika menoleh dan melihat sang suami sudah bersandar di dinding pintu masuk mushola kecil mereka.
"Kaka?"
TBC
Assalamualaikum, jangan di bully ya kalau kali ini manisnya dikit. Semoga suka ya. Dan untuk melihat antusai kalian buat menunggu lanjutan ini boleh dong aku minta 100 vot buat chap selanjutnya? Wkwkwk boleh dong aku tahu antusiasme kalian
KAMU SEDANG MEMBACA
LesLar (Lestiana dan Billara)
Fiksi PenggemarLesti dan Billar hanya dua sejoli yang dipertemukan atas izin Allah dengan kisah yang mengikuti mereka.