chapter 2 : Arkasa

63 20 3
                                    

Revision date
13-09-2024

Acazia, permata tersembunyi di jantung kota, selalu menyambutku dengan hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Acazia, permata tersembunyi di jantung kota, selalu menyambutku dengan hangat. Setiap pagi, aroma kopi yang menenangkan menyambutku saat melangkah masuk. Di sini, di balik mesin espresso, aku menemukan kedamaian. Dua tahun sudah aku menjadi bagian dari keluarga kecil ini.

Ada Juna, si barista tampan yang tak pernah kehabisan pujian untuk dirinya sendiri. "Woy Arka!" teriaknya lantang saat aku sibuk meracik kopi pesanan. Aku hanya menggelengkan kepala, terbiasa dengan tingkahnya yang nyentrik. Lalu ada Adit, pemilik sekaligus patissier ulung yang misterius. Nomor teleponnya bak harta karun bagi para penghuni kost putri.

Namun, sesungguhnya bukan hanya pekerjaan dan teman - teman yang hangat, yang membuatku selalu betah dengan Acazia. Ada satu alasan lain yang lebih kuat. Seseorang yang membuat langkahku tak ragu untuk terus kembali.

🌑🌒🌓🌔🌕🌖🌗🌘🌑


Hari ini, seperti biasa, kafe ramai dikunjungi pelanggan. Di antara mereka, ada sosok yang selalu berhasil membuat jantungku berdebar kencang. Angkasa Hala Kartika, dengan senyumnya yang manis dan tatapan matanya yang teduh. Setiap kali ia datang, dunia seakan berhenti sejenak.

"Halo," sapa Angkasa dengan suara lembut saat memasuki kafe.

"Pagi, Angkasa!" sahutku, senyumku merekah. Mataku mengikutinya hingga ia duduk di bangku favoritnya.

"Woy Arka!! Bikinin dia kopi biasanya anjir," teriak Juna sekali lagi. Aku hanya mengangguk dan segera menyiapkan pesanannya.

🌑🌒🌓🌔🌕🌖🌗🌘🌑

Kuantarkan americano itu padanya, uap hangat mengepul di atas cangkir. "Silakan diminum," kataku, suara ku sedikit bergetar.

"Ah iya, terima kasih," jawabnya, senyumnya merekah sejenak sebelum kembali fokus pada buku tebal di hadapannya. Terimakasih? Lucu sekali.

Juna, yang sejak tadi memperhatikan interaksi kami, menyeringai. "Hayoo ngelihatin si Arkasa ya kamu? Ngaku deh hahaha," ucapnya menggoda.

"Astaga, enggak kok, hehehe," jawab Angkasa, wajahnya memerah. Aku berusaha menyembunyikan senyumku, jantungku berdebar kencang.

"Tumben kamu datang agak pagi hari ini?" tanya Adit, suara baritonnya terdengar merdu.

"Iya Adit, kelasnya selesai lebih pagi," jawab Angkasa.

"Aku mau mengeluarkan kue baru nih, karena kamu langganan di sini, aku kasih kamu tester kuenya gratis deh, dicoba ya..." tawar Adit.

𝐀𝐦𝐞𝐫𝐢𝐜𝐚𝐧𝐨 (𝐘𝐨𝐨𝐧 𝐉𝐞𝐨𝐧𝐠𝐡𝐚𝐧)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang