Part 8

85 16 19
                                    

     Kacau. Kacau. Kacau. Batin Hyuna.

Mungkin tidak ada kata lain yang dapat menggambarkan keadaannya  sekarang, bahkan AC pendingin mobil pun tidak dapat mencairkan suasana nya.
      Hyuna menggigil, tubuhnya tegang dan telapak tangannya sudah dipenuhi dengan keringat. Hyuna tau jelas apa yang sedang kakaknya fikirkan, menyetir dengan air muka yang tajam tanpa ada senyum sedikitpun diwajahnya. Setelah kejadian tadi Hyuna melihat kakaknya masih saja diam sepanjang perjalanan pulang,Hyuna berfikir mungkin kakaknya masih menahan malu yang amat sangat karna ulahnya. Bagaiana tidak, dua pria tadi adalah rekan kerja kakaknya dan tidak lain adalah promotor di sekolahnya juga.

     Jalanan siang ini juga tidak terlalu ramai kendaran ataupun orang berlalu lalang, karna mungkin ini masih dalam jam kerja dan jam sekolah jadi semua orang sedang menyibukkan dirinya masing-masing.

          "Turun dan buka gerbangnya!" ucap Yongi tanpa menoleh Hyuna.
Sedangkan Hyuna yang menyadari perintah kakaknya itu langsung bergegas keluar dan membukakan gerbangnya, karna terlalu lama melamun di mobil Hyuna jadi tidak sadar jika mobil yang di kendarai dia dan kakaknya sudah sampai tepat di depan rumah.

     Setelah mobil kakaknya masuk dan sudah rapi terparkir di garasi, Hyuna pun menutup kembali gerbang itu dan berjalan menuju pintu rumah, namun Hyuna tidak langsung masuk karna ia menunggu kakaknya untuk turun dari mobil.

         "Oppa maaf, ak----"

          "Aku tau" ucap Yongi singkat sambil berjalan memasuki rumah dan melewati Hyuna begitu saja.

         "Maksud oppa?" tanya Hyuna bingung, padahal dari tadi sepanjang perjalan pulang dia belum menceritakan apapun permasalahan nya pada Yongi.

          "Tadi gurumu menghubungiku dan mengatakan jika kau membolos sekolah" jawab Yongi sambil meletakkan tas kerjanya di meja dan mulai mendudukkan dirinya di sofa.

          "Apa kang ssaem yang menghubungi oppa?" tanya Hyuna lagi.

         "hm" jawab Yongi singkat.

Ah, sudah kutebak. Batin Hyuna.

      Setelah mendengar jawaban kakaknya, Hyuna pun langsung menuju dapur untuk mengambil air minum, karna pasokan udara yang menipis dan suasana tegang dimobil tadi membuatnya kehilangan banyak tenaga. Ya, mungkin itu terdengar sedikit berlebihan. Tapi sungguh jika Hyuna mengingat air muka kakaknya di mobil tadi itu sangat menyeramkan,bahkan patung mumi saja bisa kalam seram dengan wajah kakaknya itu.

     Tapi syukurlah kakaknya tidak terlalu mengintrogasi kesalahannya hari ini, karna sepertinya dia juga terlihat sangat lelah dan sedang tidak ingin berdebat.

     Setelah mengambil dua botol air minum, Hyuna kembali ke ruangan dimana Yongi berada dan memberikan satu botol minum itu pada Yongi yang sedang memainkan ponselnya.

          "Eomma baru saja menghubungiku, dia bilang akan menginap satu malam di rumah nenek"ucap Yongi saat Hyuna sudah duduk di sampingnya, "Kau ingin makan malam apa nanti? Biar oppa masakan"lanjut Yongi.

          "Terserah oppa saja" jawab Hyuna.

     Setelah mendengar jawaban dari Hyuna, Yongi pun langsung beranjak dari sofa untuk menuju kamarnya. Namun baru beberapa langkah Yongi pergi, tiba-tiba Hyuna memanggilnya lagi.

          "Oppa! "

          "Kenapa?"jawab Yongi sambil menolehkan sedikit kepalanya pada Hyuna.

         "Maafkan aku" ucap Hyuna sambil menundukkan kepalanya.

     Mendengar ucapan adiknya, Yongi pun berusaha untuk tersenyum sedikit lebih tenang dan menghembuskan nafasnya lirih sebelum berucap, "Jangan pernah membolos lagi",dan setelahnya Yongi pun langsung pergi ke kamarnya.

----------

     Disinilah Min Jung sekarang, di sebuah rumah dengan nuansa coklat kayu khas rumah tradisional korea, lantai yang masih menggunakan tanah liat, tap dengan giwajib dan tembok yang terbuat dari maru. Suasananya pun tenang dan bisa dibilang cukup jauh dari hiruk piruk perkotaan. Ya, Min Jung sedang berada di Namsangol Hanok tepatnya di desa dengan rumah tradisional di lembah Namsan. Rumah Hanok sendiri adalah rumah tradisional khas korea, dan terdiri dari 4 ruangan,yaitu haengrangchae, sarangchae, anchae, dan sadang. Hanok juga berbentuk segiempat dengan halaman ditengah-tengahnya.

     "Suamimu memang merahasiakan ini sejak lama"ucap wanita tua dengan baju rajut hitamnya itu sambil berjalan dengan sedikit bungkuk menghampiri Min Jung yang sedang menikmati sorenya di halaman rumah Hanok.

     Min Jung yang melihat wanita tua itu keluar sambil membawa dua gelas teh panas pun langsung berdiri untuk membantunya duduk dan membawakan dua gelas teh panas itu. Dengan bantuan Min Jung akhirnya wanita tua itu duduk perlahan di sampingnya lalu menghembuskan nafasnya lirih sebelum berucap, "Dia memang tidak ingin memberitahumu" lanjutnya.

     Min Jung yang mendengar ucapan wanita tua itu masih diam, dia bingung sebenarnya rahasia apa yang suaminya sembunyikan, bahkan sampai sembilan belas tahun lamanya dia tidak mengetahui rahasia itu.

     Karna melihat Min Jung masih saja diam, akhirnya wanita tua itu berucap lagi sambil menyodorkan surat yang di ambil dari kantong baju rajutnya itu kepada Min Jung.

     "Suamimu menitipkan ini, dia berpesan untuk memberikan kepadamu saat ia sudah meninggal"

     Min Jung menerima surat itu, namun ia masih enggan untuk membukanya.

     Keduanya masih saja diam, yang terdengar saat ini hanyalah hembusan angis sore dan gesekan dedaunan pohon.

          "Aku tidak tau kenapa dia merahasiakan ini semua"ucap Min Jung akhirnya dengan nada lirih dan mata yang masih terfokus pada surat yang sedang ia pegang.

          "Dia merasa bersalah.Dia juga tidak tega jika harus melihatmu mengetahui semua ini,apalagi jika anak---"

          "Aku tidak mungkin menikahkan Hyun secepat itu eommanim!" potong Min Jung dengan kesal dan air muka sedih menjadi satu, "Bagaimana nasibnya nanti jika Hyuna harus menikah muda"lanjut Min Jung.

          "Keluarga pria itu sangat terpandang, dan kau tau hidup Hyuna pasti akan terjamin disana"ucap wanita tua itu, "Suamimu tidak bisa membalas budi apapun kepada teman nya itu, bahkan uang saja tidak cukup untuk mebayarnya. Karna ini nyawa Min, kau tau nyawa tidak bisa dibayar dengan apapun" lanjut nya.

          "Aku takut jika Hyuna tidak mau menerimanya eommanim, aku juga takut jika dia tidak bahagia dengan pernikahan ini"

     Min Jung khawatir, sungguh.
Dia tidak bisa membayangkan bagaimana nasib putrinya jika harus menikah secepat ini, dia tau putrinya akan dinikahkan dengan keluarga kaya yang bahkan tidak memiliki kekurangan apapun. Tapi kebahagiaan tidak bisa di dapat hanya dengan uang. Apalagi Min Jung tau jika putrinya tidak suka jika dihadapkan dengan acara perjodohan seperti ini.

     "Percayalah, cucuku pasti akan bahagia"
_
_
_
_
                            🐥🐥🐥

Yeaay part 8 udah update, makasih banyak yang udah ngikutin cerita aku ❤semoga kalian tetep suka sampe akhir ya ❤

Maaf ya update nya ga terjadwal,tapi aku usahain buat seminggu sekali update ceritanya ❤

Jangan lupa pencet bintang ya biar aku semangat update ❤

Jangan lupa pencet bintang ya biar aku semangat update ❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bapak promotor ganteng nya no kaleng kaleng 😆

My Little WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang