4-

19 2 1
                                    

Nada PoV.

Sesampai nya di rumah, aku bersembunyi di balik badan Mas Devan. Dan entah kenapa tubuh ku bergetar saat ini.

Pintu itu langsung terbuka ketika kita sampai, tepat di depan pintu. Dan di situ sudah ada Ayah dengan tatapan sinis yang ia berikan kepada ku.

Mas Devan menggenggam tangan ku, erat. Dan tetap menyuruh ku untuk bersembunyi di belakang tubuh nya. Ayah ku hendak meraih tangan ku, namun Mas Devan menahan nya.

"Siapa kamu, huh! Jangan ikut campur urusan saya!" Kata Ayah yang begitu kasar.

"Oke, saya akan lepasin Nada kalau bapak tidak kasar sama dia."

"Cih! Kamu ini siapa? Yang berani-berani nya ngatur saya!" Ayah ku langsung menyergap tangan ku dan membawa ku masuk ke rumah, tak lupa dengan mengunci pintu nya.

Ya Tuhan, hukuman apa yang akan Ayah berikan kepada ku?  Aku tidak bisa membendung air mata ku lebih banyak lagi. Seketika aku menangis karena Ayah begitu mencengkeram tangan ku dengan kasar.

Dia menyeret ku ke dalam kamar dan menghempaskan ku begitu saja. Kemudian ia keluar dan mengunci pintu nya.

Di situ aku lemah, aku duduk sambil menekuk kedua lutut ku, dengan menikmati derai air mata yang ku buat. "Ayah jahat, hiks ...."

Tok ... Tok ... Tok ...

Aku mendengar jendela kamar ku terketuk. Aku mendongkak dan berjalan ke jendela itu. Aku membuka nya, betapa terkejut nya aku ketika Mas Devan ada di depan ku. Aku segera menghapus air mata ku, karena aku tidak ingin orang lain melihatku sedih.

Mas Devan melompat ke dalam kamar ku dan segera menutup jendela ku. "Mas Devan ... Ngapain kesini?"

"Lo nggak papa, kan?" Tanya nya dengan memegang kedua pundak ku.

"Aku nggak papa, Mas." Mas Devan menghapus air mata ku. Aku tidak tau kapan air mata itu jatuh membali.

"Jangan nangis dong ...." Ucap nya yang begitu lembut. Dia memelukku, membuatku nyaman di dekapan nya. Aku tidak menyangka bahwa orang yang kini baru ku kenal, bisa sedekat ini dengan nya.

Dia mengusap rambut ku dan mengecup puncak kepala ku dengan lembut. "Jangan nangis lagi, ya. Gue ada disini, di samping lo. Gue ...."

Aku menatap nya dengan posisi yang masih memeluk hangat tubuh nya, karena aku tidak mau pelukan itu lepas. "G-gue apa, Mas?" Tanya ku gugup karena tidak pernah mengucap kata 'gue'.

Mas Devan memelukku semakin erat. Dia memejamkan mata nya. "Gue sayang sama lo."

Deg.

Apa-apaan ini? Kenapa hatiku bergemuruh saat Mas Devan berkata seperti itu?  Pipi ku memerah, membuatku menyembunyikan muka ku di dalam dekapan nya.

Aku memeluk nya sampai aku tak sadar, aku telah tertidur.

Author PoV.

Devan mengangkat tubuh Nada ke kasur besar nya, agar Nada bisa tidur lebih nyaman. Setelah itu, Devan pergi melalui jendela tadi.

"Nada ... Hmm ... Lo buat gue jatuh cinta dalam waktu dekat, apa lo mau nerima gue?" Tanya Devan pada diri nya sendiri. Devan menambah laju kecepatan mobil karena besok dia ada kuliah pagi lagi.

***

Tut ... Tut ... Tut ...

"Duh ... Kok nggak di angkat-angkat sih?!" Sherin mondar-mandir karena sahabat nya tidak mengangkat telfon nya.

I Almost Want To Give UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang