HAPPY READING
Marquisha Helen Radhika
Gadis cantik berpakaian seragam OSIS lengkap dengan atribut yang terpasang tengah berdiri di samping motornya. Pagi-pagi sekali, ia sudah kelabakan karena telat bangun. Sewaktu hendak berangkat, tinggal bensin motornya yang habis. Sudah telat, tambah telat pula karena ikut mengantri di pom bensin.
"20.000, Mas." Pemuda yang ada di sampingnya mengangguk paham. Giliran Marquisha untuk mengisi bahan bakar kendaraannya. Ia segera mengisikan bensin untuk gadis tersebut.
"Dimulai dari nol ya, Mba." Marquisha berdeham sekali. Ia merogoh saku seragamnya—mengeluarkan uang berwarna hijau lalu menyerahkannya kepada karyawan itu. Setelah diterima dengan baik, gadis itu melesat pergi menuju sekolahnya.
Ia biasa disapa Marquisha. Acap kali namanya dilesetkan menjadi Markisa. Teman-teman kelasnya lebih sering memanggilnya Isha. Lebih simple katanya. Tapi ketika Marquisha sedang marah-marah, mereka memanggilnya Markisa agar amarah gadis itu kian meledak.
Rambut diikat satu adalah ciri khasnya. Hampir setiap berangkat sekolah ia tidak pernah membiarkan rambutnya digerai. Panas juga lepek katanya. Apalagi panjang rambutnya mencapai setengah punggung. Ia sangat tidak suka.
Wajahnya cukup cantik. Alis mata tipis, mata sipit seperti bulan sabit dengan manik mata berwarna cokelat terang, hidung yang masih bisa dibilang mancung, bibir merah muda pucat juga kulit yang masih tergolong putih. Di mata orang, ia terlihat menarik. Tapi sampai saat ini, Marquisha tidak pernah pacaran.
Katanya, pacaran membuat hidupnya terkekang. Siapa-siapanya bukan tapi berani mengatur ini-itu. Belum lagi boros karena sering keluar. Jarang belajar dan sering mengandalkan otak teman agar mendapat nilai bagus. Itu yang Marquisha tangkap ketika netranya menemukan remaja dimabuk cinta.
Ia segera memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Setelah melepas helm dan menggantungkannya di kaca spion, gadis itu bergegas pergi menuju bangunan sebelah.
Pastinya, gerbang sekolah sudah tertutup rapat. Beruntunglah Marquisha karena kelasnya dekat dengan tempat parkir. Gadis itu menoleh kanan-kiri, memastikan tidak ada orang di sekitar. Setelah dirasa aman, barulah ia mengetuk kaca jendela kelas.
"Psst! Psst! Bukain kaca jendelanya, woy!" titahnya lirih. Tak lama kemudian, muncul wajah sosok gadis yang Marquisha kenal. Ia segera membukakan jendela untuk Marquisha.
Dalam sekali lompat, gadis itu berhasil menyelusup masuk tanpa perlu dihukum. Suara ricuh menyambut kedatangannya. Beberapa pasang mata tertuju padanya karena melihat kelakuan Marquisha. Sebagian yang lain sibuk dengan aktivitas masing-masing.
"Guru belum datang?" tanya Marquisha pada gadis itu yang langsung disambut gelengan kecil darinya.
"Lo kenapa bisa telat, Sha?"
KAMU SEDANG MEMBACA
About Sincerity Pindah lapak ✓
Teen FictionMerelakan sesuatu adalah hal tersulit dalam hidup seseorang. Terlebih ketika orang itu berharga dalam hidup kita. Segala cara akan dilakukan hingga hati kita tenang. Bisa berakhir dengan penyesalan atau pun bahagia. Sama halnya apa yang terjadi pada...