2

38 14 12
                                    

MALAM HARI SETELAH YENNIE MENINGGAL

Di hari pertama mereka sudah berkenalan sebelumnya. Meskipun mereka sama-sama kelas sebelas, tapi mereka ada yang berbeda kelas.

Dan di antara mereka, hanya Alexa satu-satunya orang yang mengetahui rahasia mereka semua. Dia menyimpan rahasia itu di sini, di dalam buku catatan abu-abunya. Segala tentang mereka lengkap di buku tebal yang sudah tiga tahun dia rangkum ini. Gadis itu yakin, tidak ada yang dia lewatkan.

Gadis yang dikenal dengan julukan 'gadis aneh' di sekolah itu kembali menyimpan buku itu.

Alexa dijuluki gadis aneh bukan tanpa sebab. Alexa itu pendiam, tapi dia selalu menatap orang lain seperti sedang mengawasi orang itu. Orang-orang di sekolah selalu risih karena sikapnya. Dia tak peduli jika orang yang dia tatap memandangnya atau mencibirnya. Meskipun begitu, dia akan terus menatap orang itu.

Alexa keluar kamar, menuju ruang tengah di lantai satu yang sudah ada yang lainnya di sana.

Mereka semua menatap Alexa yang hanya berdiri dan menatap mereka satu per satu. Alexa menghela napas, lalu duduk di atas sofa di sebelah Ziotha.

Aku yakin, dia ada di antara mereka. Alexa masih menatap mereka.

Alexa tak habis pikir, kenapa harus mereka? Kenapa mereka berlima belas dari ratusan siswa di sekolahnya?

Saat ini, bukan itu yang membuat Alexa kesal sekarang, tapi dengan tidak adanya sama sekali jaringan di tempat ini. Dia ingin tau kenapa mereka dibawa ke tempat ini. Setidaknya jika ada jaringan internet, dia bisa tau jawabannya. Karena dia akan meretas komputer seseorang yang dicurigainya untuk mengetahui apa tujuan mereka dibawa ke sini.

Benar, Alexa bisa tau semua tentang teman-temannya karena meretas apapun yang dia butuhkan sebagai informasi.

Satu yang bisa dia simpulkan saat ini.

Bahwa mereka semua... sakit.

Clarisa dan Agatha yang merupakan sahabat Yennie tak berhenti menangis sejak tadi. Begitu juga dengan Bram yang merupakan pacar Yennie sejak satu tahun yang lalu. Mereka semua juga tidak tau kenapa Yennie tiba-tiba bisa mengakhiri hidupnya sendiri dengan melompat dari balkon kamarnya.

"Kau yang pertama menemukan jasadnya. Bagaimana kau tau kalau Yennie jatuh dari balkon kamarnya tadi malam?"

Semua menatap Nessie, kemudian beralih menatap Franky.

Franky menegakkan punggungnya karena ditatap seperti itu. Dia menaikkan kacamatanya yang menurun lalu menatap Nessie. "Aku mendengar suara sesuatu yang jatuh di luar."

"Kau terbangun hanya karena suara itu?" tanya Nessie lagi.

"Dia insomnia." Alexa yang menjawab.

"Dari mana kau tau itu?" tanya Franky yang tak tau dari mana Alexa mengetahui insomnianya.

"Franky, jadi tadi malam kau tidak tidur?" Bram menatap Franky meminta penjelasan.

"Bukan urusanmu." Jawab Franky.

Setelah itu Alexa kembali diam. Sebenarnya dia tidak terlalu terkejut dengan kematian Yennie. Ada sesuatu yang dia tau tentang gadis itu. Mungkin saja Yennie memang benar bunuh diri karena hal itu.

"Sepertinya kau tak terlihat sedih atas kematian Yennie, Al." Celetuk Hans.

"Apa hanya aku yang curiga kalau Yennie tidak bunuh diri?" Nessie tiba-tiba membuat semua orang menegakkan punggung karena ucapannya.

Clarisa menepis air matanya dengan kasar. "Maksudmu dia dibunuh? Siapa yang tega membunuhnya? Hanya kita yang ada di rumah ini. Maksudmu, pembunuhnya ada di antara kita?"

A B N O R M A LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang