Bel istirahat berbunyi, Lova merengek kepada Alana untuk kembali ke kelas, karena ia sudah merasa lebih baik saat ini. Alana pun akhirnya mengiyakan, lalu membawa Lova menuju kelas.
Beberapa murid kelas mereka menanyakan kabar gadis itu, meskipun mereka baru kenal kemarin, tapi semua menghawatirkan keadaan Lova. Dengan wajah yang begitu pucat, Lova berusaha tersenyum sembari menjawab berbagai pertanyaan dari teman-temannya.
Berita kejadian pagi tadi, kini sudah terdengar oleh saentero sekolah. Selain ini berita tentang murid baru dari Marvel, tidak lain dan tidak bukan, booming-nya berita itu juga didasarkan karena seorang Iky, si batu Star Light.
Suasana kantin terdengar sangat riuh, hampir semua meja menggosipkan tentang Iky yang menggendong Lova ketika gadis itu pingsan. Padahal, semua murid Star Light tahu, bahwasannya Iky pernah mengabaikan teman kelasnya yang pingsan saat upacara bendera. Bahkan, ia juga pernah meninggalkan Vanka, ketua genk Star Light yang jatuh terpeleset tepat di depan matanya.
"Amazing man, lo berhasil jadi trainding topik minggu ini," ucap Arsen.
"Bahkan, ngalahin hebohnya brita bakso setan mbak Mawar yang naik lima ribu kemaren," tambah Neon.
Iky masih tidak memperdulikan ucapan dua sahabatnya itu, ia sibuk dengan bakso setan mbak Mawar yang disantapnya saat ini.
"Denger-denger ya, cewe yang lo tolongin tadi itu primadona Marvel, keren Ky, keren." Arsen menepuk-nepuk pundak Iky.
Tanpa aba-aba, Iky mengeluarkan uang dua puluh ribuan, kemudian menaruhnya di meja dan langsung berdiri.
"Nitip bayar!" Ucap Iky sembari berjalan meninggalkan Arsen dan Neon.
"Tabiat main nglurnya emang nggak bisa ilang tuh anak, udah kaya si Galang di Ganteng-Ganteng Serigala aja,"
"Bukan Galang, tapi Tobi, onta," timpal Arsen.
"Tobi yang pacarnya Sisi itu?"
"Itu Tristan, monyet,"
Sungguh, demi Naila yang katanya memiliki darah suci, dua orang ini benar-benar tidak pernah menonton film tersebut. Bagaimana mungkin mereka menyebutkan nama-nama tokoh itu dengan asal? Bahkan salah semua. Lagian, film itu sudah bertahun-tahun yang lalu tamat, bukan?
***
Iky tiduran di kursi kelas paling belakang. Ia menggabungkan dua kursi untuk berbaring sembari mendengarkan musik dengan headphone-nya.
Selang sepersekian detik kemudian, seseorang datang menghampiri Iky sembari membawa sebotol minuman dingin.
"Makasih," ucap Lova
Iky masih belum merespon sama sekali, bahkan jujur saja, ia sama sekali tidak mendengar apa yang dibicarakan gadis di depannya ini.
"Nih." Lova menyodorkan botol itu, tapi Iky belum bergeming. Ia kemudian membuka headphone di telinganya, kemudian duduk dengan tegak.
"Lo ngomong sama gue?" Tanya Iky sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iyalah, siapa lagi?" Lova menggembungkan pipinya, membuatnya begitu lucu seperti anak kecil.
"Apa?" tanya Iky dengan raut wajah andalannya.
"Makasih,"
"Buat?"
"Karena Iky udah nolong Lova, Lova hutang budi sama Iky,"
"Gue ikhlas,"
"Ini buat Iky, itung-itung tanda makasih dari Lova." Gadis itu kembali menyodorkan botol itu, tapi Iky tidak langsung menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peanuts Ice
JugendliteraturHanya sekedar cerita absurd tentang gadis ceria bermuka tembok yang urat malunya sudah putus. ××× "Mulai hari ini, Lova suka sama Iky, Lova juga jatuh cinta sama Iky," "Lova juga bakal berjuang untuk dapetin hati Iky," "Lova berharap suatu saat, Ik...