3. Absurd

43 17 16
                                    

Seorang gadis cantik bermata sipit kini sedang berjalan memasuki gerbang sekolah bersama bundanya. Hari ini, adalah hari pertama kepindahannya di SMA Star Light.

Alasan kepindahan gadis itu pun membuat Ofi sang bunda geleng-geleng kepala. Bagaimana mungkin anak gadisnya merengek meminta pindah dari SMA Marvel hanya karena, ingin melupakan mantan kekasihnya yang selingkuh dengan sahabatnya sendiri? Bukankah itu terdengar sedikit lucu?

Dan kini, mereka sudah memasuki ruang Tata Usaha. Semua pandangan penghuni ruangan itu sudah fokus menatap mereka dengan tatapan heran. Tidak lain dan tidak bukan, karena sang bunda dari gadis cantik itu adalah seorang model papan atas. Ditambah rambutnya yang berwarna-warni seperti pelangi, serta kaca mata hitam yang selalu ia kenakan, membuat siapapun akan fokus ke arahnya.

Gadis itu hanya menundukkan kepala, sungguh demi apapun ia sangat malu saat ini. Sudah datang terlambat, ditambah penampilan bundanya yang upnormal. Lengkap sudah penderitaan gadis itu, bukan?

"Maaf ya Bu saya terlambat, maklum baru pertama kali ke sekolah ini. Dan asal ibu tahu saja, saya tadi sempet nyasar tiga kali lho," ucap Ofi dengan santainya.

Sumpah demi Teletubbies yang tidak mungkin piknik ke Bikini Bottom, Lova sangat, sangat, dan sangat malu untuk saat ini.

Ya, gadis cantik bak artis Korea itu bernama Lova Kafo Maofi. Seorang gadis genius yang pernah menjuarai Olimpiade Sains tahun lalu, hingga berhasil mengharumkan nama SMA Marvel. Akan tetapi, ia akhirnya memutuskan pindah ke SMA Star Light dengan alasan yang tidak logis tersebut.

Tidak perlu menunggu lama, Lova langsung dipersilahkan untuk memulai hari pertama sekolahnya saat ini juga, dan ia akan segera diantarkan menuju kelas barunya.

Sedangkan Ofi, ia pun pamit pulang dan berjanji akan menjemput Lova sepulang sekolah. Lova pun hanya mengangguk pasrah.

***

Sebuah kelas terdengar sangat riuh, beberapa murid saling melempar kertas, beberapa dari mereka sedang bergosip, sisanya saling meledek antar temannya.

Namun, seorang laki-laki di bangku paling pojok belakang, kini justru sibuk bergulat dengan berbagai rumus di hadapannya. Dengan sebuah headphone yang melekat di kedua telinga, membuat lelaki itu tidak mendengar keriuhan kelas saat ini.

Dua orang berjalan menuju arahnya dan langsung menarik headphone itu. Si pemilik pun langsung mengangkat kepala, dan menatap dua makhluk titisan dari planet Mars di hadapannya saat ini. Yang ditatap pun hanya acuh dan langsung duduk disamping lelaki itu sembari memasang wajah serius.

"Ini gawat man, gawat," ucap Arsen.

Lelaki itu hanya mengangkat satu alisnya, tidak terlalu kepo dengan apa yang diucapkan sahabatnya. Toh, ia sudah hafal dengan mulut licin dua makhluk astral ini.

"Lo bakal punya rival tangguh man, seriusan," timpal Neon.

"Gue nggak sengaja lewat di ruang Tata Usaha, terus gue penasaran pas ngliat cewe cantik, eh ternyata murid baru." Neon menggeleng-gelengkan kepalanya, wajahnya benar-benar serius untuk kali ini.

"Tadi gue sempet ngira mimi peri, eh taunya bidadari," lanjut Arsen.

Laki-laki itu masih tidak bergeming, ia justru memasang kembali headphone-nya namun, Arsen mencegah gerakan itu.

"Dia anak Marvel juara Olimpiade tahun kemarin man, itu tandanya dia yang udah berhasil ngalahin lo waktu itu,"

Laki-laki itu masih tidak perduli dengan dua sahabatnya yang sudah mengoceh panjang lebar sedari tadi, ia sekarang justru kembali fokus pada rumus-rumus di depannya. Menghiraukan orang disekitarnya begitu saja. Kejam bukan?

Peanuts IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang