4. Pertolongan Pertama

30 16 27
                                    

Pagi ini adalah jadwal olahraga untuk kelas Lova. Gadis itu pun mengikuti pemanasan yang dipimpin oleh ketua kelasnya yang bernama Nathan. Selain menjabat sebagai ketua kelas, lelaki itu juga merupakan ketua OSIS Star Light.

Pak Anton sang guru olahraga pun menghentikan pemanasan itu, kemudian mempersilahkan rombongan dari kelas lain untuk berbaris bersisilan dengan kelas Lova. Dengar-dengar, pak Burhan guru olahraga kelas sebelah sedang melangsungkan pernikahan hari ini.

Dan kini, hampir semua pasang mata dari kelas sebelah menatap kepada seorang gadis yang memakai seragam berbeda dengan mereka.

Ya, siapa lagi jika bukan Lova? Primadona Marvel yang terdampar di Star Light.

Nathan kini memulai pemanasannya kembali, dengan suaranya yang begitu lantang, ia pun mulai menghitung sembari mencontohkan beberapa gerakan. Namun, di barisan paling belakang, dua orang sedang asik mengobrol, entah apa yang membuat mereka heboh sendiri sedari tadi.

"Sumpah Sen, uda kembang kempis nih dada gue,"

"Bahasa lo uda kaya anak sang fajar aja ,Yon." Timpal Arsen dengan cekikikan.

"Biarin, kalo lo sama Iky ngga mau sama dia, gue bakal maju paling depan,"

"Emang mau, kepala lo peang diketok panci sama mba Mawar?"

"Kok jadi mba Mawar?"

"Kata Iky, lo abis ngedate sama mba Mawar semalem?" Jawab Arsen dengan wajah seriusnya.

"Kadal, mulut sampah Iky lo percaya. Tuh anak abis dikasih minyak rem mulutnya, jadi kadang suka licin dan merancau,"

"Gue denger." Sergah Iky sembari menatap tajam kedua sahabatnya itu.

Iky tidak habis fikir, kenapa dua sahabatnya ini membawa-bawa namanya, padahal Iky tidak tahu apa-apa soal itu.

Sebelum dua makhluk astral ini menanggapi ucapan Iky, sebuah tangan sudah menarik telinga mereka berdua. Siapa lagi jika bukan, pak Anton.

Akhirnya dua manusia titisan dari Mars itu dihukum lari keliling lapangan sebanyak dua puluh kali oleh pak Anton. Apa boleh buat? Nasi sudah menjadi bubur, mau tidak mau mereka harus menjalani hukuman itu.

Selang lima belas menit kemudian, pak Anton pun meminta para murid untuk tes lari hari ini. Semua anak sudah bersiap, tapi Lova, gadis itu justru sedang was-was karena ragu.

Sejak kecil, ia memang tidak bisa terlalu lama di bawah sinar matahari langsung, apalagi jika harus berlari jarak jauh, ia pasti tidak akan sanggup. Akan tetapi, ia selalu menyembunyikan kelemahan itu dari siapapun, tak terkecuali Alana.

Jika di Marvel, guru olahraganya sudah diwanti-wanti oleh Ofi agar anak gadisnya tidak dibiarkan hingga kelelahan. Namun, nampaknya Ofi belum sempat memesan kepada pak Anton masalah ini.

Pppprrriiiiiittttttt

Suara peluit berbunyi sangat nyaring, itu tandanya semua murid harus berlari memutari sekolah dan melewati jalanan komplek. Dengan ragu-ragu, Lova pun mengikuti Alana yang sudah semangat empat lima.

"Na, lo duluan aja!" Ucap Lova dengan sedikit berteriak, karena sedari tadi Alana mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Lova.

"Lo beneran ngga apa-apa gue tinggal?"

"Lo santai aja, sampai ketemu di lapangan sekolah!" Ucap Lova sembari menampakkan sederet gigi putihnya serta dua lesung pipit yang begitu jelas.

Alana pun mengangguk, ia segera berlari dengan cepat. Karena sejujurnya, Alana adalah atlet lari sejak SMP.

Peanuts IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang