Man of Honor

294 37 9
                                    

WARNING !!
Cerita ini akan berisi dengan  KONTEN DEWASA (18+) dengan bahan dan bahasa yang vulgar !!
Harap bijak dalam memilih bacaan
Dosa di tanggung pembaca !!

*************************************************

"Moïse," suara père menarik perhatian Song Mino yang sedang mengerjakan sebuah esai tugas dari salah seorang lecturer-nya.
(père : papa)

"Ya?"

"Sedang apa? Kau terlihat sibuk seharian ini," père menilik sekilas pada beberapa buku yang ada di hadapan Song Mino.

"Tidak, hanya mengerjakan sebuah esai dari Professor Leonard,"

Père tampak menganggukkan kepala. Beliau berjalan mendekati jendela ruang baca tersebut, lalu menatap ke halaman di luar.

"Semalam... kau pergi kemana?" tanya père pelan.

Deg! Demi Tuhan. Jantung Song Mino seketika berdetak sepuluh kali lebih cepat dari biasanya. Bulu kuduknya meremang dan ia merasa merinding detik itu juga. Napasnya terasa pendek-pendek seolah oksigen di ruangan itu menipis.

"Aku... aku dan Sebastien pergi minum di sebuah bar," jawab Song Mino hati-hati.

"Sampai lewat tengah malam?" tanya père lagi.

"Ah... kami lupa waktu. Maaf," ucap Song Mino tampak menyesal.

"Tak masalah... anak muda memang suka lupa waktu. Tapi jangan terlalu sering, Moïse... sangat mengganggu mendengar bisikan banyak orang jika melihatmu berada di jalanan lewat dari tengah malam,"

"Tidak akan," janji Song Mino. Lebih untuk dirinya sendiri. Iya, Song Mino tidak akan menginjakkan kaki lagi pada tempat terlarang itu!

"Bukan maksudku untuk mengekang kebebasanmu. Tapi kau tahu sendiri bagaimana susahnya kehidupan di negara orang saat kau tidak berada di golongan kelas atas. Bersyukurlah père adalah objek pemerintah sehingga kehidupan kita cukup terjamin,"

"Moïse, kau adalah kebanggan keluarga ini. Seorang man of honor yang sebentar lagi akan mendapat gelar bachelor dari universitas terbaik di negeri ini. Kau juga tahu kalau etika dan norma adalah hal yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat. Père hanya berpesan, untuk selalu menjaga nama baik dirimu... satu kesalahan kecil saja, bisa menghancurkan kehidupanmu,"

"Tentu, père...," jawab Song Mino seadanya.

Père menganggukkan kepala dan menyunggingkan senyum singkat. Beliau kemudian berjalan mendekati pintu hendak pergi meninggalkan ruangan tersebut.

"Ah... jangan lupa untuk menghadiri acara amal tiga hari lagi. Ada banyak orang di sana, coba lah untuk bersosialisasi dengan mereka. Memperluas kenalanmu...," pesan père.

"Baik, père...," sahut Song Mino patuh.

Ia menatap lama pintu ruang baca yang terbuka lebar itu. Song Mino menghela napas panjang yang tanpa disadarinya tertahan sejak tadi. Pikiran pria itu sedikit kalut, merasa takut kalau père mengetahui peristiwa dirinya mengunjungi sebuah brothel. Oh, Semoga saja Tuhan selalu melindungi dirinya dan kebohongannya pada père tadi.

Sedangkan tak jauh dari ruang baca, kepala keluarga Song itu tampak tercenung mengingat reaksi putranya tadi. Katakanlah, sebagai seorang dokter, Tuan Song bisa membaca bahasa tubuh seseorang yang merasa gelisah. Dan Song Mino, tampak salah tingkah saat ia bertanya tentang kepergiannya semalam. Tuan Song memijat pelipisnya saat teringat kunjungan rutin salah seorang pasien di rumah sakit tadi.

Madame EirénéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang