Confession of Sin

262 28 18
                                    

WARNING !!
Cerita ini akan berisi dengan  KONTEN DEWASA (18+) dengan bahan dan bahasa yang vulgar !!
Harap bijak dalam memilih bacaan
Dosa di tanggung pembaca !!

*************************************************

"Tuhan, kumohon... ampuni lah segala dosa yang sudah kulakukan. Aku melakukan dosa besar dengan berdalih pada ketidak-sengajaan. Aku sadar, Tuhan... aku melakukan dosa itu dengan kesadaran penuh. Ya, hamba-Mu ini telah melakukan dosa besar. Karena itu, aku memohon pengampunan pada-Mu, Tuhan...,"

Song Mino berulang kali mengucapkan dengan lirih penuh pengharapan atas permohonan tersebut. Kedua kelopak mata pria itu terpejam erat dengan kedua tangan terkatup rapat. Sepenuh hati ia memohon pengampunan atas dosa.

"Bagaimana menurutmu, apakah Tuhan masih mau mengampuni hamba-Nya yang selalu saja mengulangi tiap kesalahan yang ada? Apa Tuhan masih memiliki belas kasih untuk seorang wanita yang mengelola tempat pelacuran demi mencari uang untuk bertahan hidup?"

"Tsk... Tsk... tidakkah kehidupan ini lucu? Pada akhirnya yang kau lakukan adalah untuk bertahan hidup sebagai cara mensyukuri kehidupan yang sudah diberikan Tuhan padamu. Meski menurut kitab, apa yang kau lakukan adalah sebuah perbuatan dosa, dan sebagai pendosa yang kau harapkan adalah belas kasih Tuhan untuk selalu memberikan pengampunan padamu berulang kali,"

Satu suara itu menghentikan kegiatan berdoa Song Mino. Membuat pria itu menoleh pada kursi yang ada di baris seberang tempat duduknya. Wanita itu, Madame Eiréné dengan penampilan glamornya, duduk dengan membuka kitab di pangkuannya. Wanita itu tampak terkekeh pelan sembari memperhatikan deret surat yang tertera di kitab. Seolah mencari surat terbaik untuk ia panjatkan demi memohon pengampunan dosa.

"Kau mengotori rumah Tuhan dengan menghirup tembakau seperti itu," cela Song Mino yang menatap miris pada pipa tembakau disela jemari lentik Madame Eiréné.

Madame Eiréné tersenyum tipis. Ia mengangkat pipa tembakau mendekati bibir merahnya. Seolah menantang ucapan Song Mino dengan bersiap menghirup tembakau. Namun saat pipa tembakau sudah tersemat di bibirnya, Madame Eiréné kembali menjuhkan pipa tersebut.

"Aku bahkan belum membakar tembakaunya. Tak perlu khawatir, aku masih tahu diri untuk tidak mengotori rumah Tuhan dengan menyebabkan polusi udara. Cukup kehadiran diriku saja sebagai pendosa yang mengotori rumah suci ini,"

Song Mino berdecak pelan melihat tingkah wanita pemilik brothel tersebut. Ia kembali memperhatikan Madame Eiréné yang sibuk membolak-balikan halaman kitab.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Song Mino retoris.

"Berdoa, Tuan muda Song... Tentu saja, berdoa dan memohon pengampunan atas dosa-dosa yang telah aku lakukan," sahut Madame Eiréné yang sangat jelas terdengar sarkasme dalam suaranya. Wanita itu menutup kitab di pangkuannya lalu menoleh pada Song Mino.

"Bukankah kau yang menyarankan padaku untuk memohon pengampunan atas banyak dosa yang aku lakukan?"

"Aku tidak...,"

"Kau memang tidak mengutarakannya secara langsung. Tetapi secara tersirat kau menyarankan padaku untuk memohon pengampunan dosa," potong Madame Eiréné.

Song Mino baru akan membalas ucapan wanita, namun terhalang saat Pastor mendekati Madame Eiréné.

"Madame Eiréné," sapa Pastor tersebut. Beliau menyodorkan sebuah keranjang pada wanita tersebut.

"Oh... Terima kasih atas bantuanmu, Pastor... aku selalu saja merepotkan dirimu dengan perkara seperti ini,"

"Tidak, Madame... aku tak keberatan sedikit pun menyiapkan pesananmu," bantah Pastor tersebut sembari menggelengkan kepala.

Madame EirénéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang