2. DITOLAK!

196 111 60
                                    

"Biarin aja mereka ngomongin gue sampe mulut mereka berbusa. Toh, pahala gue akan bertambah."
~Ara~

"Apa yang lo bilang emang nggak salah, tapi gue nggak akan diem aja ketika mereka ngejelek-jelekin sahabat gue."
~Trisha~

***

      "Hai, boleh kenalan, nggak?"

      Ketiga cowok itu cukup terkejut melihat kehadiran Ara yang secara tiba-tiba, terkecuali satu orang laki-laki yang hanya menoleh dengan raut wajah datar. Bagaimana tidak terkejut? Seorang primadona SMA Garuda yang menjadi incaran para kaum laki-laki dan juga bisa disebut paket komplit itu menghampiri mereka.

      "Nama gue, Sarah Adeline Rose" lanjut Ara sembari mengulurkan tangannya.

      "Gue, Niko," ucap salah satu laki-laki itu langsung menyambar uluran tangan Ara sembari menatap kagum wajah cantik Ara tanpa berkedip.

      Ara memutar bola matanya. "Bukan elo!" ucap Ara menarik tangannya secara paksa.

      "Ooh, gue, Alva!" seru laki-laki di samping Niko.

      Ara melipat kedua tangannya di depan dada. "Bukan lo juga. Tapi dia!" jelas Ara menunjuk laki-laki di depannya menggunakan dagunya. Laki-laki yang sedari tadi tak mengalihkan pandangannya darinya.

      Salah tingkah? Oh, tentu saja! Tapi Ara berusaha mati-matian menutupinya. "Jadi, nama lo siapa?" tanya Ara.

     
      "Rangga."

     Ara menggigit bibir bawahnya, menahan untuk tidak tersenyum. Gila sih, suaranya itu loh! Membuat dada Ara berdebar. Suara berat itu masih terus terngiang-ngiang di pikiran Ara.

     Ara buru-buru mengalihkan pikirannya, ia mengambil handphone dari sakunya, lalu menyodorkannya pada Rangga.

      "Berapa?"

      "Ha?" Ara melongo.

       "Mau dijual berapa?"

      Ara terkekeh. "Astaga! Gue mau minta nomer lo, bukan mau ngejual hp."

     "Buat apa?" tanya Rangga dingin dan dengan raut wajah datar.

     "Buat dijual. Eh, enggak. Maksudnya, ya buat nanti kapan-kapan gue telpon!" ucap Ara.

     Rangga terdiam tak menunjukkan ekspresi apapun. "Kalau tidak berkepentingan nggak akan gue kasih," ucap Rangga lalu memasukkan telapak tangannya ke dalam saku celana dan berjalan menghampiri pintu kantin.

      Ara mengerjapkan matanya. Baru kali ini ia ditolak oleh seorang laki-laki. "Gue harus dapetin dia!" gumam Ara, lalu berjalan mengikuti Rangga.

     "Ra, nggak minta nomer gue juga?!" teriak Niko dan Alva hampir bersamaan.

*

     "Rangga!"

     Beberapa kali Ara mendecak kesal karena yang dipanggil tak kunjung menoleh, juga langkah kaki Rangga yang cukup cepat, membuat Ara kualahan mengejarnya.

     "Rangga? Gue suka elo!"

     Waktu seakan terhenti. Sepi dan senyap. Rangga pun menghentikan langkahnya, begitupun para murid lain yang tengah berlalu lalang maupun berbincang. Seperti ada sihir tersendiri yang membuat semuanya menjadi diam seperti patung. Semuanya terfokus pada satu titik yaitu Ara.

ARANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang