Misteri

58 9 2
                                    

Seorang Pria memegang erat buku novel berwarna biru gelap. Tatapannya benar-benar hampa. Seolah-olah, ada sebagian dari dirinya yang hilang.

"Untuk pertama kalinya, aku memberanikan diri untuk menemui mu. Setelah sekian lama, aku hanya bisa menatap mu dari jauh," gumamnya.

Ia kembali teringat, saat Yura menyebut namanya.

"Ini aku, Mahaprana. Arga Mahaprana."

Tapi, untuk kesekian kalinya, Arga tidak bisa melakukan banyak hal untuk bisa mendekati Yura. Apalagi, saat ia memeluk Yura secara tiba-tiba. Itu pasti akan memberikan pandangan negatif terhadap dirinya.

Arga mengaku salah. Rasa bahagia saat Yura menyebut namanya, membuat Arga tidak tahan untuk bersentuhan dengan Yura. Ia benar-benar kehilangan akal.

Arga merogoh saku celananya hendak mengambil ponsel miliknya. Ia mengecek sesuatu didalam ponselnya dengan seksama.

"Tidak ada perubahan, kamu masih belum mengenali ku."



Yura menghela napas lega saat sampai dirumahnya. Ia buru-buru pergi ke kamar dan memikirkan kejadian aneh tadi.

"Itu tadi apa ya? Kok gue lupa."

Yura berusaha mengingat. "Gue malah makin lupa."

Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan teringat tentang Pria itu. Pria berpakaian rapi, sopan dan mempesona. Auranya begitu positif sehingga bisa memberikan ketenangan.

Yura tersenyum tanpa sadar. "Ganteng juga sih, secara nemu cowo yang ganteng plus sopan jaman sekarang susahnya minta ampun."

Ia tersadar dan langsung menggelengkan kepalanya cepat. Yura kembali kesal dan berkata, "Sopan darimana? Peluk orang seenaknya."

"Kamu baru pulang?"

Seorang wanita paruh baya datang dengan senyuman manis dari bibirnya. Yura bangkit dari posisinya dan menjawab pertanyaan dengan lembut.

"Iya, Ma. Kayaknya tadi keasikan baca buku di perpustakaan."

Anne-Ibunya Yura tertawa. "Emang baca buku apa sih? Biasanya kamu kalau ke perpustakaan gak lama karena bukunya kamu bawa ke rumah."

"La Douleur Exquise. Itu jadi buku favorit Yura sekarang."

"Sepertinya menarik sampai kamu suka banget sama bukunya."

Yura mengangguk semangat. "Ceritanya menyentuh banget. Bukunya benar-benar kasih efek nyata, Yura malah ngerasa kalau Yura adalah wanita itu."

Yura dan ibunya tertawa bersamaan.

"Ohiya, barusan Nerissa sama Camilla kirimin kamu donat. Ada dimeja, kamu nanti ambil sendiri aja ya."

"Oke."

"Yaudah, Mama pergi dulu ya."

Yura mengangguk dan tersenyum manis. Tiba-tiba ia teringat tentang nama dari pria tadi. Saat Yura menyebut namanya, dia datang dan langsung memeluk dirinya. Aneh.

"Dia 'kan penulis yang mendapat beberapa penghargaan dan bukunya masuk kedalaman jajaran buku Best seller, pasti pria tadi terkenal kan?"

Ia meraih tas dan mengambil ponsel nya. Yura langsung membuka web browser dan mulai mengetikkan sesuatu. "Pasti ada. Gue harus tau lebih banyak lagi soal pria tadi."

Berbagai blog muncul secara berderet. Yura merasa bingung, berita mana yang akan Yura baca. Ia memilih barisan pertama, karena Yura merasa mungkin berita diurutan pertama adalah berita yang paling banyak dibaca.

Yura mulai membaca. Tak berselang lama, dirinya terkejut saat mengetahui satu fakta.

"Mahaprana memutuskan untuk berhenti meluncurkan karya dengan alasan sudah menemukan sosok yang ia cari selama ini?" gumamnya.

"Kalau berhenti meluncurkan karya, terus buku yang gue baca tadi terbit kapan ya?"

Yura memilih berganti pencarian dan mulai mengetik ulang.

"Buku nya ditulis tahun 2019. Sekarang tahun 2020. Masih baru sih, dan berita tadi di tulis lima bulan yang lalu."

Entah mengapa, Yura merasa tertarik dengan kehidupan Mahaprana. Misterius, itu membuat Yura merasa tertantang untuk menguak jati dirinya.

Tring

Notifikasi WhatsApp masuk. Yura langsung membuka pesannya saat ia melihat siapa yang mengirimkan pesan itu. Siapa lagi kalau bukan si manusia tanpa nama yang bahkan Yura sendiri tidak tahu dari mana ia mendapatkan No WhatsApp nya.

Maaf

Yura mengerenyit. Namun, kali ini Yura memutuskan untuk membalas pesannya. Tidak tahu mengapa, tapi hati dan pikirannya menyuruh nya untuk melakukan itu.

Lima detik, balasan masuk. "Buset, cepet amat bales nya."

Segalanya

"Lah, segalanya? Gue bahkan gak ngerasa disakitin sama siapapun."

Ada banyak kepingan misteri yang Yura ingin tahu. Dan itu membuat Yura pusing bukan kepalang.

"Hadeh, begini amat hidup."

°°°

Mahaprana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang