Keyakinan

47 4 0
                                    

"Jangan berlari, Raden."

Raden tidak mempedulikan peringatannya. Ia terus berlari lebih cepat ke dalam istana. Beberapa pelayan yang berlalu lalang mulai menepi saat Raden datang dan menunduk tanda penghormatan.

Pria gagah itu menghela napas pasrah. Ia baru menyadari jika Raden adalah wanita yang selalu melakukan hal yang dia inginkan saja tanpa mempedulikan sekitar.

Raden tersenyum saat sampai disebuah taman yang jarang dikunjungi oleh penghuni istana. Terletak dibagian belakang istana, tidak mengurangi keindahannya. Bunga wangi dan penuh warna menghiasi taman dengan cantiknya.

"Kau berlari begitu cepat, Raden. Bagaimana bisa kau meninggalkan ku?"

Raden membalikkan tubuhnya dan menatapnya. "Kau berjalan sangat lamban, Tuan. Aku selalu senang dan penuh antusias ketika kita  memutuskan untuk datang ke taman ini."

"Jangan memanggil ku Tuan. Aku tidak menyukai nya, sudah ku bilang panggil nama ku saja."

Raden tertawa pelan. "Baiklah, Mahaprana."

"Mahaprana."

Yura terbangun dengan napas memburu. Apa yang ada didalam mimpinya, itu sulit dipercaya. Yura memijat pelipisnya pelan.

Matanya menangkap Camilla yang tengah menatap nya khawatir sekaligus heran.

"Ra, lo kenapa?"

"Ha? Gue, gue gak papa kok."

Camilla mengikis jaraknya dengan Yura. "Serius? Muka lo pucet. Lo sakit?"

Yura menggeleng. "Gue cuma mimpi aneh barusan."

"Mimpi apa? Cerita dong, gue kepo banget nih."

Yura berpikir, mungkin lebih baik jika ia tidak menceritakan mimpinya kepada siapa pun termasuk Nerissa dan Camilla.

"Gue lupa, ca."

"Yahh, gak asik lo ah."

Yura nyengir. "Btw, lo ngapain disini?"

"Oh itu, gue main aja sih. Bete banget dirumah gue sendirian."

"Lo datang sendiri?"

Camilla mengangguk

"Terus, Nerissa mana?"

"Ya biasalah, dia kan punya warisan butik dari orang tuanya. Jadi dia gak punya waktu banyak buat seneng-seneng kayak biasanya."

Yura manggut-manggut saja. Tapi,  pikirannya sedang bergelut dengan batinnya.  Raden, Yura ingat jika perempuan yang ada dalam mimpinya memiliki wajah yang sama persis dengan dirinya.

Dan sosok prianya, Yura tidak begitu jelas melihat wajah nya. Tapi yang pasti, namanya sama dengan nama penulis novel yang Yura temui kemarin.

"Lo kenapa sih, Ra? Ngelamun tiba-tiba. Gue takut tau gak?"

Yura tersadar dari lamunannya. "Takut kenapa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mahaprana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang