"Dara, tenanglah. Aku bisa menjelaskan semuanya, aku gak bermaksud membohongimu." Kenzo dengan gugup berusaha berdiri dan meraih tubuh Andara. Namun tangan Ayah Josh menahannya.
"Kemarilah tuan putri. Kita dengarkan semua penjelasan Kenzo bersama-sama." Ujar Ayah Josh dengan bijaksana.
Andara berjalan dengan gontai menuju sofa dimana semua orang sedang duduk. Andara memilih duduk di sebelah Bunda Rania.
Bunda Rania memeluk tubuh Andara erat. Merengkuhnya masuk ke dalam dekapannya.
"Kamu udah bangun sayang?" Lirih Kenzo bertanya, ada nada khawatir di suaranya.
Andara mengangguk sambil mencoba tersenyum. Ditatapnya satu per satu wajah semua orang yang ada di hapannya. Dengan penuh perjuangan, Andara mencoba tersenyum walau hatinya melarangnya.
"Terima kasih dan maaf udah merepotkan semua yang ada di sini. Maaf karena Dara tidak bisa menjaga diri. Maaf karena Dara semua jadi ikut terluka. Dan Ken, maaf karena tidak pernah melihat dan mendengarkanmu selama ini. Ini bukan salahmu, ini salahku yang terlalu mempercayai Vano." Andara berkata dengan terbata-bata, isak tangisnya belum mereda.
"Sudah Dara, tenanglah. Tidak ada yang salah antara kamu maupun Kenzo. Seperti yang Ayah bilang tadi, jadikan ini pelajaran, jangan pernah disesali." Ayah Josh memberi petuah.
Semua terdiam saat mendengar Ayah Josh berbicara. Semua larut dalam pikirannya sendiri.
"Kenzo, bisakah aku mendengar dari awal semuanya?" Andara akhirnya membuka suara.
"Apa kamu yakin sudah siap sayang?" Kenzo bertanya.
"Aku harus siap agar hatiku bisa tenang, Ken." Andara menimpali.
"Ayah, Bunda?" Kenzo memanggil Ayah Josh dan Bunda Rania, sekedar untuk meminta pertimbangan.
"Lakukan Ken. Biarkan kalian semua mengambil hikmah dari semua kejadian ini." Ayah Josh menjawab pikiran Kenzo yang tidak sempat ia katakan.
"Baiklah. Aku juga punya hutang cerita dengan semuanya yang ada di sini." Kenzo berkata, sambil menghembuskan nafas kasar.
"Bersiaplah sayang. Jangan sakiti hatimu lagi. Setelah aku cerita, segera lupakan semuanya dan sembuhkan lukamu, setuju?" Kenzo menatap mata Andara dengan tajam, meminta Andara untuk berjanji.
Andara mengangguk sambil tersenyum.
Entah setelah ini apa aku masih bisa sembuh Kenzo, maafkan aku. Batin Andara.
"Baiklah. Mungkin Ayah sudah tau Keluarga Pradana. Jadi Kenzo akan menceritakan garis besarnya aja ya, yang Kenzo tau aja." Kenzo memulai ceritanya.
"Orang tua Vano punya dua anak lelaki, Alvaro dan Alvano. Sejak kecil hidup mereka udah di atur. Mulai dari sekolah, teman bermain hingga kehidupan asmaranya. Mereka tidak bisa leluasa memilih sesuai dengan pilihan mereka. Secara materi, mereka berlebih namun yang pasti, dibalik semua itu ada kebebasan mereka yang terenggut. Itulah harga yang harus mereka bayar. Vano dan kak Varo tidak bisa melangkah dengan kakinya sendiri, mereka hanya menjalankan semua sesuai kemauan orang tuanya. Sebenarnya mereka sangat tertekan dan terluka."
Kenzo menghembuskan nafas panjang saat menceritakan semua itu. Semua mata masih setia menatapnya, menelisik setiap kata yang akan diucapkan Kenzo.
"Mereka dari kecil sudah diawasi pergerakannya. Makanya mereka tidak leluasa untuk berteman. Vano termasuk anak yang membangkang. Dia sampai bisa membuat orang tuanya setuju untuk membiarkan dirinya sekolah di SMA Langit Biru." Senyum Kenzo sedikit terbentuk di bibirnya, sepertinya dia sedang membayangkan sesuatu yang menyenangkan dari masa lalunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNGKIR BALIK DUNIA ANDARA
RomanceAda kebahagiaan yang berselimut luka. Ada luka yang terbalut cinta. Sebuah perasaan yang akan membawamu menuju perjalanan panjang yang penuh liku.