4. Feel Special

6 2 0
                                    

***

"Baby Tiger..." suara lembut seorang pemuda seakan bersenandung di telinga Duya.

"Amelia Duya Hasani...kamu bisa dengar abang kan?"

Tak ada jawaban

"Dek gembul, kamu gak apa-apa? Bisa buka matanya. Ini berapa?" Kenzi keukeuh membujuk Duya yang masih tertidur seraya mengarah jari membentuk huruf V.

Perlahan, kelopak itu membuka menampilkan iris pekat yang terlihat lelah dan sayu.

"Bang, aku dimana?" Ucapnya lirih.

"Di rumah sakit. Ini berapa dulu?"

"Dua"

"Alhamdullilah kamu ternyata gak amnesia. Kamu gak pa-pa? Apanya yang sakit? Mau aku hubungi Nenek dan Bunda?"

"Jangan! Aduh..." Duya mengaduh merasakan sakit dibagian kaki dan pinggangnya. "Jangan Bang, nanti Nenek sama Bunda khawatir. Aku gak mau nambah beban mereka. Ini salahku kok, andai aku bisa jaga diri gak bakalan kayak gini." Duya hendak bangun untuk memosisikan diri lebih nyaman.

"Hei Baby Tiger, jangan gerak-gerak terus. Nanti malah sakit lagi. Dan juga gak usah bangun dulu. Tiduran aja ya. Supaya cepat sembuh dan pulang. Kerjaan di rumah nungguin kamu."

"Siapa yang bawa aku ke sini Bang? Kok Abang bisa tau aku...pingsan?"

"Tadi, aku ada penelitian gitu di daerah hutan. Pas sampai di sana ada ribut-ribut. terus waktu aku cekdanricek, ternyata kamu lagi tergolek di dasar jurang. Sumpah beneran kayak paus terdampar kamu tadi loh mbul. Gak bergerak dan luka dimana-mana."

"Sialan"

"Gak percaya, ya udah"

"Masa sih Bang?" Tanya Duya masih tak percaya.

"Iya. Kamu harus jaga diri lebih baik lagi. Besok-besok gak bakalan aku bantuin. Aku harus minta tambahan kekuatan sama hulk dulu supaya bisa mopong kamu kesini. Sumpah kamu berat banget. Kayaknya nanti aku musti mikir dua kali buat gendong kamu"

"Jadi kamu yang gendong aku?" Ucap Duya dengan mata membola.

"Au ah gelap"

Duya menghela nafas kesal namun tetap lega. Ia tahu, walaupun bahasa Kenzi agak nyakitin. Pemuda itu berhati lembut dan tulus.

Thanks God you bring him to be my hero.

"Makasih ya Bang. Aku gak tau kalau gak ada kamu gimana nasibku."

"With pleasure Baby tiger." Kenzi mengelus rambut kusut Duya dengan sayang. Ekspresi menyebalkan yang ia tunjukan tadi menguap begitu saja dibawa angin bertransformasi seketika menjadi seorang abang yang begitu perhatian. Pemuda itu melirik jam tangannya sekilas.
"Aku beli makanan buat kamu dulu ya diluar, nanti aku balik ke sini lagi. Ok" Duya hanya mengangguk menanggapi ucapan Kenzi.

Sepeninggal Kenzi, Duya kembali memosisikan dirinya dengan nyaman di kasur klinik. Ia melirik ponsel yang tergeletak di atas nakas. Ia memeriksa beberapa pesan masuk. Ada beberapa pesan dari Bunda dan Nenek. Juga panggilan tak terjawab sebanyak dua puluh kali dari Danti. Gawat, jangan-jangan gadis itu sibuk mencarinya.

Dengan terburu-buru Ia mendial nomor Danti untuk memberitahukan keadaannya di klinik. Setelah nada panggilan terdengar, selang beberapa detik Danti langsung menjawab panggilan tersebut

["Duya! Kamu gak pa-pa? Ya ampun duy, aku beneran khawatir banget sama kamu. Aku tanya temen-temen gak ada yang tau kau dibawa kemana. Aku tanya si trio kwek-kwek juga gak ada yang ngasih tahu. Aku juga jambak rambut si Fola gara-gara beraninya dia dorong kamu ke jurang. Dia beneran jahat banget. Aku benci banget sama mereka semua Duy."] Danti mengakhiri kata-katanya layaknya seorang rapper profesional.

"Kamu lebay ah. Udah kayak saykoji aja cara ngomongnya."

["Lebay apanya? Orang khawatir juga. Saykoji apaan? Nama makanan ya? Kamu dimana Duduy?"]

"Aku di Klinik.

["Hah! Klinik? Sama siapa?"]

"Sama Bang Kenzi tadi. Aku bangun tetiba ada dia."

["Ya udah, sekarang aku berangkat kesitu ya."] Seru Danti cemas.

"Gak usah. Ketemu di rumah aja, ntar kamu capek banget musti bolak-balik. Aku baik-baik aja kok. Don't worry dear.."

["Mianhe, Cingu-ya.."]

"Hahaha... Dasar! Cantik-cantik kok aneh."

["Biarin. Cepat sehat pokonya. Aku perlu kasih tau Bubun sama Nenek gak soal kamu?"]

"Gak perlu. Nanti biar aku yang ngasih tau. Thanks ya udah dicemasin. I feel special"

"Twice kali ah. You make me feel special...apaan ya lirik lagunya abis itu..?"

"Ya ampun Danti."

["Tapi... Aku senang banget dengar kamu kayak gini. Kalau udah bisa marah-marah pasti udah sehat."]

"Kamu beneran Bestfriend aku Dan. Makasih ya. "

["Aku juga" ] terdengar suara klik pintu dari luar.

"Eh, Bang Kenzi udah balik. Udah ya, nanti telfonan lagi."

["Ciee yang ditungguin sama Bang Kenzi. Menang banyak kamu. Ekhem..."]

"Dia cuma nolong tetangganya Dan. Udah ah. Aku tutup"

["Awas jatuh cinta. Hahaha"]

"Bye" Duya menutup panggilan ketika tubuh Kenzi melewati pintu dan membawa sekantong besar makanan.

"Nih, makan dulu. Biar berat badan kamu stabil. Kalau sampe turun sekilo bisa berabe. Gak kece lagi." Ujar pemuda itu seraya menyodorkan kantong plastik berlogo sebuah minimarket terkenal.

"Aku gak bakalan bisa kurus. Udah nasib jadi orang seksi." Ucapan santai Duya malah membuat Kenzi melotot.

"Dasar gila. Begini kamu bilang seksi?" Kenzi menggeleng gak percaya.

"Gak usah ngejek gitu. Jelek-jelek gini Bunda sayang banget tau sama aku."

"Aku juga."

"Hah?"

"Apaan?."

"Kamu bilang apa tadi?"

"Apa? Yang mana?"

"Yang barusan"

"Lupa. Udah sana makan. Mau aku suapin juga?"

"Gak perlu. Kamu beneran lupa sama yang kamu ucapin tadi. Dasar amnesia. Btw Aku cukup mampu kok ngasih mulut ini makanan. Jadi gak perlu disuapin segala."

"Orang amnesia ini yang udah gendong kamu ke sini gembul."

"Iyaaa. Iyaaa. Maaf. Aku cuma-" ucapan Duya terputus ketika terdengar suara deringan ponsel. Ternyata ponsel Kenzi.

Triing triing...

Kenzi merogoh sakunya. Dan pamit keluar untuk menerima telepon. Melihat itu, Duya merasa aneh. Ada sesuatu yang membuatnya tak rela. Tapi, apa? Masa iya dia jatuh cinta beneran sama Kenzi

No no no. Aku gak mungkin jatuh cinta sama dia. Bang Kenzi? Gak!

Duya berusaha berpikir waras. Ia tak mau termakan omongan Danti. Ia harus banyak-banyak istighfar menghilangkan jejak Kenzi di pikirannya.

"Aku pergi dulu ya. Ada hal yang harus kuberesin dulu." Kenzi masuk dan sontak meretakkan khayalan Duya.

"Oh. Gitu. Oke. Bye Bang. Makasih." Ucap gadis itu terbata.

"Kenapa kamu? Kesambet? Ya udah nanti aku kirim mobil buat nganter kamu pulang ya. Bye juga Baby Tiger.."

Kenzi menghilang di balik pintu, Duya berusaha untuk berfikir jernih. Ia akan baik-baik saja tanpa Kenzi seharusnya. Tapi, sekarang dia merasa sedih menerima kenyataan bahwa ia terlalu melibatkan perasaan dalam banyak hal bersama Kenzi. She's on the way to be crazy.

***

Bukan Supernova (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang