I will be by your side
till the time I can't be there anymore
to be with you...🍃🍃🍃
'Hari ini harus lebih baik dari kemarin' itu yang ingin Hana percayai setelah Sungjin membuktikan segalanya bisa lebih baik dengan pelukan, Hana percaya hidupnya bisa membaik.
"Kenapa kau tak melanjutkan aksi bunuh dirimu?" Pertanyaan itu dilemparkan oleh Yura tepat sebelum Hana memasuki kelasnya.
"Aku lihat kemarin kau dibawa ke sebuah apartemen oleh kekasih mu yang sudah memiliki istri itu? Apa sekarang kau sudah menerima takdirmu sebagai wanita simpanan?" Sungguh Hana lelah mendengar kalimat yang keluar dari lidah tajam Yura yang selalu menusuk relung hatinya.
"Sebenarnya kenapa kau melakukan ini padaku?" Hana perlahan mengangkat kepalanya menatap Yura tajam.
"Kau masih bertanya? Semua orang membencimu, merasa jijik meski hanya dengan melihatmu karena dirimu yang bahkan tak lebih baik dari seorang hewan yang tak memiliki akal untuk bergaul dengan lawannya yang sudah memiliki pasangan." Seluruh mata kini melirik ke arah pintu dimana adu mulut terjadi antara Yura dan Hana.
"Aku beritahu dirimu, pria itu bahkan tak memiliki seorang istri. Kenapa kau selalu menyebarkan segala rumor aneh seolah diriku sama seperti ibuku? Bahkan dirimu tak tahu bagaimana ibuku." Air mata meluncur menghiasi wajah Hana yang pucat.
"Semua pria memang begitu! Mereka mengaku lajang hanya untuk merasakan tubuhmu!"
PLAKK!!!
Hana melemparkan tamparan keras yang mendarat tepat di pipi Yura membuat gadis tempramental itu tersungkur membentur meja, meloloskan jeritan yang mengundang seluruh perhatian termasuk guru yang hendak masuk.
"HANA! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau menampar Yura? Cepat pergi ke ruanganku sekarang!" Bentakan seorang guru pria yang tampak sangar menyadarkan Hana dengan apa yang baru saja ia lakukan.
"A-aku tida-
"PERGI SEKARANG!"
Setelah guru itu semakin keras membentaknya, mau tak mau Hana harus menurut dan pergi ke ruang guru.
Setelah beberapa saat menunggu di ruangan rupanya Hana di giring ke ruang kepala sekolah bersama Yura dan kedua orang tau Yura yang datang tak terima anaknya mendapatkan perlakuan seperti itu.
"Aku tau hal seperti ini akan terjadi. Aku sudah mengatakan dari awal untuk menjauhkan Yura dari anak tak bermoral ini, ternyata dia sama saja seperti rumor rumor itu." Hana hanya menunduk tak memiliki keberanian untuk melawan perkataan Ibu Yura.
Hana tahu dengan jelas seberapa berani pun ia melawan, dia tetap akan menjadi pihak yang salah. Dia tahu kenapa selama ini tak pernah ada yang menghentikan Yura berbuat jahat padanya, itu karena orang tua Yura adalah orang paling terhormat di kota ini, pemegang saham terbesar di sekolah ini.
Tak ada yang berani membatah Yura maupun keluarganya, itu karena mereka selalu menggunakan koneksi mereka untuk menghancurkan orang-orang yang mengganggu mereka, ditambah lagi memang tak ada yang mau peduli pada Hana yang sudah dicap tak baik dan kotor.
"Aku tak akan memaafkan hal seperti ini. Ini sudah termasuk kekerasan fisik." Ayah Yura menimpali membuat posisi Hana semakin terpojok.
"Panggilkan walinya, aku tak akan membiarkan ini berakhir begitu saja. Aku akan melibatkan kepolisian." Mendengar itu membuat Hana tersentak. Bahkan tamparan ini tak setimpal dengan perlakuan Yura pada Hana, tapi meski begitu kali ini Hana benar-benar ingin menyerah. Dia lelah di beri harapan untuk bertahan tapi kemudian di paksa lagi untuk menyerah oleh keadaan.
"Telepon walimu Hana." Kepala sekolah bahkan sekarang ikut membuka mulut.
"A-aku tak memiliki wali, aku tak memiliki siapapun." Hana menunduk menahan air matanya yang sudah membendung hendak menghancurkan pertahanannya.
"Kalau begitu sekarang aku ingin dia berlutut meminta maaf dan kita selesaikan ini di jalur kepolisian." Ayah Yura mengelus rambut anaknya penuh kasih membuat Hana menatap Yura yang tersenyum sinis padanya.
"Sa-saya rasa hal seperti ini tak usah melibatkan kepolisian pak, anak-anak memang sering melakukan kesalahan seperti ini. Kami akan mengurus semuanya jadi tidak perlu melibatkan kepolisian, kami bisa memberikan skors pada Hana atau bahkan mengeluarkannya dari sekolah." Kini ucapan Kepala Sekolah yang mengejutkan Hana. Sedangkan ayah Yura yang mendengar ini hanya mengangguk-angguk pelan.
"Hana! Tunggu apalagi cepat berlutut." Semua orang di ruangan ini menghakimi Hana seorang, tak ada yang memilih menggenggamnya.
Hana perlahan berdiri, berbagai pemikiran memenuhi dirinya. Dia ingin membela dirinya tapi dia tau itu hanya sia-sia.
"Aku tak akan melakukannya, aku tak akan berlutut meminta maaf Karena bagaimanapun, berapa kali pun aku memikirkannya aku tak bersalah. Aku tak melakukan kesalahan apapun, aku tau itu menyakiti Yura tapi aku tak merasa bersalah dengan itu. Sekeras apapun aku berontak dan membela diriku kalian tetap tak akan percaya kan? Jadi aku akan menerima segala keputusan kalian atas perlakuanku, tapi untuk meminta maaf... Aku tak bisa." Dengan lemah Hana melangkah keluar meninggalkan semua orang yang mulai berteriak memanggilnya bahkan dengan sumpah serapah.
Dia tak mengerti apa yang baru saja ia lakukan, apakah ini benar atau tidak, apakah ini akan lebih baik atau tidak. Yang terlintas di pikirkannya sekarang hanya Sungjin.
Hari sudah cukup gelap, gadis itu terduduk di perhentian bus. Menelpon seseorang lewat benda persegi panjang di genggamannya
"Apa kau sibuk? Aku rasa aku ingin memelukmu. Tidak, semuanya baik-baik saja kok aku hanya menagih pelukmu hari ini ak-
Greep..
Tiba-tiba seseorang menarik Hana yang masih terduduk ke dalam peluknya.
"Kau melakukan semuanya dengan benar, aku tahu." Sungjin. pria itu adalah Sungjin. Entah sejak kapan tapi sepertinya Sungjin sudah mengikuti Hana.
"Kenapa pelukmu selalu nyaman, Sungjin?" Hana membenamkan wajahnya di dada Sungjin, dan dari awal Hana tak pernah memanggil pria itu dengan formal dan Sungjin juga tak keberatan.
🍃🍃🍃
Kini mereka sudah berada di apartemen yang kemarin di tempati tidur oleh mereka.
Dengan kemeja Hitam yang ia kenakan dan gitar yang berada di pangkuan, Sungjin duduk di hadapan Hana dengan samar-samar senyuman yang menghiasi wajahnya.
Petikan-petikan merdu itu mampu menghipnotis Hana, wajah sungjin yang serius dengan tatapannya yang intens tanpa senyuman membuat seluruh tubuhnya melemah ketika Hana balik menatapnya.
Setelah lagu itu terhenti dengan akhir yang lembut, Sungjin berdiri dengan perlahan menghampiri Hana tanpa suara.
Sepersekian detik itu juga Hana dibuat menegang ketika sesuatu yang lembut menempel tepat di bibirnya.
Benar, Sungjin mencium bibir Hana tiba-tiba membuat Hana terkejut, namun dia tak munafik untuk menolak itu. Meski hanya sekedar menempel itu mampu memompa jantung mereka berdua dengan cepat.
Entah mengapa Hana merasa pelukan Sungjin semakin menguat menghapus jarak diantara mereka dan perlahan menjauhkan bibirnya.
Sungjin menempelkan keningnya pada kening gadis yang masih memejamkan mata dihadapannya itu.
'i'm so afraid, Han...
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
FanfictionTak ada yang abadi di dunia ini, termasuk kita. Entah karena itu hilang, lepas atau kau buang, tapi semua itu akan cepat berlalu dari ingatanmu dan pandanganmu. Begitu juga keberadaan ku yang akan cepat memudar atau menghilang dari ingatanmu, aku ja...