1

31.2K 712 17
                                    

Lalisa pov.
Sabtu, 19 September 2020.

Aku memandanginya begitu dalam. Bahkan hafal bagaimana caranya bernafas dengan tarik ulur indah memompa seluruh tubuhnya. Menyadari bahwa aku akan terkena kutukan jika terus memandanginya dengan hausku akan senyuman manisnya. Senyuman itu kini lenyap.

Dia tak sama dengan yang pernah ku kenal dulu. Dia berbeda sesuai kemauannya. Sedangkan aku hanya bisa merasakan sakit atas sikapnya.
Ingin mengeluh dan marah padanya, tapi aku tak berhak. Aku hanya bisa menangisi kesedihanku dan merindukannya setiap saat.
Semua itu ku lakukan dengan diam.

Aku begitu terpesona dalam kelopak mata kucingnya. Membuatku tersenyum tanpa henti.
Aku sangat mendambakan senyuman di bibirnya yang dulu membuatku menahan nafas. Terasa gagal jantung melihatnya begitu sempurna. Bersamanya, hari seakan ingin cepat berlalu. Tapi jam dinding disana takan berputar lagi ke masa lalu.
Masa lalu indah dimana aku masih bersamanya. Kenangan.

Gerakan tubuhnya membuat mataku mengikuti kemana pun ia singgah. Mengharapkan sekali ini saja ia sudi singgah di depanku, di sampingku atau tidak jauh-jauh dari pandanganku.
Namun sayang, aku terlalu berharap.. kini ia melangkah hilang dari pandanganku dengan raut wajah dingin. Terasa sangat menyiksa batin.
Benarkah dia gadisku yang dulu?

"Sombong banget ya.. dih sumpah kesel mulu aku sama dia. So'k segalanya." Keluh temanku. Namanya Joy.

Joy. Dia jadi temanku sejak pertama masuk di kantor tempat kerjaku ini. Dia baik. Tak jauh berbeda dengan yang lain. Apalagi dengan caranya suka menggosip tentang aktris yang banyak konflik, aktris yang cerai atau aktris yang suka cari sensasi sana sini. Miris, dia selalu belanja sepuasnya di tanggal muda lalu menangis minjam uang padaku di tanggal tua. haha.

Dia. Joy. Mengomentari gadisku.
Aku harus menjelaskan padanya.

"Jennie emang gitu orangnya." Jawabku.

Sebenarnya tidak. Nini ku dulu tidak begitu. Dia dulu murah senyum, suka menyapa dan ramah pada setiap orang terutama padaku.
Setiap di dekatku dia akan tersenyum. Bedakan dulu dan sekarang. Sekarang dia berbeda.

"Oh ya? Kamu bilang gitu seolah-olah kamu kenal dia. Tapi selama satu tahun ini aku kerja bareng kamu Lis. Aku gak pernah tuh liat kamu sama dia ngobrol.. sombong banget sih dia. Hemh."

Perih lagi mengingat aku tidak pernah mengobrol sekalipun dengannya. Sudah berlangsung lama aku tidak punya bingkisan kalimat yang tepat untuk rasa kecewa atau marahnya pada hal yang tidak aku ketahui sama sekali. Dia berubah dalam sekejap.

"Udah ah. Dia gak sombong kok. Dia itu cuman sosok yang Introvert." Ucapku final.

Mengambil beberapa file laporan yang sudah selesai aku update untuk di serahkan pada atasan.

Aku berjalan arah Lift untuk naik ke lantai atas. Liftnya sedang terpakai.
Aku Melihat no lantai di lift menunjuk lantai bawah. Mengisi waktu aku bersenandung lirih menyanyikan lagu Arash feat Helena-Broken Angel Sambil menunggu pintu lift terbuka.
Pintu lift terbuka. Dan! Ya tuhan.

Sosok wanita yang ku kagumi muncul dari dalam lift. Dia melangkah begitu saja melewatiku yang terdiam kaku.

Kembali lagi aku merasakan perih tidak bertepi karena cara dinginnya mengacuhkanku. Ini lebih sakit jika dibandingkan dengan mati tertembak atau mati karena tertabrak oleh kereta api yang sakitnya hanya sebentar lalu senyap.

Memejamkan mata untuk sesaat. Berusaha agar tidak ada kumpulan air di kelopak mataku yang kapan saja bisa keluar tanpa izin. Sesakit ini kah rasanya di benci oleh orang yang ku cintai?

J + L (GXG) completeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang